Haii Zeyeng🙌
.
.
.
.
.
.
.
.Ada yang nungguin akuu?
Wkwk...Vote dulu gaes sebelum baca..😁
"Ada apa?"
Mama meletakkan secangkir teh di depan Seulgi maupun Jimin yang kini duduk saling berhadapan. Satu alis Mama terangkat, menatap aneh kedua anaknya. Tumben sekali hening. Biasanya meja makan akan selalu berisik, entah itu Jimin yang biasanya selalu menggoda Kakaknya ataupun Seulgi yang biasanya menyapa hangat Mama dengan candaan ringan.
Tapi suasana meja makan mendadak canggung.
"Kalian tidak sedang marahan kan?" Seulgi melebarkan kedua matanya menatap Mama.
Seulgi Melirik Jimin sesaat lalu segera menggeleng sebagai jawaban dari pertanyaan Mama.
"Tidak Ma, Jimin sedang menyusun agenda untuk siang nanti. Sekretaris Kim hari ini izin sakit." Jimin mencoba tersenyum meyakinkan.
Padahal sejak tadi ia sedang berfikir keras bagaimana cara mencairkan kebekuan ini. Ini semua salahnya juga, Mungkin Seulgi masih malu karena semalam hampir di pergoki Mama.
Berbicara soal semalam, gara-gara Mama Jimin jadi terlelap di kolong kasur Seulgi karena Mama justru berakhir berbincang dengan Seulgi sampai malam. Dia bangun saat pukul dua malam, itupun di bangunkan Kakaknya. Dia jadi merasa tak enak sejak semalam, Saat Seulgi membangunkannya gadis itu tak berbicara sama sekali padanya.
Apa Seulgi kesal?
Tapi...kesal karena hal apa? Bukankah mereka sekarang saling mencintai? Lalu untuk apa Seulgi marah?
Entah,dia tak tahu jelas. Seulgi masih diam sampai pagi ini.
"Ma Seulgi berangkat sekarang." Gadis itu bangkit. Beranjak menaruh piring kotor terlebih dahulu.
"Seul, tidak bersama Jimin saja?" Mama bertanya bingung, sebab Seulgi biasa di antar adiknya itu.
Sejenak Seulgi melirik Jimin yang kini menatapnya, ia balas memandangnya dengan tatapan yang sulit untuk di artikan. Hingga yakin bahwa pria itu kini dilanda rasa dilema yang teramat sangat. Memilih mengalihkan tatapan matanya dan kembali menatap Mama yang menunggu jawaban.
Kepala gadis itu menggeleng, kembali menghampiri Mama lalu mengecup pipinya dan beranjak pergi begitu saja. Membuat satu-satunya pria yang berada di meja makan itu mengangkat alisnya bingung. Seulgi benar-benar marah? Duganya dengan setangah tak yakin.
"Ma,Aku pergi sekarang." Jimin menarik tas hitam yang berada di atas sofa. Lalu mengeluarkan kunci mobil di sakunya.
"Hati-hati sayang, jangan lupa jemput Kakakmu."
Setelahnya pria itu bergegas membuka pintu rumah, ia berlari kecil lalu membuka pintu mobilnya. Jimin mengendarai mobilnya dengan kecepatan ringan. Sesekali kepalanya menoleh menatap luar jendela mobilnya. Barang kali melihat kakaknya.
Dan benar saja. Saat mobilnya melintasi halte bus terdekat dari rumahnya ini, ia melihat Kakaknya tengah duduk menunggu bus yang akan mengantarkan gadis itu ketampat kerjanya.
Satu senyuman manis terbit dari wajahnya, gadis itu tetap cantik walau hanya menatapnya dari jarak yang cukup jauh. Memang, segala sesuatu yang berhubungan dengan gadisnya itu selalu membuatnya senang bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother[SeulMin] End√
FanfictionDi usianya yang kedua puluh lima, Seulgi mendapati fakta rumit yang berada di luar perkiraanya. Semua tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Tak terkendali. Konsep hidupnya mendadak berubah. Park Jimin tak pernah sedikitpun ada dalam konsep hidup...