Chapter 29 - The Beginning of The End

20.9K 1.6K 48
                                    

"Kita harus operasi bulan depan, Gukkie.", Hoseok berkata final.

"T-tapi hyung, kandunganku belum genap 9 bulan. Kau bilang..kau bilang aku boleh menunggu..", Jeongguk tercekat, memegangi perut besarnya dengan protektif.

"Tidak ada pilihan lain, Jeongguk-ah. Kondisimu semakin parah."

"Siapa yang semakin parah?", suara lain selain Jeongguk dan Hoseok memecah keheningan.

Baik Jeongguk maupun Hoseok tersentak saat pintu ruangan konsultasi Hoseok terbuka, dan Taehyung berdiri disana. Matanya mengisyaratkan kebingungan, bibir bawahnya bergetar, dan saat ia sadar apa yang terjadi kebingungan di mata itu berubah menjadi ketakutan. "Tidak.. t-tapi kau tidak pernah bilang padaku kalau.."

"Hyungie.. hyung, kumohon, aku bisa jelaskan!", Jeongguk mencoba memohon, berdiri dengan gugup menghampiri Taehyung.

"Cukup. Kau anggap aku ini apa, Gukkie? Aku ini suamimu. Dan kau menyembunyikan hal sebesar ini dariku? Kau anggap aku ini apa, huh?", air mata amarah sudah mengalir dari kedua mata Taehyung. Seluruh tubuhnya bergetar, seperti memendam kemarahan agar ia tidak lepaskan di depan istrinya yang hamil besar.

Airmata yang sama mengalir dari Jeongguk di hadapannya. Tangannya terulur tapi begitu takut menyentuh Taehyung yang masih kalut oleh amarah.

"Hoseok hyung, sejak kapan kau tahu?", Taehyung mengalihkan tatapannya dari istrinya ke Hoseok.

"Taehyungie, dengarkan Jeonggukie dulu, hmm?", Hoseok berusaha menenangkan Taehyung yang masih tenggelam dalam amarahnya.

"Jawab aku. Hyung.", Taehyung kembali dengan nada otoritatif khas CEO Kim yang tidak meninggalkan bantahan.

"2 bulan lalu.", Hoseok menjawab pelan.

Ekspresi terluka Taehyung yang terlihat begitu jelas di kedua mata besarnya begitu menyakitkan bagi Jeongguk sampai ia memejamkan matanya tidak sanggup lagi melihat kekecewaan dan kesedihan di kedua mata itu.

Apa yang terjadi? Semua begitu baik-baik saja beberapa jam yang lalu, kenapa semua harus berakhir seperti ini?

"T-Tae.. kumohon.. Kumohon jangan tinggalkan aku.. Aku tidak bisa.. Kumohon..",

Taehyung menaikkan sebelah tangannya, ekspresi terluka tergantikan oleh ekspresi kelelahan yang justru lebih menyakitkan. "Aku.. aku butuh sendiri. Jangan cari aku.", Taehyung berkata lemah, berbalik keluar tanpa melihat ke arah seorang pun.

"Hyung.. Tae hyung..", Jeongguk masih memanggil-manggil suaminya meskipun ia sudah tidak lagi ada di ruangan itu. Menggumamkan namanya lemah seperti mantra, berharap Taehyung akan kembali dan memeluknya erat.

"Guk-ah, maafkan aku. Kalau saja..", Hoseok menghampiri Jeongguk yang masih terisak di tempatnya, matanya masih belum lepas dari tempat Tae tadi berdiri.

"Bukan salahmu, hyung. Aku yang memintamu untuk merahasiakan ini darinya. Ini salahku.", Jeongguk berkata terengah kelelahan, karena bagaimanapun pertengkaran tadi juga menambah tekanan stress dan beban pikirannya.

Kalau saja ia tidak menyembunyikan kondisi kehamilannya yang semakin parah dari Taehyung, kemarahan itu tidak akan terjadi. Taehyung benar, ia berhak tahu. Ini menyangkut bayinya juga. Jeongguk hanya terlalu bodoh untuk menyimpan semuanya sendiri.

"Sebaiknya kau pulang, hmm? Aku tahu seluruh badanmu sakit sekarang terutama punggungmu, jangan terlalu dipikirkan. Ada aku, Jin hyung, Joonie, Jiminnie, dan Yoongi hyung, kami akan mencari dan menyeret Taehyungie pulang. Meskipun harus berdarah-darah."

"Hyung.. j-jangan lukai TaeTae.", Guk memohon sambil masih terisak.

"Ckck. Becanda Gukkie, tapi mungkin Yoongi hyung tidak akan sabaran melihat anak itu. Tenang saja, suamimu itu kuat, Gukkie."

Arranged Marriage? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang