Prolog

8.1K 551 27
                                    

''Kenapa harus serapih ini?Padahal Ibu bilang hanya ingin menemui teman Ibu.''

Kang Seulgi gadis berusia seperempat abad itu menatap bingung Ibunya yang kini tengah melangkah mendekatinya. Wanita yang sudah menjaganya selama dua puluh lima tahun itu menangkup kedua pipi anaknya yang terlihat berisi. Mencubitnya pelan.Membuat si-pemilik pipi itu meringis sakit.

''Tidak usah banyak mengeluh. Tunggu dan lihat saja.Oke?''

Mendengar itu Seulgi mengangguk pasrah.Matanya melirik Jam dinding yang kini menunjukkan pukul sepuluh malam. Seharusnya hari ini dia menghabiskan waktu senggang-nya dengan bersantai di dalam kamarnya seharian penuh dengan menonton drama yang baru dia download di laptop miliknya  dan cemilan yang banyak untuk mengisi perutnya.

Membayangkannya saja sudah membuat Seulgi senang.

''Natal malam ini ada yang kau inginkan dari Ibu ataupun Ayah?''

Seulgi menoleh menatap pria paruh baya yang kini sudah berdiri dengan setelan Jas berwarna hitam.Tangan kanan pria paruh baya itu mengusap surai rambutnya dengan sayang.

Sesaat Seulgi termenung.

Natal ya? Bahkan Seulgi bisa lupa bahwa hari ini tanggal dua puluh empat.Dan tepat pukul dua belas nanti tanggal dua puluh lima Desember atau lebih tepatnya hari natalnya yang ke dua puluh lima kali yang akan Seulgi Rayakan bersama keluarganya.

Lantas senyum Seulgi mengembang.

''Aku tidak minta apapun. Bisa melihat kalian berdua bahagia saja sudah membuatku senang.'' Ujarnya menatap Ayah dan Ibunya yang kini menatap haru putrinya yang sudah tumbuh dewasa seiring berjalannya waktu.

''Baiklah.Kita pergi sekarang.''

Perjalanan kali ini menghabiskan waktu lebih dari satu setengah jam.Seulgi sangat mengantuk.Tapi,Sebelum kedua bola matanya terpejam Ibu sudah menyentuh pundaknya begitu lembut.

''Kita sudah sampai.''

Indra penglihatannya mencoba untuk mengfokuskan apa yang kini ia lihat.
Saat Seulgi sudah benar-benar keluar dari dalam mobil matanya menatap tempat asing yang sebelumnya tidak pernah mereka kunjungi. Rumah besar yang di depannya berhiaskan pohon cemara dengan lampu-lampu indah yang memutari setiap bagian dari Pohon itu.

Mulutnya berdecak kagum. Indah sekali.

Kakinya mengikuti langkah kaki Sang Ayah yang kini memimpin di depan. Berjalan dengan penuh wibawa. Sampai langkah kami berhenti kala menatap Pria dan wanita seusia dengan Ibu dan Ayah berdiri di depan rumahnya.Keduanya tersenyum saat kedua lensa mata mereka menangkap keberadaan kami.

''Selamat datang.''

Ayah dan Ibu tersenyum.Kemudian kedua orang tua itu menggiring kami kedalam ruang tamu sembari bercakap satu sama lain.

''Dimana Putra kecilmu?''Tanya Ibu yang kini sudah duduk santai di atas bangku.

''Dia ada diatas biar aku menyuruhnya turun.'' Ujarnya ramah kemudian meninggalkan ruang tamu ini.

''Sudah berapa lama Kang Jinwoo? '' Ujar Pria yang terlihat tenang itu.Ayah mencoba tersenyum.''Dua puluh lima tahun.''

''Tidak terasa sudah selama itu dia berada padamu.'' Ujar Pria paruh baya itu sembari melirik ke arah Seulgi.

''Karena itulah sudah saatnya aku bertemu denganmu Park Junghoon.''

Pria itu mengangguk santai.Entah karena apa Seulgi merasakan atmosfer Dimana ia tidak ingin berlama-lama di ruangan ini.

''Maaf menunggu lama.'' Kedua mata Seulgi menatap Seorang Pria berkemeja biru yang kini tengah tersenyum sopan.

''Duduk Jimin.'' Pria itu segera menuruti perintah Ayahnya kemudian disusul Sang Ibu Park yang kini duduk disebelah Ibunya.

''Baiklah Karena sudah berkumpul.Saya akan mengutarakan tujuan saya datang ke tempat ini.''Kalimat terjeda.Ayah menarik nafas dalam-dalam kemudian melirik Seulgi yang kini tengah menatap setiap orang yang berkumpul di meja ini.

''Aku ingin mengembalikan Putri Anda. Park Seulgi. Terimakasih karena sudah mengizinkan kami merawat anak anda selama dua puluh lima tahun.Dan hari ini kami akan menyerahkan kembali apa yang telah menjadi hak anda Park Junghoon.''

Kedua bola mata Seulgi melebar.Mulutnya sedikit terbuka.Dadanya juga ikut sesak.

''A-apa ma-maksud dari semua ini?'' Tanya Seulgi terbata-bata.

''Kau bukan anak kami Seulgi. Margamu bukan Kang tetapi Park. Mereka berdua adalah sahabat baik Ayah dan lebih tepatnya Ayah dan Ibu kandungmu adalah sahabatku.'' Ujarnya setengah menekan.

Seulgi menggeleng kaku.''T-tapi--''

''Mereka benar Seulgi kau adalah anak kami dan Pria yang ada di depanmu adalah adik kandungmu.''

Jarum jam ruangan ini berbunyi menunjukkan tepat pukul dua belas lewat satu menit. Berarti ini sudah hari natal.Jika biasanya tepat di hari natal Ayah dan Ibu akan memberi kejutan Aneh yang membuat Seulgi tak dapat menebaknya.Maka kali ini Ayah dan Ibu berhasil membuatnya terkejut atas hadiah takdir yang diberikan Ayah dan Ibunya di malam natal kali ini.

''Namamu bukan Kang Seulgi lagi.Tetapi Park Seulgi.''











Tbc...


Holaa~ New Story Seulmin.
Semoga suka dengan cerita baru ini...

See You Next Chap.

Sertai vote+komen setelah membaca...

Bye~bye~

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang