Terhitung sudah satu hari lewat tujuh jam Kang Seulgi berada di tempat asing dengan keluarga baru yang kini menjadi keluarga-nya.Ayah dan Ibu sudah pulang tepat pukul dua malam kemarin tanpa meninggalkan penjelasan apapun.Mungkin selama dua puluh lima tahun Seulgi tidak pernah menuntut apapun dari Ayah dan Ibu.
Tapi bolehkah? Sehari saja dia ingin egois. Berlari mengejar mereka dan menjerit dengan lantang 'Aku tidak ingin disini.Aku ingin bersama kalian.' Percuma! Sejak usia tujuh tahun Kang Seulgi sudah diajarkan untuk tidak menolak keputusan orang tua ataupun menuntut sesuatu.Karena itu salah.
Menghela nafas saja terasa berat.Dia menatap langit-langit kamar-nya. Sudah siang rupanya. Tubuhnya bangkit dari atas kasur besar yang sekarang menjadi miliknya.Kepalanya menoleh menatap koper miliknya yang berada tepat di depan lemari coklat.Melangkah mendekat dan membukanya.Setelah mendapatkan baju yang akan ia kenakan sekarang Seulgi beranjak dengan pelan ke arah kamar mandi.
Setelah tubuhnya terendam oleh air hangat.Sedikit-demi sedikit ingatan lama melintasi fikiran. Sederhana namun begitu menusuk jantung-nya.
Mengingat begitu indah masa kecilnya saat dimana Ibu yang selalu mengajaknya memasak bersama,Mengajarkan membaca,Mengobati Seulgi saat dia terjatuh di depan rumahnya karena tersandung.Atau Ayah yang rela mengambil cuti hanya untuk mengajaknya jalan-jalan dan mengusap air matanya saat ia menangis.Sekarang Seulgi ingin bertanya.
Apa Ibu bisa mengobati luka Seulgi seperti Dulu?
Apa Ayah masih mau mengusap air mata Seulgi seperti Dulu?
Tangan kanan Seulgi mengusap pelan kelopak matanya berharap agar air mata itu tidak jatuh.Tapi, sia-sia semakin diusap semakin deras pula air matanya.Kepalanya ia tenggelamkan ke dalam air hangat.Hanya sampai enam puluh detik.Kemudian kepalanya ia angkat. Nafasnya tersengal-sengal.
Tangannya ia kepal.Memukul dada kirinya berkali-kali. Membiarkan air mata itu mengalir secara terus-menerus.
''Seulgi?''
Bungkam.Sengaja tak menyahut Seulgi tak ingin keluarga barunya melihat ia menangis.
Kemudian Seulgi bangkit dan mengambil jubah mandinya.Sesaat ia memandang wajahnya di cermin berukuran sedang yang berada di depannya.Kembali membasuh wajahnya dengan air.Lalu beranjak pergi keluar dari kamar mandi.
Saat kakinya melangkah keluar. Matanya tiba-tiba menangkap sosok Pria yang tengah duduk diatas ranjang besar miliknya.Tengah memandangnya tajam.Namun tidak mengintimidasi.
Dia bangkit kemudian menghampirinya.
Refleks Seulgi mengeratkan jubah mandi yang membalut tubuhnya dan mengambil langkah mundur.Dia takut.
Belum pernah ada Pria yang menatapnya setajam itu.''A-ada apa?'' Tanya Seulgi.
Pria yang ia ketahui sebagai adik kandungnya itu berhenti tepat di hadapannya.Tangan Jimin terangkat.
Seulgi menatap pergerakan tangan kanan Jimin. Secara perlahan tangan itu mendekati Seulgi membuatnya mengernyit bingung.Dia tak bisa berfikir apapun.Tak mengerti pula apa yang ingin Jimin lakukan padanya.Namun,Dugaan buruk yang sedikit melintasi otaknya mendadak sirna saat tangan Jimin menyentuh kelopak matanya kemudian menekan-nekannya pelan.
''Sakit tidak?''Tanya Jimin masih fokus melihat kelopak mata Seulgi yang membengkak.
Seulgi bungkam.Bingung ingin mengatakan sesuatu.''Kemarin kan sudah menangis.Kenapa menangis lagi?Apa itu Hobimu?''
Makin heran dengan sikap Jimin.
''Maaf.''Hanya itu yang keluar dari mulut Seulgi.Dia juga bingung mengapa ia mengatakan maaf.Jimin menarik kembali tangannya. Menatap Seulgi tanpa ekspresi. Membuatnya kembali bungkam seribu bahasa.''Ganti bajumu.Nanti aku akan kembali.'' Ujarnya tiba-tiba lalu melangkah keluar dari kamar Seulgi.
Pintu kamarnya tertutup. Tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Jimin maka dari itu fikirannya bertanya-tanya seperti;
Untuk apa ia kembali?
Kenapa dia ingin kembali?
Apa yang ingin dia lakukan padaku?
Pertanyaan itulah yang sedari tadi berputar-putar di kepalanya.Bahkan sampai ia selesai mengganti bajunya.
Dia masih tetap tak mengerti.Dan tepat saat Seulgi ingin membuka pintu kamarnya ada Jimin yang sedang berdiri di depannya dengan membawa air dingin dan kain di tangan kirinya.
''Mau kemana?'' Suaranya terdengar menusuk di telinga Seulgi.
''Emm...Tidak tahu.'' Jawab Seulgi ragu.
Terlihat jelas bahwa Jimin sedang menghela Nafasnya agak kasar.
''Kembali kedalam.'' Dan Seulgi menurut.''Duduk.''Sesingkat itu Jimin menyuruhnya.
Mau tidak mau Seulgi duduk diatas ranjangnya.Kemudian disusul Jimin yang duduk dihadapannya setelah tadi menutup pintu.
Jimin menatap kedua matanya tajam.Membuat Seulgi takut.
''Pejamkan matamu?''
''Hah?'' Seulgi bingung.
''Bisa menurut tidak sih?'' Ada sedikit nada membentak di kalimat itu sehingga Seulgi langsung menurut.
Setelah tiga puluh detik Seulgi memejamkan matanya.Ada benda seperti kain basah yang tengah menekan-nekan kelopak matanya.
Terasa dingin.Lalu kain itu berpindah ke kelopak mata sebelahnya.Setelah itu Seulgi merasakan Jimin tengah mengoles kelopak matanya menggunakan saleb.Tepat setelah kegiatan itu selesai Jimin membuka suara.''Buka matamu. ''
Seulgi kembali menurut.Secara tidak langsung saat Seulgi membuka matanya.Tatapan mereka saling bertabrakan.Membuat Seulgi menunduk dalam diam.
''Menerima takdir itu sulit.Tapi jika kita mampu menjalani itu semua.Pasti akan menjadi mudah.Bukannya menangis. Air mata itu hanya akan terbuang sia-sia. Tidak kasihan pada matamu sendiri?Kau sudah menangis sampai satu setengah hari.Kau tahu itu?'' Jimin berbicara sembari menatap Tajam Seulgi.
''Jika butuh bantuan katakan padaku. Maka aku akan membantumu.'' Ujar Jimin.Kemudian menatap dalam kedua mata Seulgi.
''Tapi! jangan meminta sesuatu hal yang tidak ingin aku lakukan. Seperti memanggilmu Noona. Karena sampai kapanpun aku akan menganggap aku anak tunggal. Aku melakukan ini karena kau menyusahkan. Kau sadar itu?''
Meskipun merasa sakit atas kalimat yang terucap dari mulut Jimin Namun ia tetap mengangguk.''Maaf.''
Jimin menyeringai.''Tidak perlu. Karena aku tidak butuh itu.''
Dan di detik ini setelah pertemuan pertama mereka kemarin tepatnya di malam natal itu.Seulgi mangambil satu kesimpulan yang dapat ia sadari.
Park Jimin,Dia tidak bisa terbaca walau hanya sedikitpun.
Tbc...
Jiminnya disini sifatnya Random bgt yaa...
Menarik gak sih ceritanya...Takut kalian gak ngefeel sumpah.
See You Next Chap...
Bye~bye~
Sertai vote+komen setelah membaca...
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother[SeulMin] End√
Fiksi PenggemarDi usianya yang kedua puluh lima, Seulgi mendapati fakta rumit yang berada di luar perkiraanya. Semua tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Tak terkendali. Konsep hidupnya mendadak berubah. Park Jimin tak pernah sedikitpun ada dalam konsep hidup...