I A M 20

1.8K 60 1
                                    

Perjalanan dari Surabaya menuju Lamongan tak menghabiskan waktu lama.

Sepanjang jalan, Ainun merapalkan do'a agar ketakutannya tak menjadi kenyataan. Dewa pun sama. Berdo'a agar niatnya dapat disambut baik oleh kedua orang tua Ainun. Jika saja nanti ia harus menghadapi penolakan seperti yang telah ia alami sebelumnya, ia akan berusaha untuk tetap memperjuangkan cintanya.

Dua jam berlalu tanpa terasa. Sebentar lagi mereka telah tiba di tempat yang mereka tuju. Jantung Ainun terasa semakin kuat detakannya. Keringat dingin mulai timbul di pelipis dan telapak tangannya. Berulang kali ia gesekkan kedua tangannya yang tertutupi oleh handsock.

Dewa melihat itu. Tanpa berkata-kata, ia meraih tangan kanan Ainun dan menggenggamnya kuat-kuat dengan harapan dapat mengurangi rasa takut serta kegugupan yang melandanya. Mendapat perlakuan itu dari Dewa, Ainun tersenyum meski terlihat dipaksakan. Namun Dewa tetap membalas senyuman itu sembari berkata, "Semuanya akan baik-baik saja. Percaya sama aku."

Mereka akhirnya tiba di depan sebuah rumah sederhana berwarna biru langit. Ainun dan Dewa turun bersamaan. Mereka beriringan menuju pintu yang disambut oleh seorang anak kecil perempuan, berumur kira-kira 11 tahun.

"Assalamualaikum Dek." Salam Ainun.

"Waalaikumussalam. Mbak Ainun kok pulang?" Tanya gadis itu.

"Iya. Ada urusan sedikit sama Ayah sama Ibu. Mereka ada di rumah?"

"Ada kok Mbak. Ayo masuk dulu." Ajak si gadis.

Ainun pun memberi isyarat pada Dewa untuk mengikutinya menuju ke ruang tamu. Mereka memilih untuk duduk di kursi yang berbeda. Sedangkan Rindang, kembali masuk ke dalam untuk memanggil Aisyah dan Yusuf.

Beberapa menit kemudian mereka datang. Aisyah mengenakan gamis berwarna hitam dipadukan dengan jilbab berwarna cream, sedangkan Yusuf mengenakan sarung berwarna hijau kombinasi hitam dengan baju koko berwarna hitam pula. Tak lupa, sebuah songkok dari rotan bertengger rapi di atas kepalanya.

"Assalamualaikum Ayah, Ibu." Salam Ainun sesaat setelah mereka datang. Ia salami kedua orang tuanya penuh takzim lalu kembali duduk di tempatnya.

Dewa pun ikut berdiri, menyalami kedua orang tua Ainun meski ia mendapatkan tatapan 'Siapa kamu?'. Biar saja, karena ini memanglah pertemuan perdana mereka.

"Dewa Bu, Pak." Ucapnya sembari menciumi tangan mereka satu persatu.

"Silahkan duduk Nak Dewa." Ucap Aisyah.

Dewa pun duduk seperti yang diminta Ibu Ainun.

Yusuf meneliti Dewa dari atas sampai bawah. Hal itu disadari oleh Dewa tentu saja. Jantungnya terasa semakin keras berdetak. Tiba-tiba ia mengalami serangan gugup yang luar biasa.

"Jadi, kamu ini siapa?" Tanya Yusuf kemudian. Suaranya terdengar sangat tegas. Ia pun memasang wajah sangar. Hal itu berhasil membuat Dewa semakin gugup dan berdo'a semakin banyak dalam hati.

"Saya Dewa Pak. Pacar Ainun." Jawab Dewa singkat. Kerongkongannya terasa kering, kalimat demi kalimat yang sudah ia susun dengan baik di dalam kepala tak mampu ia keluarkan semua. Sepertinya saat ini kerongkongannya tak berpihak padanya.

"Sudah berapa lama?" Tanya Yusuf.

"Hampir 6 tahun Pak." Kembali Dewa menjawab dengan singkat. Demi apapun, Dewa merasa gugup.

Yusuf diam. Begitu juga dengan semua orang yang berada di ruang tamu itu. Mereka semua tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Maksud kedatangan saya ke sini adalah meminta ijin sekaligus restu untuk menjadikan Ainun sebagai pendamping hidup saya Pak, Bu."

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang