I A M 23

1.7K 51 1
                                    

Author POV

Dewa dan Grace saat ini sudah berada di ruang tamu. Setelah mereka membicarakan banyak hal tadi siang, akhirnya mereka sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka meski belum genap satu bulan. Alasan mereka untuk berpisah adalah sama: sama-sama tidak mencintai.

Ratih dan Hendra datang beberapa menit kemudian. Grace dan Hendra berdiri untuk menyambut mereka.

“Pah, Mah ada yang mau kita bicarakan sebentar. Penting!” Kata Dewa.

Ratih dan suaminya saling memandang, lalu duduk di hadapan Dewa.

“Pah, Mah sebelumnya Dewa dan Grace mau minta maaf kalo apa yang kami sampaikan ini mungkin akan membuat Mamah dan Papah sakit hati.

“Dewa dan Grace sepakat untuk tidak melanjutkan pernikahan kami. Ada beberapa hal yang membuat kami sepakat untuk bercerai, salah satunya adalah kami tidak saling mencintai.” Pungkas Dewa.

“Yang benar saja Wa? Kalian baru saja menikah, bahkan usia pernikahan kalian saja belum genap satu bulan. Urusan cinta, cinta akan datang sendiri ketika kalian sudah terbiasa bersama-sama.”

“Mah, sebelumnya Grace minta maaf kalo memang keputusan kami berdua tidak sesuai dengan harapan Mamah dan Papah. Sebenarnya, Grace sudah punya pacar jauh sebelum Grace kenal Dewa. Grace sangat mencintai dia Mah. Grace nggak bisa kalo harus terus-terusan berbohong di depan kalian semua. Grace mohon, ijinkan kami untuk berpisah.”

Ratih dan Hendra kembali berpandangan, seperti terkejut mendengar pengakuan yang diberikan oleh Grace.

“Lagipula, Dewa juga masih belum siap untuk mencintai orang lain lagi selain Ainun. Dewa masih belum sanggup Mah, Pah.” Dewa mengakhiri. Kini mereka berdua memilih diam, menunggu jawaban dari Ratih dan Hendra.

“Jika memang kalian sendiri sepakat untuk berpisah, apalagi yang bisa kami katakan? Sebagai orang tua, kami hanya ingin yang terbaik. Dan mungkin, berpisah memang jalan yang terbaik untuk kalian.” Ucap Hendra.

Ratih sepertinya tidak sependapat dengan Hendra. Ia menoleh ke arah Hendra dan menatapnya dengan tatapan ‘apa-apaan kamu ini?

“Nggak bisa gitu Pah! Mereka baru saja menikah! Kalo mereka mau pisah sekarang, apa kata tetangga kita nanti? Mamah nggak setuju Wa! Mamah nggak mau kalian pisah!”

“Kenapa Mamah justru mikirin perasaan tetangga dan bukan perasaan Dewa, Mah?” Timpal Dewa.

Ratih terdiam mendengar kalimat anaknya. Ia tersadar bahwa apa yang baru saja dikatakan Dewa, membuatnya terdengar begitu jahat. Apa yang salah dengan dirinya?

“Bukan begitu maksud Mamah Wa. Mamah Cuma ingin yang terbaik untuk kamu. Udah, itu aja!”

“Mamah selalu ngomong kaya gitu! Tapi Mamah sama sekali ngga mikirin perasaan Dewa. Selama ini Dewa selalu nurutin apapun yang Mamah mau. Dewa mohon sekali iniiii aja, Mamah dengerin permintaan Dewa.”

Ratih menunduk, menyembunyikan air mata yang mulai berjatuhan di pipinya. Melihat istrinya bergetar, Hendra memeluk dan mengelus punggungnya pelan. Dari bibirnya, ia terlihat mengucapkan kalimat ‘sudah, jangan nangis!’ berulang kali.

Dewa mendekati Mamahnya yang masih terus menangis. Ia genggam tangan wanita yang semakin menua itu. Ratih menatap Dewa yang sedang berada di hadapannya.

“Mah, Dewa yakin. Keputusan yang Dewa dan Grace buat ini adalah yang terbaik untuk kita semua. Biar nggak ada lagi satu pun pihak yang tersakiti dengan pernikahan kami.”

Dewa sendiri sudah pasrah, jika kalimat terakhirnya itu masih saja belum bisa membuat Mamahnya luluh, apalagi yang bisa dia lakukan?

“Jika memang itu yang terbaik, Mamah mengijinkan apapun itu keputusan kalian. Maafkan Mamah karena selama ini sudah egois. Memaksakan pernikahakan antara kalian berdua, tanpa memikirkan perasaan kalian. Maafkan Mamah sayang.” Ratih memeluk Dewa. Tangisnya tumpah membasahi punggung anak bungsunya itu.

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang