I A M 18

1.9K 64 1
                                    

"Dani?" Ainun menyapa Dani yang mulai berjalan ke arahnya.

"Assalamu'alaikum." Dani memberi salam.

"Wa'alaikumussalam." Ainun menjawab setelahnya.

"Apa kabar?" Kini Dani yang menyapa Ainun.

"Alhamdulillah baik, seperti yang kamu lihat." Ainun tersenyum.

Jika boleh jujur, Ainun selalu terkagum-kagum oleh mata milik Dani. Bahkan jika dibandingkan dengan milik Dewa, mata Dani jauh lebih indah.

Menurutnya, pancaran ketulusan selalu terlihat memenuhi dua bola kecil itu. Dengan mata yang ia miliki, Ainun yakin sekali bahwa banyak wanita di luar sana yang mengagumi Dani. Terlebih senyum yang Dani miliki tak kalah mempesona. Dua hal itu, cukup menjadikan Dani sebagai primadona di lingkungannya.

"Alhamdulillah. Habis ini kamu mau ke mana?" Tanya Dani.

"Pulang."

"Gimana kalo kita makan dulu? Udah lama kita nggak ketemu kaya gini." Ajak Dani.

"Emm. Boleh deh." Ainun mengiyakan tanpa berpikir panjang.

Dani berjalan terlebih dahulu menuju ke tempat ia memarkirkan mobil miliknya sedangkan Ainun mengikutinya dari belakang. Dani berhenti di depan mobil Daihatsu Terios berplat nomor L 1606 JN. Ia membuka kursi penumpang dan mempersilahkan Ainun untuk masuk. Setelahnya, ia berjalan menuju kursi pengemudi dan duduk di sana.

Selama perjalanan menuju tempat makan, Dani banyak bercerita tentang pengalamannya setelah lulus kuliah. Ainun pun sama. Mereka saling berbagi cerita, hingga berbagi tawa. Mereka terlihat akrab meski hanya beberapa kali bertatap muka.

Satu jam setengah berlalu, mereka akhirnya tiba di tempat pertama kali mereka dipertemukan oleh Dian. Setelah memilih tempat duduk dan memesan makanan, mereka kembali mulai bercerita.

"Tante Dian kapan pulang ke Surabaya Dan? Aku kangen banget."

"Mungkin tahun depan. Do'ain aja semoga mamah selalu sehat."

"Aamiin. Aamiin. Aku kadang suka sebel. Soalnya udah nggak ada temen buat jalan-jalan lagi semenjak Tante Dian pindah ke Bandung."

"Lah? Emangnya kamu nggak punya temen di sini?"

"Ada sih. Beberapa. Tapi kan udah beda Dan. Semenjak lulus kuliah kita jarang ketemu. Udah fokus ke kerjaan masing-masing lah pokoknya."

"Sekarang kan aku udah pulang ke Surabaya. Kalo kamu butuh temen buat jalan, telfon aja aku. Nggak pa-pa kok."

"Dih, seriusan?"

"Iya."

Makanan mereka pun datang. Obrolan mereka tetap berlanjut sampai semua isi piring di atas meja itu ludes ke dalam perut masing-masing. Sesaat kemudian mereka berdiri untuk meninggalkan tempat makan itu.

Dani kembali membukakan pintu untuk Ainun, dan mempersilahkannya masuk. Ainun membalas perlakuan baik Dani dengan sebuah senyuman dan ucapan terima kasih tentunya. Dani mengangguk sebagai balasan.

Di tengah perjalanan, Ainun bertanya tentang suatu hal ke pada Dani.

"Dan. Diva apa kabar?"

Dani menoleh ke arah Ainun yang masih menatap lurus ke arah jalan.

"Baik sepertinya. Aku sendiri lama nggak berkomunikasi sama dia. Kenapa?"

"Nggak pa-pa. Aku penasaran aja." Jawab Ainun dengan tatapan masih pada jalan.

"Kalo emang ada yang mau kamu ceritain, cerita aja Nun." Tawar Dani.

"Hmm..." Ainun menghela nafas panjang.

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang