Step Brother : 27

1.8K 212 64
                                    

Sarapan pagi berjalan dengan normal.
Mama memasak dan Papa menyiapkan. Sudah jadi pemandangan biasa yang ada setiap pagi. Tapi kali ini berbeda, Seulgi kembali bertingkah aneh. Malah sangat-sangat aneh, biasanya gadis itu saat Mama atau Papa bertanya dia akan menjawab panjang lebar dengan senyum manis yang terpampang di wajahnya.

Hanya saja beberapa minggu ini berbeda, Dia lebih banyak diam. Bukan hanya padanya kepada Mama dan Papa juga. Gadis itu akan menjawab pertanyaan Mama dan Papa seperlunya. Tak ada senyuman manis yang hadir seperti biasa.

Sorot matanya dingin. Dia akan menatap tajam jika ditanya, wajahnya tak secerah biasanya terlampau datar hingga membuat Jimin heran.

Apalagi ini?

Satu lengan gadis itu menaruh tas yang ia bawa keatas pangkuannya. Dia mengunyah roti yang sudah Mamanya olesi selai dengan terburu-buru. Bukan hanya Jimin yang terlihat bingung, Mama dan Papa juga.

Terbukti dengan lengan kanan Mama yang menyenggol lengan kanan Jimin dan Papa yang bergerak menyenggol kaki kirinya. Dia menoleh kearah kanan dan juga kiri. Mereka berdua menuntut penjelasan. Dengan wajah polos Jimin mengedikkan bahunya. Tanda bahwa ia juga sedang memastikan apa yang membuat gadis kesayangannya jadi diam seperti itu.

"Seulgi hari ini kau pulang jam berapa? Ingin bawa mobil Papa?" Yang ditanya menjawab dengan gelengan kepala.

Matanya menatap lurus pada Papa.
"Hari ini Seulgi ingin naik bus, tidak perlu menjemput." Ujarnya sembari menuang segelas air putih.

"Seulgi ingin minum Susu? Mau Mama bawakan?" Tawar Mama bergantian.

"Aku tidak ingin minum Susu Ma, Air putih tidak buruk."

Mama dan Papa menghela napas bersamaan. Mereka melirik Jimin yang kini terpaku menatap Kakaknya dalam diam. Seolah sadar sedang ditatap Jimin balik menatap. Dia menatap isyarat mata Mama untuk berbicara pada Seulgi.

Mau tak mau Jimin berpikir keras.
"Pulang nanti Noona ingin jalan-jalan bersamaku? Ada Taman hiburan yang baru buka dekat Kantorku kerja. Mungkin akan menyenangkan." Ujarnya sembari tersenyum manis.

Tapi sepertinya usaha itu kembali gagal. Seulgi menggeleng."Tidak. Tugasku banyak, Aku lembur hari ini. Pulang agak larut." Sahutnya kemudian bangkit.

Menarik tas berukuran sedang itu kebelakang punggungnya.

"Aku berangkat sekarang."

Gadis itu membungkuk sopan. Lantas mengambil langkah menjauh menyisakan ketiga orang yang masih diam dengan pikiran yang bercabang-cabang. Apa ada yang membuat Seulgi marah? Tapi jika gadis itu marah biasanya si pembuat onar itu tak lain dan tak bukan.

Karena Jimin.

Mama dan Papa tak pernah membuat perkara seperti anak bungsunya. Mama menepuk bahu Jimin lembut, menatap wajah kebingungan itu lantas berbisik di telinganya.

"Bujuk dia. Mungkin kau melupakan janji atau apa aku tidak mengerti. Jadi cepat selesaikan masalahmu itu dengan Kakakmu." Ujar Mama lantas kepalanya bergerak mundur.

Mendengar itu Jimin mengangguk. Menarik Tas hitam miliknya lantas berlari mengejar gadis itu, Matanya melirik kanan dan kiri bergantian. Dia kembali mengambil langkah lebar menuju jalanan ramai yang biasanya gadis itu lewati untuk naik bus.

Ternyata jalanan tak seramai yang ia duga. Mungkin karena masih cukup pagi jadi kendaraan yang lewat masih bisa dihitung pakai jari. Ia mengambil arah kanan matanya menelisik setiap penjuru lantas fokusnya beralih pada tempat pemberhentian bus. Seulgi. Gadis itu diam menatap kosong aspal jalanan yang tak menarik sama sekali.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang