"Hyung, kau sudah mendapat alamat Park Hyun Joong?"
"Ya, orang kita berhasil menemui salah satu saksi mata yang melihat kejadian di rumah Yugyeom malam itu. Park Hyun Joong tinggal di apartemen di Ansandong. Ia baru kembali dari Jepang setelah menetap disana selama setahun, sehari sebelum pesta itu."
Taehyung menghisap rokoknya, lalu membuang sisa rokok yang masih setengah di bawah heels sepatunya, menginjaknya dengan kemarahan yang sama yang ia rasakan pada orang yang hampir saja membuat ia kehilangan bayi mereka.
"Beri ia pelajaran, untuk tidak bermain-main dengan keluarga Kim mulai sekarang."
Di seberang ruang terbuka di rooftop gedung Kim Ent., Kim Namjoon tersenyum miring. Ia melenturkan jemarinya, sudah lama tidak mendapat perintah seperti itu dari Taehyung.
Dengan besarnya kerajaan bisnis keluarga Kim, mustahil tanpa mereka punya kekuatan juga di luar orang yang mereka pekerjakan secara resmi. Di luar itu, kekuatan keluarga Kim juga mencakup relasi yang baik dengan mafia. Im Jae Beom, pimpinan tertinggi mafia di Seoul menganggap Tae bagai adiknya sendiri.
Well, itu hal yang lumrah untuk pengusaha besar, saat permasalahan tidak bisa diselesaikan dengan jalan baik dan hukum.
"As you wish, Taehyung-ah. Apa aku harus menghubungi Jae Beom hyung?"
Taehyung menggeleng, "Tidak, beberapa anak buahnya sudah cukup. Aku hanya ingin Hyun Joong jera, dan tidak pernah mendekati Jeonggukie lagi.", Taehyung berkata final, menatap Seoul yang terus bergerak di bawahnya.
"Dia menanyakanmu terus, Tae."
"Hmm? Siapa?"
"Jeonggukie. Bukankah ini saatnya kalian bicara? Bukankah sebaiknya kau dengar dulu penjelasan darinya?", Namjoon bertanya.
Taehyung hanya terdiam. Ingatannya kembali saat Hoseok meneleponnya, mengatakan Jeongguk masuk ICU. Hatinya kembali hancur saat tahu Gukkie nya hampir kehilangan bayi mereka karena insiden di pesta malam itu. Insiden yang bisa ia hindari kalau saja Jeongguk menginginkan bayi itu seperti Tae menginginkannya.
"Aku takut, Hyung."
"Apa? Apa yang kau takutkan, Tae?"
"Aku takut ilusi bahwa aku masih memilikinya sebagai istriku, akan berakhir ketika kami bicara. Aku takut ia akan memilih untuk meninggalkanku. Aku sangat takut, Hyung.", sebutir air mata jatuh di ujung mata Taehyung. Ia segera mengusapnya dan menutupinya dengan tawa kosong yang tidak tulus. Tapi air mata itu justru tidak berhenti dan terus mengalir membasahi wajah tampannya yang nampak kuyu sejak Guk dirawat di rumah sakit. "Ah, kenapa aku cengeng sekali?"
Namjoon hanya bisa membiarkan dongsaengnya menangis di pundaknya. Menepuk-nepuk punggung Tae untuk menenangkannya, berharap dongsaengnya itu segera menyelesaikan masalahnya. Ia tidak ingin memaksa Tae lagi untuk membuat pergerakan lebih dulu untuk cinta mereka, ini saatnya Guk untuk mendapatkan hati Tae kembali, menyatukan kepingan hatinya yang hancur karenanya.
'Apakah ini saatnya aku menyerah dan melepaskanmu, Gukkie?'
Jeongguk diperbolehkan pulang tiga hari setelah ia dirawat di rumah sakit. Hoseok terus memperingatinya berkali-kali untuk tidak stress dan tertekan karena kandungannya yang sangat lemah.
Jin dan Jimin, keduanya juga tidak berhenti mengkhawatirkannya seperti dua ibu yang cerewet. Jimin menawarkan untuk menjemputnya, tapi Guk menolak karena tidak ingin merepotkan Jimin Hyungnya.
Namjoon juga selalu menelepon dan meminta maaf berkali-kali karena pekerjaannya yang tidak membiarkannya untuk membesuk Guk. Tapi setiap saat Guk mencoba menanyakan keadaan suaminya pada Namjoon, hyung nya itu selalu menepisnya dengan mengalihkan pembicaraan.
Eomma dan Appa Kim juga datang menjenguk di hari kedua Guk dirawat. Eomma Kim memeluknya erat sambil menangis di pundaknya. Wanita itu bersyukur karena baik Guk maupun bayinya selamat. Guk yang sangat berterimakasih karena ia seperti merasakan ibu kandungnya sendiri yang menangis di pundaknya karena mengkhawatirkannya juga ikut menangis. Appa Kim, Kim Ji Hoon, yang sangat sibuk juga datang membesuknya. Menepuk pundaknya dengan lembut dan senyuman hangat yang sangat mirip dengan senyum suaminya. Eomma Kim berjanji akan mengunjungi Guk lagi nanti, senyuman dan raut wajah bahagia di wajahnya karena ia akan segera menimang cucu pertamanya dari Guk.
Bahkan ayah kandungnya juga menelepon Guk.
Tapi suaminya sendiri tidak menampakkan wajahnya sama sekali. Di saat Guk diperbolehkan pulang pun, Tae tidak menjemputnya. Hatinya mencelos menyakitkan saat supirlah yang menjemputnya pulang hari itu.
"Taehyungie hyung kemana?", Jeongguk bertanya saat ia duduk di kursi belakang mobil Bentley continental milik Tae yang terasa begitu kosong tanpa Tae ada disana.
"Tuan Kim ada meeting dengan cabang di Jeju, Jeongguk-nim. Apakah ada yang bisa aku bantu?", Kang Ahjussi bertanya khawatir saat melihat ekspresi sendu di wajah Guk.
"Ah.. ani.. terimakasih, Kang Ahjussi.", Jeongguk menarik nafas dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.
Ahjumma Choi yang sudah seperti ibu mertua kedua bagi Guk, menangis saat Guk pulang dari rumah sakit. Memeluknya erat seperti Eomma Kim memeluknya di rumah sakit.
Selama beberapa hari setelah Jeongguk pulang dari rumah sakit, Taehyung selalu memastikan Jeongguk mendapat perawatan yang terbaik, bahkan meminta salah satu maid untuk standby menjaganya.
Taehyung tidak pernah lagi memulai percakapan seperti Tae yang dulu. Senyuman lebar nan tulus itu tidak lagi terpancar di wajah Tae yang tampan, tergantikan ekspresi sedih dan mata yang kosong yang membuat hati Guk seperti ditusuk-tusuk oleh ribuan jarum.
"Hyung..", Jeongguk memanggil setelah Tae membantunya berbaring di tempat tidur malam itu.
Taehyung menghentikan langkahnya menuju pintu keluar dari kamar tapi ia tidak membalikkan tubuhnya.
"A-aku..", tapi kata-kata itu tidak kunjung terucap dari bibir Jeongguk yang hanya bisa menatap punggung suaminya.
"Istirahatlah."
Setiap malam, Jeongguk menangis sendiri di kamar mereka yang terasa sangat luas dan kosong. Setiap malam berusaha memendam isakan tangisnya di bantal, memeluk tubuhnya sendiri membayangkan tangan Tae lah yang memeluknya saat itu.
Guk tidak tahu harus bagaimana lagi membuat suaminya itu mau mendengarnya. Taehyung tidak pernah lagi memanggilnya "Gukkie ini.." atau "Gukkie itu..".
Dan Jeongguk sangat merindukannya.
Sangat.
Sekarang melihat wajah suaminya saja jarang. Taehyung selalu berangkat di pagi buta sebelum Jeongguk bangun, dan pulang larut malam setelah ia tidur.
Keadaan berbalik. Jeongguk tahu ia sudah melukai Taehyung, dan ia juga tahu luka itu sangat dalam. Ia harus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya atau ia akan kehilangan Tae untuk selamanya.
Jeongguk menangis sampai tertidur malam itu seperti malam-malam sebelumnya. Ia tidak pernah tahu Taehyung masuk diam-diam ke kamarnya setelah ia tertidur. Ia tidak tahu Taehyung duduk di lantai di samping tempat tidurnya, menggenggam kedua tangannya dan memandang wajahnya saat ia tertidur. Ia tidak tahu Taehyung menangis saat mengusap bekas air mata Jeongguk yang tersisa di wajahnya. Ia tidak tahu Taehyung mengecup keningnya setiap malam dan hanya meninggalkannya saat hari sudah menjelang fajar.
tbc
AN: 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
pengen masukin trus kunciin aja dua orang ini ke kamar buat ngomong..
![](https://img.wattpad.com/cover/150450343-288-k888092.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Arranged Marriage? Hell No!
Fanfiction[COMPLETED] "Kau boleh memiliki tubuhku tapi aku tidak akan pernah memberikan hatiku padamu. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padamu, Kim Taehyung.", Jeongguk berkata di malam pernikahan mereka. "Belum. Kau belum jatuh cinta padaku, Jeonggukie. Tap...