I A M 13

2.2K 82 1
                                        

Tak ada satupun manusia yang tahu tentang perjalanan hidupnya di masa yang akan datang. Mereka hanya memainkan perannya masing-masing tanpa tahu skenario dan alur cerita dari Sang Sutradara.

Setiap manusia hanya harus menjalaninya tanpa banyak bertanya karena setiap detail alur cerita adalah yang terbaik untuknya di mata Tuhannya.

Ainun mengerjapkan mata berulang-ulang ketika sinar matahari mulai masuk lewat celah jendela dan mengusik tidurnya.

Tangannya meraba-raba sekitar bantal dan guling, mencari sebuah benda keramat yang paling penting baginya. Ya.  handphone.

Setelah berhasil menemukan benda itu, Ainun membuka mata dengan sempurna dan segera mengecek satu persatu pesan yang masuk.

Matanya mencari sebuah nama yang berisikan empat huruf.

D

E

W

Dan A

Dewa.

Nyatanya, ia harus menelan kekecewaan karena tak satupun chat masuk dari Dewa.

'Baru aja sehari pacaran, udah ditinggal.' Gerutu Ainun dalam hati.

Ia perhatikan jam pada handphone miliknya, 08.38 pagi. Hari ini ia memiliki janji dengan Dian, sama seperti Sabtu biasanya. Ia pun bergegas meraih handuk dan masuk ke dalam kamar mandi.

Lima belas menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan kaos polos berwarna hitam dengan boyfriend jeans sebagai bawahannya.

Ainun duduk di depan meja riasnya. Ia ambil satu persatu barang untuk ia gunakan di wajahnya. Sentuhan terakhir yang ia lakukan adalah menata rambut hitam miliknya.

Selesai dengan semua itu, Ainun meraih sling bag dari atas kasur dan segera keluar dari kamar.

***

Ainun tiba di tempat mereka bertemu sekitar setengah jam kemudian. Matanya menelusuri seisi ruangan. Akhirnya ia menemukan sosok yang ia cari setelah Dian melambaikan tangannya saat melihat Ainun.

Ainun berjalan menghampiri Dian yang terlihat tidak sendiri di sana. Seorang laki-laki berkemeja abu-abu duduk menghadapnya.

Ainun menggeser kursi di sebelah kiri Dian dan mendudukinya.

"Halo Tante." Sapa Ainun dengan meraih tangan kanan Dian dan menciumnya.

"Halo sayang." Dian mencium kedua pipi Ainun bergantian. Senyum merekah tampak di pipi tirus miliknya.

"Kenalin. Ini anak tante yang kuliah di Kalimantan. Namanya Dani." Dian memperkenalkan Dani kepada Ainun.

Dani mengulurkan tangan kanannya kepada Ainun, "Dani."

"Ainun." Ucap Ainun setelah itu.

Beberapa saat kemudian mereka bertiga dapat langsung akrab seperti sebuah keluarga yang telah lama berpisah. Dani sama sekali tak kesulitan untuk berkomunikasi di sana meski ini adalah kali pertama ia bertemu dengan Ainun. Pun Ainun. Ia tampak nyaman dan menikmati setiap obrolan yang mereka ciptakan.

Dian tersenyum bahagia di dalam hati melihat Dani mampu akrab dengan Ainun begitu mudahnya. Mengajak Dani untuk makan bersama dengan Ainun hari ini bukan sebuah keinginan tanpa alasan. Dian melakukan ini karena berharap Dani mampu menjadi pengobat luka yang telah ditinggalkan Diva kepada Ainun beberapa waktu yang lalu.

Ia bersyukur bahwa rencana awalnya berjalan dengan sangat lancar.

"Habis ini Tante ada janji sama temen Tante di Nginden. Jadi, kamu pulang dianterin Dani."

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang