Dua hari setelah malam menyedihkan itu, aku jatuh sakit. Semua karena kecerobohanku sendiri yang memaksa mogok makan entah untuk apa. Alhasil, lambungku pun melakukan demo besar-besaran karena tak diberi makan oleh tuannya. Ia menghasilkan asam klorida dalam jumlah banyak, dan merusak pabriknya sendiri.
Aku mengusap pelan kaca wastafel dalam kamar mandi. Aku melihat cerminan diriku yang tampak mengerikan. Bibirku terlihat biru pucat tak seperti biasanya. Mataku sayu dan sembab. Kantung mata berwarna hitam tak luput menghiasinya. Aku segera berlalu dari dalam kamar mandi dan menuju ke tempat tidur. Aku rebahkan tubuhku disana. Ku biarkan sendi-sendi tubuhku beristirahat kembali. Hari ini aku tak sanggup untuk berangkat kuliah. Absensiku, aku serahkan kepada Risa. Semoga semuanya cepat membaik.
Baru saja aku memejamkan mata, handphone-ku berdering. Sebuah panggilan masuk dari Tante Dian. Aku mengabaikan panggilan itu. Handphone ku letakkan kembali ke sampingku dan aku kembali memejamkan mata.
***
Hari demi hari Aku lewati dengan susah payah. Dengan susah payah pula aku berusaha mencoba untuk melupakan semua hal yang menyangkut dengan Diva. Tapi terkadang, kenangan-kenangan itu tiba-tiba saja muncul mengganggu pikiran.
Risa berusaha mati-matian menghiburku. Segala tingkah konyol ia suguhkan kepadaku agar aku kembali lagi seperti Ainun pada saat dulu. Namun usaha-usaha yang Risa lakukan masih belum berhasil untuk mengembalikan keadaanku seperti semula. Aku masih banyak diam, dan apatis dengan lingkungan sekitar.
"Kamu mau sampai berapa lama kaya gini?"
"Kamu nggak bisa kaya gini selamanya!" Ucap Risa dengan nada yang cukup tinggi.
"Kalo kamu kaya gini terus, Diva justru akan bangga karena dia bisa bikin anak orang gila cuma gara-gara dia! Ayolah Ai! Jangan gini terus! Aku tahu kamu itu kuat." Sambungnya.
Aku mengarahkan pandanganku kepada Risa. Aku tatap dalam manik matanya. Aku melihat semua yang dikatakan Risaa membawa ketulusan. Benar kata Risa, jika aku terlihat kacau dan berantakan seperti ini setelah putus dari Diva, pasti akan membuatnya bangga diri. Aku harus menunjukkan kepada semuanya termasuk Diva, bahwa tanpa Diva pun aku masih bisa hidup dan menjadi sosok yang jauh lebih mengagumkan. Agar Diva merasa menyesal karena telah meninggalkanku begitu saja.
Aku tersenyum kepada Risa. Sebuah senyuman yang aku simpan lama setelah hari menyedihkan itu. Melihat respon baik dariku, Risa membalas dengan sebuah senyuman juga. Senyuman kemenangan. Ia memang menang, karena berhasil membawaku keluar dari zona buruk nan menyedihakan.
Aku berdiri mendekat dan membawa Risaa ke dalam pelukanku. Dalam hati aku sangat bersyukur kepada Tuhan yang telah mengirim ia hadir disini. Ternyata Tuhan itu benar. Bahwa sesungguhnya apa yang Ia ciptakan di dunia ini pasti membawa manfaat di sekitarnya. Termasuk Risa dalam kehidupanku.
"Makasih ya Ris. Makasih banyak."
---------------------------------
17.03.18
08.37 a.m
Surabaya
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)
Ficção Adolescente"Jadilah takdirku. Yang akan selalu menemaniku. Sampai Malaikat Maut menjemputku." -Ainun2018-