Step Brother : END

2K 220 80
                                    

Sejujurnya masalah ini berawal dari musim panas dua tahun yang lalu.

"Jim, tidak mau menikah? Mama ingin kau bahagia di jenjang yang serius."

Suara ketikan yang berasal dari laptop persegi itu lantas berhenti. Kedua sudut bibir itu berusaha keras ia naikan. Ia melepas kacamata yang bertengger manis diatas hidungnya.

"Kenapa Mama ingin aku menikah?" Sahutan itu terdengar pasrah.

Helaan napas pendek menjadi kegiatan pertama yang Mama lakukan setelah anak satu-satunya itu balik bertanya. Sekiranya Mama membutuhkan jawaban, bukan pertanyaan yang malah di limpahkan kembali.

"Mama lihat terakhir kali kau bersama gadis cantik saat Mama ingin mengunjungi kampus untuk mengantarkan tugasmu yang tertinggal. Mama pikir kau sudah punya kekasih." Balas Mama seadanya .

Buru-buru laptop yang masih terbuka itu ia tutup. Tubuhnya bangkit, melangkah pasti kearah wanita paruh baya yang kini memandangnya penuh harap. Ada setitik keinginan bagi Mama untuk menyampaikan maksud sesungguhnya.

"Ma, wanita itu bukan kekasih Jimin. Dia hanya satu kelompok dengan tugas Jimin beberapa minggu besok." Kedua tangannya melingkari leher Mama. Kepalanya bersandar diatas bahunya.

Beberapa detik keheningan terjadi. Hanya suara napas pendek keduanya yang saling bersahutan.

"Sebetulnya. Mama ingin memperkenalkan gadis dari sahabat Mama. Kau mau?"

Mendengar pertanyaan yang lebih menjurus pada pernyataan. Kedua lengan yang masih memeluk bahu mama terlepas. Matanya menatap serius. Ada ekspresi tersembunyi yang tak mampu mama paparkan secara langsung.

"Mama mau menjodohkan Jimin?" Suaranya agak meninggi.

Tanpa banyak protes Mama mengangguk. Tubuh Jimin berbalik. Ia mengusap wajahnya kasar.

"Ma sebelum ini aku sudah menolak hal itu bukan? Siapa gadis itu? Masih wanita yang sama?" Sepintas suaranya terdengar mengejek.

Kali ini Mama bungkam. Mengamati perubahan wajah putranya yang bisa di bilang kesal. Ia menghela napas pendek.

"Berapa usianya?"

Mama terkejut. Dia kembali menyoroti Jimin dengan serius.

"Dia dua tahun diatasmu. Tapi dia cantik Jim, dia juga sudah memenangkan beberapa mendali penghargaan. Bahkan dia lulus menjadi mahasiswa terpintar. Mama suka padanya. Dia manis dan sopan." Kedua mulut Jimin hampir terbuka.

Sungguh diluar perkiraannya. Dia pikir Mama menjodohkan Jimin dengan gadis SMA yang baru lulus.

Tapi?

Ah, sudahlah.

"Ma. Jimin tidak berniat menikah dengan gadis yang lebih tua dariku. Itu sangat tidak mungkin. Lebih baik aku menghabisi masa-masa mudaku dengan bekerja. Urusan menikah nanti aku cari sendiri." Dan secara langsung Jimin menolaknya dengan keinginan keras.

Perubahan wajah Mama begitu kontras. Terlihat tak senang sama sekali dengan jawaban itu.

"Kau yakin? Tidak mau lihat fotonya terlebih dahulu?" Lagi. Mama berusaha meyakinkan.

"Tidak!" Tolaknya.

Dan berakhir dengan kepergian Mama yang terlihat kesal bukan main.





Dan siapa yang tahu? Ternyata setelah kejadian itu Mama tak lagi memaksanya. Namun, dia mendapati fakta baru di minggu setelahnya. Fakta yang membuatnya heran setengah mati.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang