Chapter 8

19.4K 2.1K 52
                                    

Saat tiba di Kim Ent., Jeongguk tidak menyangka gedung megah milik suaminya itu akan dua kali lipat bahkan tiga kali lipat lebih besar dari gedung milik keluarga Jeon.

Ia berdiri terdiam di depan pintu masuk. Dekorasi gedung itu modern futuristik, dengan beberapa teknologi yang belum pernah Jeongguk lihat di perusahaan Hyungnya. Ia merasa pakaiannya kurang pantas untuk masuk ke gedung semegah itu.

'Taehyung bekerja disini.'

Kenyataan kalau ia akan bertemu dengan suaminya dalam beberapa menit lagi setelah kejadian semalam membuatnya gugup. Sesuatu di dalam hati kecilnya berbisik, kalau apa yang Taehyung lakukan secara paksa padanya itu tidak sepenuhnya salah. Bahkan wajar jika seorang suami marah karena istrinya tidak pulang, dan Jeongguk sadar kalau dirinya sendiri pun bersalah atas apa yang ia lakukan, padahal ia telah menikah.

Ekspresi penuh bersalah di wajah Taehyung saat ia sadar apa yang ia lakukan, masih tersimpan jelas di ingatan Jeongguk. Ia tidak ingin melihat ekspresi itu lagi di wajah suaminya. Jeongguk akan minta maaf juga pada Taehyung.

Setelah menelan ludah, merapikan sedikit rambut dan menaikkan tali tasnya, ia berjalan dengan percaya diri ke arah resepsionis.

"Um. Selamat siang. Permisi, aku ingin bertemu dengan Kim Taehyung."

Resepsionis wanita itu terlihat terbelalak melihat visual dari Jeon Jeongguk. Reaksi yang sering dialami dan sudah biasa Jeongguk peroleh ini sedikit meningkatkan rasa percaya dirinya. Ia tersenyum singkat dan mengalihkan pandangannya, karena Jeongguk sadar tatapan tajam dari matanya terkadang membuat lawan bicaranya tidak mampu berkata-kata.

Wajah resepsionis malang itu memerah karena malu menatap terang-terangan.

"Selamat siang. Apakah Anda sudah membuat janji sebelumnya?", resepsionis bernama Im Yoojung itu bertanya formal, menyunggingkan senyum profesional.

"Um. Belum. Tapi aku ingin mengantar dokumen dari Jin-hy-, maksudku Jeon Seokjin, CEO dari Jeon Ent."

Dengan seketika, senyum itu berubah menjadi senyuman mengejek.

"Oh, tidak kusangka ternyata kurir."

Alis sempurna Jeongguk berkerut. Bibir merah mudanya mengerucut.

"Yah! Siapa bilang aku kurir!"

"Oke, delivery boy. Letakkan saja disitu, asisten Mr. Kim akan mengambilnya."

Wanita ini. Berani-beraninya memperlakukannya seperti ini.

"Permisi, aku jelas bilang aku harus mengantar dokumen ini langsung ke Kim Taehyung.", Jeongguk menjelaskan lagi dengan sabar meskipun ia mengatupkan rahangnya dengan keras karena kesal.

Wanita itu hanya menggeleng-geleng kepala sambil mengambil gagang telepon dan memanggil security.

Seorang security datang yang kemudian hanya dengan anggukan kepala singkat dari sang resepsionis, ia langsung memegang tangan Jeongguk menariknya keluar.

"Yah! Lepaskan aku!", Jeongguk meronta.

Kejadian di depan resepsionis itu sudah menarik perhatian beberapa karyawan yang baru selesai makan siang atau kebetulan lewat lobi.

Kemudian, karena perhatian yang tidak ia minta itu, Jeongguk merasa dipermalukan.

"Im Yoojung-sshi! Ada apa ini?", suara berat otoritatif menggema di ruang lobi yang sudah ramai karyawan itu.

"Kim Namjoon-nim, tidak ada apa-apa. Hanya kurir yang berulah.", resepsionis menyebalkan itu berkata gugup.

"Yah!  Sudah kubilang aku bukan kurir!", Jeongguk menyahut, kembali meronta.

Arranged Marriage? Hell No!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang