Saat Jeongguk terbangun, ia merasakan bantalnya agak berbeda. Terasa lebih keras tapi sesuatu yang menyelimutinya jauh lebih hangat, ada wangi shampo strawberry yang bercampur pine trees yang membuatnya nyaman. Tidak ingin membuka mata, ia kembali membenamkan wajahnya di 'bantal' yang terasa agak sedikit keras itu.
Nyaman..
Rasanya nyaman sekali. Ia enggan membuka matanya tapi rasa nyaman seperti ini terlalu indah rasanya untuk menjadi kenyataan.
Perlahan ia membuka matanya dan mata besar nan jernih itu membulat saat 'bantal' yang sesungguhnya adalah suaminya sendiri. Jeongguk tersentak kebelakang, sampai kepalanya terantuk ke rahang Taehyung yang masih tertidur.
"Owwwh! Gukkie, sakit!", Taehyung mengaduh kesakitan, memegangi rahangnya yang terantuk kepala Guk. Ia melepaskan pelukan bak koalanya di tubuh Guk untuk memegangi rahangnya yang seperti mau lepas.
"Hyung! Mianhae! Maafkan aku! Aku tidak sengaja!", Guk meminta maaf berkali-kali karena melihat suaminya yang kesakitan. Alisnya bertaut, cemas dan khawatir, tangannya terangkat berusaha menolong tapi ia sendiri pun tidak tahu apa yang harus dilakukan.
"Ah, sakit sekali.", Tae masih merengek. Memerankan aktingnya dengan baik, sebenarnya sundulan kepala istrinya itu tidak begitu sakit, bahkan sakitnya hanya berupa denyutan ringan sekarang. Tapi sebuah ide terlintas di benaknya untuk menjahili Guk.
"Oh, TaeTae.. apa yang harus aku lakukan?"
"Kau mau mengobatiku?", Tae bertanya, masih berpura-pura sakit sambil memegangi rahangnya yang tidak apa-apa.
Jeongguk mengangguk, hampir menangis.
"Ini. Disini. Kau harus mencium di bagian ini, Gukkie. Itu obat termanjur.", Taehyung tersenyum jahil sambil memejamkan matanya, telunjuknya menunjuk ke bagian rahang bekas sundulan Jeongguk.
Jeongguk memutar bola matanya. Suaminya ini... Ia hampir menangis karena ia pikir ia sudah membuat Tae cidera dan suaminya itu berani-beraninya menipunya untuk mendapatkan ciuman.. "Oh lihat, ada Jimin hyung!"
"Mana?", Taehyung menoleh ke arah pintu bersamaan dengan sebuah kecupan singkat mendarat di rahangnya.
Taehyung terdiam mematung, memandangi Jeongguk yang pipinya sudah merona merah sampai ke telinga.
"Kau hanya tinggal meminta, Hyung. Tidak perlu akting.", Jeongguk bergumam, bibir kecilnya cemberut tidak suka. Mata bulatnya tertunduk, terlalu malu untuk menatap Taehyung yang duduk di hadapannya.
Jika Guk seimut dan secantik ini, bagaimana mungkin ia bisa berpikir Tae menyukai orang lain? Rasanya setiap menit ia semakin jatuh cinta pada istrinya itu.
"Kalau begitu, disini?", Taehyung menunjuk ke bibirnya, setelah sadar dari proses mematungnya karena shock setelah Gukkie menciumnya.
"A.. aku.. aku..", Jeongguk kehabisan kata-kata, pipinya sudah semerah kepiting rebus, beruntung Tae mengerti dan alih-alih menunggu Guk menciumnya, ia merengkuh bawah dagu Guk lembut, membuat pandangan Guk tertuju hanya padanya.
"Cantik sekali, Gukkie ku sayang.", gumamnya, sebelum bibir milik Tae menempel di bibir Guk. Ciuman itu berbeda dari ciuman mereka sebelumnya, begitu perlahan dan tidak terburu-buru, penuh cinta dan perhatian akan satu sama lain. Lidah Taehyung menjilat bibir bawah Guk, meminta izin untuk masuk ke dalam mulut, yang dengan senang hati dibiarkannya masuk ke dalam mulutnya. Jemari Guk terbenam di antara rambut Tae yang tebal, menarik dan membelainya saat Tae tidak henti menciuminya.
"Hnngghh... hyung, kita..ah.. perlu bicara..", Jeongguk berkata di sela-sela ciuman Tae yang kini sudah beralih ke lehernya, menggigit di tempat tertentu, menandai istri yang dicintainya dengan bangga, kalau Guk adalah miliknya. Miliknya seorang.
Tae bergumam sesuatu yang berbunyi seperti "nanti.." lalu terus menciumi tiap inchi bagian tubuh Guk yang dengan senang hati menerimanya.
Setelah beberapa saat, keduanya terengah, tenggelam dalam rasa cinta mereka masing-masing. Jeongguk menyandarkan kepalanya di bahu Taehyung yang memegang tubuhnya erat. Jeongguk duduk di pangkuan Tae, tempat favorit nya saat ini, dan mungkin untuk selamanya. Punggungnya menempel di dada bidang Tae. Tangan Tae melingkar posesif di pinggang Guk, sesekali pemilik tangan itu mengecup kepala Guk singkat, menyibak rambut Guk yang jatuh ke keningnya berantakan. Ia membiarkan istrinya itu hanyut dalam pikirannya, tidak ingin memaksanya untuk berbicara.
"Eomma..", Guk memulai, jemarinya memainkan jemari Tae yang panjang nan lentik. Ia bicara tanpa memandang Tae, tapi Tae tahu semua penjelasan yang akan Guk utarakan adalah untuknya, "Aku tidak punya ingatan yang terlalu jelas tentang Eomma. Hanya beberapa ingatan manis, yang mungkin tersimpan karena secara tidak sadar, otakku menginginkannya. Kau tahu aku menderita retrograde amnesia kan, Hyung?", Jeongguk bertanya lembut, berbalik menoleh ke arah Tae yang mengangguk singkat. Guk kembali berbalik menatap jemari Tae, terlarut dalam potongan-potongan ingatannya.
"Aku tahu Eomma ku tidak ada disaat aku tumbuh. Eomma ku sendiri lah yang membuatku ragu apa aku bisa menjadi ibu yang baik? Apa aku bisa membuat keluarga kecilku sendiri?", Guk kemudian berbalik menghadap Tae, kedua pahanya ia posisikan di sisi kanan dan kiri tubuh Taehyung, tangannya mengalung pada leher Tae.
"Lalu aku menemukan jawabannya ada tepat di depanku. Ya, aku bisa. Jika bersamamu, Taehyungie hyung.", sebutir air mata jatuh dari mata kanan Jeongguk, tapi senyumnya memancarkan senyuman penuh kebahagiaan dan rasa cinta pada pria yang memandangnya di hadapannya. Jemari Taehyung mengusap air mata itu lembut.
Taehyung tidak pernah terbayang hari ini akan datang. Hatinya berdesir halus dari balik dadanya. Ia bertanya-tanya mungkinkah seseorang mendapatkan kebahagiaan yang begitu besar, sebesar yang ia rasakan. Jeongguk duduk di pangkuannya, mengungkapkan isi hatinya, dengan mata bulat yang berkaca-kaca, bibir yang kemerahan karena ia kecup tanpa henti tadi, dan pipi merona yang membuat kecantikannya semakin terpancar.
Ia tidak tahan untuk tidak mencium bidadari di hadapannya, jadi itulah yang ia lakukan kemudian, mengecup bibir kemerahan yang lembut itu. Saat bibirnya mendekat untuk kecupan yang kedua, Guk meletakkan telunjuknya di depan bibir Taehyung, terkekeh saat Tae cemberut.
"Aku belum selesai, TaeTae. Aku menginginkan anak ini. Aku tidak pernah ingin menyingkirkannya. Tidak mungkin aku menyingkirkan satu-satunya buah cinta dari pria yang aku cintai.", Jeongguk berkata malu-malu, bahkan setelah apa yang mereka alami semalam.
Taehyung masih teringat wajah horor maid yang melihat kedua majikannya berpelukan di tangga, dengan nyonya rumah yang hampir pingsan kalau bukan disanggah oleh suaminya.
"Jadi, apa kau masih mau mencintai istrimu ini? Dan membesarkan anak ini bersama-sama, Hyung?", Jeongguk menggigit bibir bawahnya, dengan ekspresi sedikit ragu akan penolakan suaminya.
"Gukkie, oh my Gukkie... Iya, sayang. Seribu kali ya." Taehyung menjawab yang dibalas oleh senyuman Jeongguk yang kemudian menghempaskan tubuhnya ke arah Tae, memeluknya erat.
Ia akan membawakan dunia ke hadapan Jeongguk jika dunia yang Jeongguk minta. Ia akan menghentikan badai atau memindahkan gunung jika itu yang Jeongguk minta ia lakukan. Sebesar itulah cintanya pada Jeongguk.
Oh, Tae.. betapa ia harus membuktikan itu semua saat Guk mulai mengidam aneh-aneh.
tbc
AN1: buat yang bingung, disini Guk jelasin ke Tae, kenapa dia sempet bilang gamau punya anak yang bikin Tae kepikiran kalau Guk pngen nyingkirin anak mereka. Which is, alasannya karena Eomma Guk yang ninggalin dia waktu kecil.
agak boring tapi next chapter will be Gukkie ngidam, Tae kelimpungan, dan ga ngerti harus apa.. hahahahaAN2: As always, vote, comment, berharga sekali buat para author. So, makasih banyak yang udah meluangkan waktunya buat vote dan comment
![](https://img.wattpad.com/cover/150450343-288-k888092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Hell No!
Fanfiction[COMPLETED] "Kau boleh memiliki tubuhku tapi aku tidak akan pernah memberikan hatiku padamu. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kim Taehyung.", Jeongguk berkata di malam pernikahan mereka. "Belum. Kau belum jatuh cinta padaku, Jeonggukie. Tap...