Tidak biasanya Seulgi melihat Jimin ada di rumah pada hari sabtu pagi. Biasanya jadwal pria itu padat sekali sampai-sampai dia merasa tidak tega jika mengganggunya saat istirahat walau hanya satu menit saja. Apalagi, meskipun jadwal pria itu padat.Dia masih sempat-sempatnya menjemput Seulgi pulang dari kampus.Kadang dia berfikir siapa yang adik dan siapa yang kakak disini? Kenapa Jimin lebih peduli padanya ketimbang dia peduli pada Jimin.
''Tidak bekerja hari ini?''
Itu adalah kalimat pertama yang keluar dari bibir Seulgi begitu dia duduk di samping Jimin yang kini tengah fokus menonton televisi.
''Bosan bekerja terus.''Jawabnya santai.
Jujur itu adalah keluhan pertama yang Seulgi dengar dari Jimin karena biasanya pria itu tidak pernah mengeluh.
Satu sudut bibir Seulgi tertarik keatas.
''Sudah makan? Mau aku buatkan makanan?''Tawar Seulgi.''Tidak perlu Noona. Aku sudah makan.'' Jawabnya.
Kepala Seulgi hanya mengangguk mengerti.Dia memilih ikut fokus menatap Televisi yang sedang menayangkan acara berita.
Merasa sedikit bosan Jimin melirik Seulgi yang kini sudah terhanyut dalam tayangan televisi yang di tonton. Dia ingin mengatakan sesuatu namun ada perasaan ragu yang membuatnya bingung setengah mati.
''Katakan.Kau mau bicara apa? '' Jimin tersentak kaget dia kembali menatap Seulgi.Mata gadis itu masih fokus pada televisi tapi wajahnya seolah sedang menunggu kalimat yang akan Jimin katakan.
Tiba-tiba gadis yang usianya lebih tua dari pada Jimin itu menoleh.Dia menatap sang adik serius.
''Tidak jadi bicara?'' Tanya Seulgi santai.
Jimin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.''Itu-- Sebenarnya nanti malam aku akan pergi untuk berkumpul bersama teman-teman sekolahku dulu.''Mata Jimin menatap Seulgi serius.
''Lalu?''
''Noona ikut aku yaa.Aku malu jika harus pergi seorang diri.Tapi...''Jimin menggantungkan kalimatnya.
Satu alis Seulgi terangkat.Dia bingung.
''Tapi apa?''''Noona jangan bilang kalau kau itu Noona ku.Untuk sehari saja pura-pura jadi kekasihku.Bagaimana?Ku mohon.'' Pintanya dengan wajah memelas.
Seulgi diam.Mencoba berpikir. Apa tidak akan jadi masalah? Matanya kembali menatap Jimin yang kini tengah menunggu jawabannya. Sejujurnya Seulgi tidak tega jika harus menolak. Tapi dia takut Mama dan Papa mengetahui semua ini. Pasti akan jadi masalah besar.
''Tapi jangan bilang Mama dan Papa ya Jimin. Noona takut Mama dan Papa marah jika tahu semua ini.'' Pinta Seulgi.
Dengan senang hati Jimin mengangguk tanpa beban.'' Tentu saja.Semua aman padaku.'' Sahutnya.
Seulgi tersenyum samar.''Baiklah. Kalau seperti itu Noona tidak keberatan membantumu.''
***
''Sebenarnya kau akan Reuni dimana Jim? Kenapa jauh sekali?''
Jimin menatap Seulgi yang kini tengah menatapnya.''Sedikit lagi sampai kok. Noona tenang saja.'' Jimin kembali menjalankan mobilnya saat lampu merah sudah berubah warna menjadi hijau.
''Tapi ini bukan Seoul lagi Jim. Harusnya kita naik kereta saja biar lebih cepat sampainya.'' Ujar Seulgi sembari menyentuh keningnya yang sedikit pusing.
Fokus Jimin teralihkan.Dia menatap khawatir Seulgi.''Apa Noona Baik-baik saja?''Tanya Jimin sembari menghentikan mobilnya.
Kepala Seulgi mengangguk.''Ya, Noona Baik-baik saja kok. Sekarang kau fokus pada jalanan saja.'' Jimin mengangguk lalu kembali menyalakan mesin mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother[SeulMin] End√
FanfictionDi usianya yang kedua puluh lima, Seulgi mendapati fakta rumit yang berada di luar perkiraanya. Semua tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Tak terkendali. Konsep hidupnya mendadak berubah. Park Jimin tak pernah sedikitpun ada dalam konsep hidup...