2 hari kemudian…
Kamar inap Ainun mulai ramai dengan gelak tawa dari keluarga besarnya dan Dewa. Hari ini adalah hari bahagia bagi mereka berdua. Meskipun tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran mereka untuk melangsungkan akad nikah di tempat yang tidak biasa, yakni rumah sakit.
Hendra dan Ratih sudah datang sejak dua jam yang lalu untuk membantu apa-apa saja yang perlu disiapkan hari ini. Pertemuan mereka dengan Yusuf dan Aisyah tidak berjalan semenegangkan yang ada di bayangan Ainun dan Dewa.
“Mbak Aisyah, jadi buat reservasi di Mahkota jam berapa?” Terdengar suara Ratih yang sedang mencari sosok Aisyah di sana.
“Jam 1 Mbak. Nanti selesai akad, kita ke sana.” Sahut Aisyah yang sedang sibuk merangkai bunga.
“Pah, Grace nanti jadi dateng nggak?” Kini Ratih beralih pada Hendra.
“Diusahakan katanya.” Hendra menjawab.
Ainun tersenyum mendengar percakapan mereka. Ia tak menyangka bahwa akhirnya akan menikah dengan Dewa setelah melewati jalan yang begitu panjang. Dilihatnya, Dewa baru datang dari luar dengan membawa sebuah kotak kado berukuran besar dengan pita berwarna putih yang mengelilinginya. Ia terlihat begitu hati-hati saat meletakkannya di bawah ranjang.
“Apa itu?” Ainun bertanya.
“Maskawin.”
“Kok ditaro bawah?”
“Biar nggak jatuh. Nggak rusak. Nggak dipegang orang.”
Ainun tersenyum mendengar jawaban Dewa. Setelah memposisikan kotak itu dengan baik, Dewa bangkit dan menatap Ainun sembari tersenyum.
“Isinya apaan Mas?”
“Permen kesukaan kamu.”
“Dih! Serius.”
“Lihat aja nanti!”
“Nggak mau! Penasaran aku.”
“Salah sendiri, kemaren ditanya mau maskawin apa jawabnya terserah aku, semampunya aku. Mampuku ya beliin kamu permen doang Ai.”
“Ya udah deh terserah terserah.” Jawab Ainun dengan diakhiri bentuk manyun bibirnya.
Dewa tertawa dan berlalu meninggalkan Ainun. melihat respon yang diberikan Dewa, Ainun merasa semakin jengkel. Apakah keputusannya menikah dengan Dewa ini sudah tepat? Sepertinya dia harus membatalkan semuanya sebelum Dewa memberitahukan isi kotak itu padanya.
‘Oh tidak! Itu sama sekali tidak masuk akal.’ Pikirnya lagi. ‘Itu childish Nun!”
Akhirnya dia lebih memilih untuk meredam rasa penasarannya dengan mengambil sebuah buku yang belum sempat dia baca sampai akhir. Buku pemberian salah satu temannya beberapa bulan lalu saat dia dan Dewa baru-baru saja berpisah.
“Ini buku tentang patah hati Nun. Baca aja! Mungkin bisa bikin kamu lebih bahagia.” Ucap Yogi sembari menyodorkan sebuah buku berjudul Distilasi Alkena itu.
“Katanya buku tentang patah hati? Kok bisa bikin aku bahagia? Gimana sih Gi?”
“Soalnya kamu kan goblok. Baca buku ini pasti bikin kamu lebih milih buat mempelajari setiap katanya dari pada sibuk mikirin perasaan kamu yang lagi patah.”
“Yogi! Serius dong!”
“Itu jawaban paling serius buat kamu. Hahaha…
“Udahlah, aku pergi dulu. Sampai ketemu lagi!”
dan Yogi benar-benar pergi tanpa memberikan jawaban yang diharapkan Ainun.
Ainun membuka penanda halaman miliknya yang tertempel di halaman 31.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)
Teen Fiction"Jadilah takdirku. Yang akan selalu menemaniku. Sampai Malaikat Maut menjemputku." -Ainun2018-