"LDR terberat adalah ketika tempatku dan tempatmu untuk bertemu Tuhan, berbeda"
-Ainun-5 tahun kemudian
Manusia bukanlah makhluk yang bisa hidup tanpa cinta. Dalam setiap tarikan nafasnya, cinta selalu ada dan ikut mengalir pada setiap pembuluh darah. Cinta yang hadir adalah suci dan murni yang berasal dari Tuhan untuk mereka semua.
Seringkali kita sebagai manusia meragukan kasih dan cinta dari Tuhan. Menganggap Tuhan selalu pemilih dalam membagikan rahmat-Nya. Padahal kita sendiri tahu, Tuhan tak sejahat itu.
Ainun menatap kembali wajahnya dalam pantulan cermin, membenarkan kembali kerudungnya yang kurang simetris. Ya, sudah dua tahun ini ia berkerudung. Peristiwa mengharukan itu bermula kira-kira awal Februari 2019.
Flashback On
Ainun POV
Sebuah paket bertuliskan namaku tiba-tiba ada begitu saja di depan pintu kamar saat aku pulang dari kampus. Padahal, aku tidak merasa sedang membeli sesuatu atau apapun yang berhubungan dengan paket.
Aku membungkuk sebentar untuk mengambil kotak berwarna merah maroon itu dan membawanya masuk ke dalam kamar.
Kotak itu ku letakkan di atas meja rias, sedangkan aku pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket oleh keringat.
Selesai mandi dan berpakaian, aku segera membuka kotak itu. Sebuah kertas berwarna coklat muda diletakkan di dalamnya, yang berisi:
'Assalamualaikum Nun. Semoga Allah selalu melindungimu sampai detik ini. Beberapa bulan ini aku memperhatikanmu. Hanya untuk memastikan apa yang pernah kau inginkan telah terwujud. Namun sepertinya kau melupakan keinginanmu itu. Entah karena belum siap, atau banyak hal lain yang masih membuatmu ragu. Aku paham itu. Berubah untuk menjadi lebih baik memang tak segampang kita mengedipkan mata dan berucap, 'aku ingin berubah'. Semua butuh proses, agar kebaikan itu tak bertahan sementara saja.
Aku berniat untuk membantumu. Mengingatkan kembali padamu tentang apa yang pernah kau ucapkan beberapa waktu lalu. Semoga apa yang aku kirimkan ini membuatmu mengingat semua itu, dan memantik semangatmu untuk menjadi yang terbaik sesuai dengan harapanmu.
Selamat berproses.
Wassalamualaikum.'
Aku tertegun setelah membaca isi surat itu. Tak perlu menunggu waktu lama, bingkisan di dalamnya pun ku buka. Dengan sedikit was-was aku membukanya perlahan.
Tubuhku merinding begitu saja saat bingkisan itu sudah benar-benar terbuka. Bagaimana tidak? Terdapat tiga buah rok panjang, tiga buah kerudung berbentuk segi empat, dan beberapa buah kerudung instan di dalamnya.
Aku beristighfar berulang kali. Teringat akan perkataanku sendiri beberapa bulan lalu di sebuah mall sesaat setelah bertemu dengan Diva.
Yaa Allah.
Kau sungguh baik karena telah memberiku kesempatan untuk memperbaiki diri. Siapapun yang telah mengirim bingkisan ini, aku sungguh sangat berterima kasih padamu.Setelah itu, aku mulai menggunakan kerudung. Banyak sekali respons yang ku dapat. Ada yang mendukung keputusanku, ada pula yang mencaciku. Mereka menganggap bahwa perubahan itu hanya sebuah keisengan yang akan segera ku akhiri. Biarlah. Aku tak peduli dengan semua itu. Tuhan lebih tahu niatku sebenarnya.
Hari demi hari berganti, tak terasa sudah satu bulan aku mengenakan hijab, ya meskipun belum benar-benar sempurna sesuai dengan tuntunan agama (syar'i). Tapi aku berjanji, akan terus memperbaikinya.
Satu bulan berlalu, sebuah paket dengan kotak yang sama datang lagi untukku. Dengan sebuah kertas yang sama, aku mulai membacanya
'Assalamualaikum Nun.
Alhamdulillah. Aku senang melihatmu kini telah berhijab. Semoga kau tetap istiqamah dan semakin berbenah. Oleh karena itu, bingkisan ini datang. Untuk kembali membantumu meningkatkan usahamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)
Teen Fiction"Jadilah takdirku. Yang akan selalu menemaniku. Sampai Malaikat Maut menjemputku." -Ainun2018-