Seharusnya setelah Kang Seulgi selesai mengajar di jam siang tadi harusnya dia sudah pulang sekarang. Karena itu adalah jam terakhir dia mengajar. Tapi,Saat dia mengecek Laptop miliknya dia baru mengingat bahwa tugas yang dia kerjakan belum benar-benar selesai.
Maka dari itu dia masih bertahan di Perpustakaan yang berada di lantai teratas kampus ini.Lelah,dan membosankan tentu menjadi hal yang mendominasi dirinya untuk saat ini. Jika saja tugas ini bukan untuk esok pasti Seulgi sudah bersantai sejak tadi dan memilih mengerjakannya malam nanti.
Seulgi menghela nafasnya kasar.Lalu menutup Laptopnya.Matanya menatap Jam yang tertempel di dinding ruangan ini.
Pukul Empat lewat dua puluh lima menit.Lumayan lama juga Seulgi berada disini.Kemudian tubuhnya bangkit.Tangannya menata kembali laptop dan kertas-kertas yang berserakan diatas meja ini kedalam tas-nya.
Tepat setelah seluruh barang miliknya sudah masuk ke dalam Tas ada satu suara yang memanggilnya dari pintu luar perpustakaan kemudian masuk kedalamnya.Melangkah mendekatinya.
''Noona kenapa belum pulang.''
Itu adalah Park Jihoon-salah satu mahasiswa-nya yang dulu menjadi tetangganya di rumah lama miliknya.
''Ah,Pekerjaan Noona cukup banyak hari ini.Kau sendiri?Bukannya hari ini hanya kelas pagi?''Pria bersenyum manis itu mengangguk tanda membenarkan.
''Memang sengaja menunggu Noona.''
Mendengar itu lantas Seulgi menatap Jihoon penuh akan tanda tanya.''Kenapa menunggu Noona? '' Tanya Seulgi bingung.
Terlihat jelas bahwa kali ini Jihoon tengah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.Wajahnya terlihat agak kikuk.''Ehmm...Mungkinn karena aku ingin mengajakmu makan bersamaku Noona. Lagipula aku tidak pernah melihatmu lagi di lingkungan rumahku.Hanya bisa melihatmu saat di kampus saja.Itupun sebatas dosen dan mahasiswa.Padahal biasanya aku selalu mengganggumu saat di rumah.'' Ujarnya menatap Seulgi serius.
Mendengar kalimat yang terucap dengan nada malu-malu itu lantas membuat senyuman Seulgi mengembang.
''Jadi point utamanya...Kau rindu padaku.Begitu kan?''Tanya Seulgi sembari mengulum bibirnya agar mampu menahan agar tidak tersenyum.
Saat telinga Jihoon mendengar pernyataan yang terlontar begitu saja dari mulut Seulgi membuat telinga pria berusia dua puluh tahun itu agak memanas.Malu sekali.Seperti baru saja ketahuan mencuri celana dalam milik Neneknya.
''Tidak juga.'' Sanggah Jihoon malu.
Seulgi lantas terbahak.Sampai-sampai air matanya keluar.Kemudian dia mengusap air mata yang keluar begitu saja dari matanya. Lalu kembali menatap Jihoon-mantan tetangganya yang sudah ia anggap seperti adik sendiri.
''Mengapa kau menggemaskan sekali sih?Aku jadi ingin mengangkatmu jadi adik kedua-ku.'' Ujarnya sambil mencubit kedua Pipi Jihoon dengan gemas.
''Adik kedua?Aku tidak tahu Noona mempunyai adik. '' Tanya Jihoon saat menyadari maksud dari kalimat yang terselip makna bahwa Seulgi mempunyai seorang adik meskipun secara tidak langsung.
Kali ini Seulgi yang menggaruk lehernya lantaran bingung ingin menanggapi hal itu.
''Noona tahu secara tidak langsung kau meminta sedikit penjelasan bukan?'' Seulgi menjeda kalimatnya.Lantas dia kembali melirik Jam yang tertempel pada dinding ruangan ini.''Bagaimana jika besok?Noona juga ingin mengunjungi rumah lama Noona. Besok aku akan ke rumahmu untuk makan bersama. Sekaligus menjelaskan sedikit hal kecil. Karena ini sudah cukup sore. Adikku pasti sudah menunggu.''Ujar Seulgi yang langsung diangguki Jihoon sebagai jawaban.
Kemudian keduanya memutuskan untuk berjalan saling ber-iringan. Melewati lorong kampus yang sudah lumayan sepi.Jihoon terlihat tengah melirik Seulgi yang kini tengah fokus menatap lurus.Entah mengapa?Ada hal yang ingin dia katakan akhir-akhir ini. Namun, Dia juga bingung akan hal apa?
Tepatnya di depan kampus sudah terlihat mobil hitam milik Jimin yang sudah bertengger manis di dekat gerbang kampusnya.
''Kau pulang naik apa?'' Tanya Seulgi menghentikan langkahnya kemudian menoleh menatap Jihoon.
''Naik bus mungkin.Motorku sedang kritis.''Jawabnya cepat.
''Tidak ingin bersama Noona saja?''Tawar Seulgi yang langsung di balas dengan gelengan.
''Baiklah kalau begitu Noona Pergi dulu. Jika kau memang rindu pada Noona seharusnya kau menelepon. Percuma memiliki ponsel jika tidak di gunakan.'' Ujar Seulgi kemudian mengusap kepala Jihoon pelan.
Lalu melangkah pergi sambil melambaikan tangannya pada Jihoon lalu kembali mengeluarkan suara dengan sedikit berteriak.'' Dah Jihoon..''
Setelahnya Seulgi berlari kecil menghampiri mobil Jimin yang sedari tadi sudah menunggunya.
''Dia siapa?''itu adalah kalimat pertama yang Jimin katakan saat Seulgi baru duduk di dalam mobil.
''Maksudmu Jihoon?''Tanya Seulgi dan Jimin hanya mengedikkan bahunya.
Seulgi memasang sabuk pengaman terlebih dahulu kemudian menjawab pertanyaan yang Jimin tanyakan.
''Dia mahasiswa-ku sekaligus tetangga lamaku.Dulu kami dekat.Dia sudah kuanggap sebagai adikku sendiri.''Ujar Seulgi menjawabnya dengan senyuman saat menjelaskan perihal itu.Jimin diam membuat Seulgi juga diam. Tak ada tanda-tanda Jimin akan menyalakan mesin mobil.Jadi Seulgi hanya duduk diam menatap Jimin dan menunggu pria itu mengeluarkan suara.
Tapi sudah hampir dua menit Jimin bungkam membuat Seulgi mengernyit.
''Kenapa tidak kau nyalakan mesin mobilnya.Ini sudah sangat sore.''Ujar Seulgi mengingatkan.
Masih sama tak menanggapi membuat Seulgi menghela nafasnya mencoba bersabar menunggu Sampai kapan Jimin akan bungkam terus-menerus.
''Kau menganggap dia adikmu?'' Akhirnya Jimin mengeluarkan suaranya.Membuat Seulgi lega.Dia fikir Jimin sudah membeku jadi patung karena tak bersuara sama sekali.
''Iya,Dia sangat menggemaskan.Sejak dulu aku menginginkan seorang adik.Namun,Ayah dan Ibu tidak bisa mengabulkan hal itu.Aku selalu kesepian saat berada di rumah.Dan saat aku tahu ada tetangga baru di sebelah rumahku aku senang.Apalagi saat Ibuku mengunjungi rumahnya bersamaku. Aku sangat senang saat pertama kali melihat Jihoon dia tidak seperti anak laki-laki kebanyakan.Dia juga penurut.Maka dari itu dia sudah kuanggap seperti adikku sendiri.''
''Kau menyayangi Jihoon?''
Seulgi menatap Jimin kemudian mengangguk.''Tentu.Tapi,Aku lebih menyayangi-mu tentunya.Kau adik kandungku Park Jimin.Meskipun Jihoon menggemaskan.Tapi,Kau lebih dari menggemaskan karena kau lebih imut dari Jihoon.''Ujar Seulgi kemudian tertawa setelah melihat Jimin yang agak salah tingkah.
Setelah Seulgi berhenti tertawa dia kembali menatap Jimin.''Memangnya kenapa bertanya seperti itu?'' Tanya Seulgi mengernyit bingung.
Terdengar helaan nafas pendek Jimin. Dia menatap dalam Seulgi.''Kau menganggap dia adikmu bukan? Tapi, Belum tentu dia menganggapmu sebagai seorang kakak.''Terdengar ada nada keseriusan di kalimat itu.
Membuat Seulgi mengangkat satu alisnya bingung.
Jimin kini melanjutkan kalimatnya.
''Begitu juga aku...Belum tentu aku menganggapmu sebagaimana kau mengaggapku.''Tbc...
Eh ada Ddq Jihoon...
Jimin kalo mulai ngegass bilang takut nggak bisa ngerem nantinya...wkwk
See You next Chap gaess...
Vommet setelah membaca...
Bye~bye~♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother[SeulMin] End√
Fiksi PenggemarDi usianya yang kedua puluh lima, Seulgi mendapati fakta rumit yang berada di luar perkiraanya. Semua tak sejalan dengan apa yang ia inginkan. Tak terkendali. Konsep hidupnya mendadak berubah. Park Jimin tak pernah sedikitpun ada dalam konsep hidup...