Jimin tersenyum kecil saat melihat gadis manis yang tengah memakai apron berwarna merah dengan latar bunga-bunga itu,kini tengah tertawa bersama Nenek yang sibuk mengajarkannya cara membuat sarapan pagi khas desanya yaitu kue bolu yang bahan utamanya dari umbi-umbian dan minuman ginseng yang di gabung dengan jahe sehingga menjadi minuman yang pas untuk menghangatkan tubuh, Apalagi Desa San-gu terkenal dengan tempatnya yang memiliki suhu lebih dingin di bandingkan desa-desa lainnya di sekitar Busan.
''Ah,Jimin!Sudah bangun rupanya. Kemarilah!Nenek dan Seulgi sudah membuatkanmu sarapan.'' Ujar Nenek saat menatap Jimin yang kini muncul dari lorong sebelah kanan.
Mendengar itu kepalanya mengangguk. Namun,Dia tak segera duduk di meja makan melainkan menghampiri Nenek lalu mencium singkat pipi kanan Nenek dengan sayang. ''Morning Babe.'' Ucap Jimin pelan. Nenek hanya menggeleng-geleng lucu melihat tingkah Jimin yang tak pernah berubah sama sekali.
''Berhenti menggodaku Nak,Lebih baik kau cari wanita yang memiliki rambut panjang dengan rambut hitam bukannya gadis berambut putih seperti Nenek.''Balas Nenek sembari terkekeh kecil.
''Tidak masalah,Aku menyukai wanita dengan rambut berwarna apapun. Asalkan dia seperti Nenek,maka aku akan segera menyeretnya ke hadapan pendeta sekarang juga dan tak akan pernah melepasnya.'' Sahut Jimin sembari mengerling jahil. Melihat itu Seulgi kini tertawa kecil dengan tangan yang masih sibuk memotong kue yang baru selesai ia kukus.
''Lihatlah kelakuan adikmu Seul,Aku yakin dia akan menikah dengan gadis yang justru lebih tua darinya.'' Nenek segera menjauh dari Jimin dan kini memilih fokus membantu Seulgi meletakkannya ke atas meja makan.
''Tidak buruk.''Sahut Jimin yang kini ikut membantu Seulgi membawa teko ke atas meja.
Mata Seulgi tak lepas dari kedua manusia yang kini memberikan suasana yang membuat perasaannya hangat di pagi hari.Dia kini ikut mendekati meja makan dan duduk di sebelah Nenek. Dia mengambil cangkir keramik yang sudah terisi minuman ginseng itu, lalu dia sedikit meniupnya pelan sebelum minuman masuk ke dalam mulutnya.
Tapi,Setelah minuman itu masuk kedalam mulutnya ia bungkam alisnya setengah mengernyit.'' Pedas.'' Gumam Seulgi.
Saat mendengar penuturan itu kepala Nenek dan Jimin refleks menoleh lalu terdiam sebentar membuat dia bingung.Namun,Yang membuatnya makin bingung tiba-tiba Nenek dan Jimin tertawa lumayan keras.
''Ada apa?Ada yang salah?'' Ujarnya menatap polos kuduanya.
''Rasanya memang seperti itu Nak,Memangnya kau berfikir rasanya seperti apa? Itu adalah Ginseng yang di campur dengan jahe.Sudah pasti terasa lumayan pedas.'' Sahut Nenek membuat Seulgi menggaruk lehernya yang tidak gatal.Dia jadi malu.
''Makanlah bolu kukusnya Seul.'' Satu tangan nenek menaruh bolu potongan yang masih panas itu keatas piring milik Seulgi.
Senyuman Seulgi mengembang.
''Terimakasih Nek.''Melihat bagaimana cara Seulgi berbicara dan menanggapi perkataan Nenek,lalu sesekali tersenyum sebagai wujud kesopanan gadis itu membuat hati Jimin menghangat. Perasaannya meletup-letup acap kali mendengar tawa merdu gadis yang usianya lebih tua darinya itu.
Satu tangannya mencoba menopang dagunya. Mengapa dia begitu sempurna?
Tanpa sadar Jimin bahkan tak bisa memalingkan matanya dari wajah cantik Seulgi yang kini kembali menyesap minuman Ginseng itu. Jimin mencoba menahan diri saat melihat Gadis itu menjilat bibirnya,Batinnya gemas bukan main berfikir bagaimana bibir kemerahan itu menyesap bibirnya lalu menjilatnya dengan sensual. Sial! Jimin menjerit dalam hati karena merasakan tubuhnya memanas sekaligus sesak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother[SeulMin] End√
FanficDi usianya yang kedua puluh lima, Seulgi mendapati fakta rumit yang berada di luar perkiraanya. Semua tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Tak terkendali. Konsep hidupnya mendadak berubah. Park Jimin tak pernah sedikitpun ada dalam konsep hidup...