I A M 11

2K 76 3
                                    

Dewa menatap gadis yang tengah tertidur di pundaknya saat ini. Ia berusaha menetralkan detak jantungnya yang berdegup tak seperti biasa. Kedatangan gadis ini berhasil membuat kacau pikiran dan irama jantung Dewa. Ia tahu bahwa ini bukanlah kali pertama mereka bertemu, namun perasaan itu, getaran itu, masih sama ia rasakan seperti saat pertama kali bertemu.

Dewa kembali menatap gadis yang semakin tertidur pulas di sampingnya. Tiba-tiba ia tersenyum sendiri karena berulang kali, gadis itu mencoba meraih tangan kanannya untuk ia jadikan sebagai pegangan.

Dewa tak dapat memungkiri bahwa ia telah jatuh hati kepada gadis ini. Gadis yang sama yang pernah ia temui di salah satu mall di Surabaya beberapa waktu yang lalu. Ia ingat, saat itu gadis di sampingnya tengah berjalan dan tiba-tiba menabraknya begitu saja.

Untuk kesekian kalinya, Dewa kembali tersenyum mengingat peristiwa itu. Peristiwa yang menjadikannya menaruh harap kepada gadis di sampingnya. Ia sadar, bahwa ini semua terlalu cepat. Namun, siapakah yang bisa menghentikan lajunya cinta?

***

Bus Bojonegoro-Surabaya yang ia tumpangi hampir sampai di terminal terakhir. Sebelum ia turun, ia merasa ada beberapa hal yang harus ia lakukan.

"Kalo boleh tahu, namanya siapa Mbak?" Tanya Dewa kepada gadis di sampingnya.

"Ainun Mas." Jawab gadis itu dengan sebuah senyuman. Tak dapat Dewa pungkiri, melihat gadis ini tersenyum membuat ia merasakan candu.

"Habibinya mana?" Begitu saja kalimat konyol itu terlontar. Dalam hati, Dewa merutuki kebodohannya. Namun tak disangka, pertanyaan itu disambut lagi oleh sebuah senyuman dari Ainun. Dewa merasa senang melihat Ainun tersenyum seperti itu. Seolah dirinya merasa tertantang untuk membuat Ainun kembali melemparkan senyuman atau bahkan tawa kepadanya. Ia senang melihat segala hal yang ada pada Ainun saat ini. Tekadnya telah bulat. Ia tak akan membiarkan perasaan yang ia miliki, menjadi sia-sia.

***

Ainun tak habis pikir dengan laki-laki yang duduk di sampingnya tadi. Mengapa ia bisa semudah itu mengucapkan suatu hal yang sangat mengganggu baginya.

'Mbaknya tenang aja. Sebentar lagi, Habibinya datang. Yang sabar ya.'

"Apa-apaan sih dia. Ngasih becandaan ga lucu banget." Gerutu Ainun lirih.

Sesampainya di kamar kost, Ainun mulai membokar isi tasnya dan menyimpan barang-barang yang ia bawa dari rumah. Setelah semua ia rasa beres, ia bergegas menuju kamar mandi untuk menyegarkan diri sekaligus pikirannya yang tak karuan itu.

Air berbau khas kaporit dari dalam kamar mandi, sedikit banyak telah membantu Ainun menyegarkan kembali tubuhnya. Setelah berganti baju, ia pun keluar dari kamar mandi dengan handuk yang masih bertengger di kepala.

Ia raih handphone miliknya, berniat untuk menghubungi keluarga di rumah bahwa dirinya telah sampai di surabaya dengan selamat.

"Assalamualaikum." Ucapnya setelah nada tunggu berganti dengan suara berisik dari seberang.

"Waalaikumussalam. Piye nduk? Wes sampe gurung?" (Waalaikumussalam. Gimana nak? Sudah sampe belum?) Tanya Ibu Ainun.

"Sampun sampe Buk. Alhamdulillah." (Sudah sampai buk. Alhamdulillah) Jawab Ainun sembari berkaca di depan cermin.

"Yowis apan ngunu. Ndang istirahat!" (Ya sudah kalo gitu. Cepet istirahat!)

"Nggeh Buk. Assalamualaikum." (Iya Bu. Assalamualaikum)

Sebuah notifikasi instagram masuk setelah saat Ainun mematikan telfon kepada Ibunya. Sebuah akun bernama Dewa Suhendra terlihat mulai mengikutinya. Penasaran dengan nama itu, Ainun pun mencoba membuka beranda dari akun tersebut. Betapa terkejutnya Ainun saat mengetahui bahwa dia adalah laki-laki tadi. Yang duduk di sampingnya selama perjalanan menuju ke Surabaya. Ada perasaan aneh yang muncul di dalam hati Ainun. Senang tapi entah karena apa dan terhadap apa.

Tak lama kemudian, sebuah direct message masuk dari akun milik Dewa tersebut.

Dewa : "Selamat Malam."

Entah apa yang ada dipikiran Ainun, yang pasti saat mengetik balasan untuk pesan ini ia tersenyum.

Ainun : "Malam."

Dewa : "Kamu tahu aku siapa?"

Ainun : "Mas-mas yang tadi kan?"

Dewa : "Yah. Kok tahu si. Udah stalk foto-foto aku ya?"

Membaca balasan dari Dewa membuat Ainun tersenyum. Lagi.

Ainun : "Iya dong. Kan biar tahu tanpa bertanya😂"

Dewa : "Sudah di kost?"

Ainun : "Sudah Mas. Masnya?"

Dewa : "Ini di kost temen. Nanti baru balik ke asrama."

Ainun : "Oh gitu."

Dewa : "Iya."

Ainun bingung. Ia tak tahu harus membalas apalagi agar percakapan mereka tetap terjadi. Belum selesai ia merangkai kata, Dewa mengirimkan pesan lagi seolah mengetahui kebingungan Ainun.

Dewa : "Jangan lupa istirahat. Jangan lupa berdoa. Aku balik ke asrama dulu."

Ainun : "Kalo di asrama boleh main hape nggak Mas?"

Dewa : "Enggak."

Ainun : "Yah. Gitu ya."

Satu menit Ainun menunggu. Dua menit berikutnya ia masih menunggu. Sepuluh menit kemudian, ia cek kembali pesannya namun tak mendapat balasan dari Dewa.

'Mungkin dia udah ke asrama.' Batin Ainun menerka-nerka.

Ainun melepaskan handuk yang masih berada di kepalanya. Ia lihat jam dinding sudah hampir menunjukkan pukul sepuluh malam. Meski belum terlalu larut, Ainun memutuskan untuk segera tidur karena memang tubuhnya terasa sangat pegal.

Ia naiki tempat tidur dan membaringkan tubuhnya diatasnya. Tanpa menunggu waktu yang lama, ia langsung tertidur dan mengarungi mimpi di dalamnya.

-------------------------------

19.05.18
09.45 a.m
Surabaya

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang