Step Brother : 25

1.9K 220 43
                                    

Saat ini Seulgi sudah duduk santai di dalam kamarnya. Dia sampai di rumah sekitar pukul delapan malam mengingat Jimin mengeluh lapar di perjalanan mau tak mau Seulgi menuruti dan kebetulan dia juga lapar. Sampai saat ini Jimin masih menuntunnya jika dia ingin berjalan. Bahkan Saat sampai rumah tadi Jimin berniat kembali menggendong Seulgi.

Oh gila! Jika Seulgi tak memaksa ingin jalan sendiri Jimin mungkin akan menggendongnya sampai kamar.

Awalnya Mama dan Papa terkejut saat melihat putra mereka menuntun Kakaknya berjalan perlahan-lahan. Saat di tanya, Jimin tanpa ragu mengatakan bahwa Seulgi tergelincir di pantai saat mereka sedang bermain-main. Mana mungkin Jimin bilang Kalau Kakaknya tidak bisa berjalan karena di hujam semalam penuh olehnya. Bisa-bisa mereka serangan jantung mendadak.

Ketukan pintu membuat Seulgi menoleh. Begitu pintu terbuka, ada Mama yang datang sembari membawa beberapa potong camilan.

"Sudah mau tidur?"

Seulgi menggeleng sekaligus membalas ucapan Mama dengan senyuman manis di kedua sudut bibirnya. Mama bergerak menghampiri lantas mendudukan tubuhnya di ujung ranjang.

"Bagaimana liburanmu? Mama senang kau menikmati liburan setelah waktumu terkuras karena mengurus Jimin."

Senyuman Cantik singgah sempurna tanpa ragu. Seulgi mengangguk. "Tentu. Sudah lama aku tidak pergi kepantai." Sahutnya.

Satu tepukan halus mendarat pada bahu gadis itu."Tapi kau tidak sungguh-sungguh menikmatinya Seul. Harusnya Jimin menjagamu dengan baik. Pria itu memang agak keterlaluan dalam melindungi. Dia sering lalai." Mata coklat Mama terlihat membara. Agak kesal melihat putri kesayangannya pulang dalam keadaan sakit seperti ini.

Kebohongan Jimin membuat Seulgi meringis, Pria itu agak keterlaluan membuat Mama sampai khawatir begini. Padahal pelaku utama yang membuat keadaan Seulgi tak bisa berjalan adalah Jimin sendiri.

Terdengar kekehan halus. Kali ini Seulgi menggeleng, Mencoba meyakinkan."Tidak seperti itu Ma, Aku menyuruh Jimin membakar jagung sehingga ia tak tahu aku jatuh saat itu." Jawabnya mencoba meyakinkan.

Terkutuklah kau Park Jimin hingga membuat Seulgi harus berbohong seperti ini hanya untuk membelanya.

"Lain kali jika ingin liburan ajak Mama dan Papa agar kami bisa menjagamu dengan baik. Sejujurnya Mama memang agak meragukan Jimin." Lantas Mama bangkit menaruh camilan yang dibawa keatas nakas.

"Jangan tidur sampai larut. Kau harus banyak istirahat." Mama mengusap surai lembut Seulgi lantas melangkah meninggalkan kamar.

Seulgi menghela napasnya kasar. Apa yang akan terjadi jika Mama tahu semuanya? Ia menatap kosong kepergian Mama yang kini sudah tak terlihat oleh Iris matanya. Sejak Seulgi tahu Jimin menyukainya, dia sudah cemas jika Jimin Akan melakukan hal yang tidak-tidak. Dia hanya takut hubungan ini tertangkap basah. Meski itu hanya praduga tapi siapa yang akan tahu suatu saat nanti?

Bisa saja hal itu terjadi.

Ia luar biasa khawatir. Jika sungguh-sungguh sesuai dengan dugaannya apa yang akan terjadi selanjutnya?

Apa dia akan melarikan diri bersama Jimin?

Atau mungkin...



Berpisah?


Seulgi lantas menggeleng. Meski berkali-kali ia khawatir, tak bisa di bohongi. Sejujurnya ia menikmati semuanya, Bagaimana sensasi debaran jantung pria itu saat memandang wajahnya dan bagaimana Cara Jimin menyentuhnya. Seulgi gila karena menyukai semua itu.

Jadi apa ia harus pergi dari zona ini?

Tidak bisa!Seulgi sudah terperangkap. Jiwa dan juga hatinya sudah terpenjara seiring berjalannya waktu. Jimin sudah menguasai seluruhnya. Dan Seulgi tak ingin menjadi gadis yang menipu perasaannya sendiri.

Step Brother[SeulMin] End√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang