Step Brother : 12.

3K 417 35
                                    

Malamnya Seulgi tidak dapat tertidur sama sekali. Rasanya rumah ini sedikit membuatnya tidak nyaman, Hal pertama yang menjadi penyebab utamanya adalah Kamar Seulgi tidak ada lampu dan hanya ada lilin kecil yang menyala di atas meja yang berada di samping ranjangnya.Kedua, Seulgi benci tempat gelap karena dia selalu berfikir hal-hal buruk seperti adanya makhluk halus.Tuhan jangan sampai itu benar-benar terjadi!

Dan ketiga Dia sangat tidak menyukai suara jarum jam yang berdetak dengan nyaring di kamarnya ini.

Tubuhnya jadi merinding. Dia mencoba memejamkan kedua matanya.Namun, tak selang sampai dua menit matanya kembali terbuka.Dia menghela nafasnya kasar.Lalu bangkit dari ranjang berukuran sedang itu.

Apa Jimin sudah tidur. Hal itulah yang pertama kali muncul di kepalanya saat menatap tembok Kayu yang bisa digeser itu.Dengan hati-hati dia mencoba mengetuk pelan tembok kayu itu berharap Jimin akan segera menggesernya dan muncul di hadapannya.

Namun dia salah.

Jimin tak menggesernya.Dengan hati-hati dia menggeser sendiri tembok kayu itu.Matanya membulat kaget.

Kamar Jimin gelap total tanpa adanya lilin sebagai penerang.Sehingga dia tidak dapat melihat dengan jelas apa Jimin sedang tertidur lelap atau belum, sebab tubuhnya tertutup total dengan selimut.

''Jimin.''Panggilnya pelan.

Tapi Jimin masih tak menunjukkan pergerakan sama sekali.Kakinya melangkah mendekat,Tangannya mencoba menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Jimin.

Dia terkejut.Tidak ada Jimin hanya ada guling yang berada di balik selimut tersebut.Seulgi mendadak gelisah.

Dia takut.Sungguh!

Tubuhnya mendadak menegang kala mendengar suara langkah kaki di belakangnya.Dia mulai berdoa dalam hati semoga itu bukanlah makhluk halus atau semacamnya.Saat serasa suara langkah kaki itu semakin mendekat Seulgi memejamkan Kedua matanya dengan bibir yang tak henti-hentinya mengucapkan doa agar dilindungi.Dia menggigit bibir menahan rasa takut.

''Noona?'' Tubuh Seulgi terkejut setengah mati kala mendapati bahunya di tepuk lumayan keras membuatnya segera berteriak histeris namun segera di bekap oleh orang yang kini ada di belakangnya.

''Noona ini aku.Jimin.'' Seulgi membuka matanya nafasnya tersengal-sengal bagaikan habis berlari ratusan meter.

''Kenapa Noona disini?''Seulgi menggeleng keras.

''Maaf,Aku tidak bisa tidur sama sekali.''Keluhnya terdengar agak merengek.

Jimin mengernyit heran.Tidak biasanya Kakaknya seperti ini.'' Apa Noona ingin ke belakang rumah.Disana mungkin kau akan merasa lebih nyaman karena cukup terang.''Seulgi mengangguk pasrah menanggapi saran itu.

Dengan setengah linglung Seulgi hanya mengikuti Jimin yang kini tengah menggenggam telapak tangannya dengan lembut. Mengiring Seulgi untuk mengikuti langkah kakinya. Mata Seulgi menatap punggung yang lumayan lebar--- milik Jimin itu dengan setengah mengantuk.

Setelah di rasa pintu terakhir,Jimin segera menggeser pintu belakang rumahnya itu dengan pelan lalu melangkah maju diikuti Seulgi yang berada di belakangnya.Mulut Seulgi sedikit terbuka kala menatap kagum belakang rumah Nenek yang terlihat indah dengan cahaya dari lilin panjang dan obor yang tergantung apik di dekat pagar belakang rumah Nenek.

''Kemari Noona. ''Jimin menepuk kursi sebelahnya yang kosong.

Tersenyum kecil lalu mengikuti apa yang Jimin katakan.Kini dia duduk bersila sembari menatap langit malam yang terasa cukup menarik perhatiannya.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang