Step Brother : 26 M

3.3K 215 50
                                    


["Jika benar mencintaiku, bawa aku pergi Jim.Sejauh mungkin. Kemanapun. Asal tidak ada lagi yang membuatku ragu untuk mencintaimu."]

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kedua Iris mata itu melebar. Buru-buru ia menarik tubuh Kurus itu kedalam rangkuhannya. Dirasa tubuh gadis itu mulai bergetar, Bahunya mulai basah. Seulgi menangis keras. Dan itu sungguh mengoyak perasaan Jimin hingga menjadi serpihan kecil.

Dia egois. Sangat-sangat egois.

Dia terlalu mementingkan ego. Melupakan bagaimana Seulgi yang berusaha keras tetap menjadi dewasa untuk tetap teguh pada pendiriannya.

Seulgi berusaha keras untuk tidak mengecewakan Mama dan Papa, itu yang Jimin tangkap. Ia mengusap lembut punggung yang masih bergetar. Seulgi sudah mencoba tak melewati berbagai macam hal yang akan merugikan kedua orangtuanya.

Namun saat ini Seulgi goyah. Dia menyimpan kegelisahan itu seorang diri, Mengambil keputusan yang sekiranya benar namun tak ada satupun yang membuat Seulgi aman. Semuanya beresiko. Dia harus berpikir untuk jangka waktu kedepannya. Mengecewakan Mama dan Papa atau menyakiti Jimin lagi?

Cukup!

Seulgi lelah.

Dia ingin hidup sesuai dengan yang ia inginkan.

"Noona? Sttt! Sudah. Berhenti menangis Emh?" Kecupan bertubi-tubi mendarat di kening Kakaknya.

Seulgi menurut. Kini wanita itu bungkam, Jimin mengecup kedua mata sembab yang baru saja menangis. Diusapnya wajah Seulgi penuh kelembutan.

"Meski aku lebih muda, Biar keputusan nanti aku yang memegangnya. Melarikan diri itu bukan jalan keluar. Kau harus percaya padaku Noona. Aku lelaki dewasa. Jadi jangan meragukanku lagi." Kepala Seulgi mengangguk.

Lantas gadis itu kembali menghambur pada pelukan Jimin. Memeluknya erat. Seolah tak ingin momen ini cepat berlalu.

"Eiy, Segitu sayangnya ya Noona padaku?"

Gadis itu menggeleng dibalik rangkuhan pria yang kini bergerak mengecup bahu Seulgi.

"Bukan sayang. Tapi cinta." Jimin dibuat terkekeh gemas mendengar suara serak sehabis menangis itu kini berbisik di telinga kirinya.

"Cium aku Noona?" Jimin berniat menggoda.

Tapi apa yang terjadi diluar kendalinya. Gadis itu sungguh-sungguh melakukan apa yang ia pinta, kedua mata Jimin membulat. Seulgi benar-benar menciumnya.

Ia tersenyum kecil. Menarik punggung itu untuk kembali mendekat. Menyambar kembali bibir basah itu dengan lembut, Menyesapnya rakus membiarkan rasa senang sekaligus sedih menjadi pesakitan yang akan mereka tanggung nanti. Jadi biarkan mereka tenang sebentar.

Kedua lengan Seulgi bergerak melingkarkan tangannya pada leher Si yang lebih muda. Membalas sesapan itu dengan gigitan kecil. Membiarkan Jimin menikmati setiap gigitan lembut itu bagai diatas awan.

Telapak tangannya meremas surai gelap itu saat bibir adiknya bergerak lebih dalam. Melilit lidahnya gemas, Ia makin terpancing saat Seulgi mulai melenguh, Lidahnya mengakses rongga mulutnya bergerak acak lantas kembali saling melilit. Nafas yang beradu membuat hawa panas datang membawa mereka pada aksi yang lebih panas.

Dan entah sejak kapan kini Seulgi sudah duduk nyaman di pangkuan Jimin. Merasakan tangan lebar itu bergerak sensual menyusuri punggungnya. Meremas pinggang gadis itu hingga membuat Seulgi setengah kaget diantara cumbuan panas mereka.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang