I A M 14

2.1K 68 1
                                    

Dani mencari Ainun di setiap sudut mall. Lelah kakinya berjalan tak sebanding dengan kacau pikirannya. Ia melihat jam di tangannya, sudah hampir maghrib dan ia masih belum bisa menemukan keberadaan Ainun.

Ia pun memutuskan berhenti sejenak untuk melaksanakan Sholat Maghrib. Sembari berjalan ia terus mengirimkan pesan kepada Ainun dengan harapan Ainun akan membalasnya.

Dani telah sampai di Musholla. Ia segera mengambil air wudhu dan mendirikan sholatnya.

Selesai sholat, ia berjalan keluar dari area musholla hendak kembali masuk ke dalam dan meneruskan untuk mencari Ainun. Namun langkahnya terhenti saat melihat perempuan yang ia cari ternyata duduk di salah satu sudut musholla dengan pandangan mata kosong ke bawah.

Dalam hati ia merasa lega karena pada akhirnya ia menemukan yang ia cari. Di sisi lain, ia masih khawatir melihat kondisi Ainun saat ini yang jauh berbeda dengan terakhir kali ketika mereka bersama.

Perlahan Dani mendekat ke arah Ainun yang masih duduk tak bergerak seinchipun itu. Ia pun duduk di sampingnya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Dani memperhatikan wajah itu. Entah mengapa hatinya terasa begitu perih setiap kali air mata menetes dari kedua mata Ainun.

Ainun menoleh ke arah Dani dan sedikit tersenyum.

"Dani." Ucapnya singkat.

Dani hanya mendengarkan dan tak berniat untuk menjawab.

"Dan." Ucap Ainun sekali lagi.

"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulutnya. Tenggorokannya terasa tercekat tak mampu mengeluarkan kata-kata.

"Apa ini teguran dari Tuhan buat aku ya?"

Dani mencerna kalimat Ainun baik-baik.

"Apa maksudnya?"

"Setiap kali bareng Diva, aku selalu ngerasa jadi perempuan paling hina. Dia sering ngatain aku murahan, aku sakit hati tapi gak ada yang bisa aku lakuin." Ainun menundukkan kepalanya.

"Kenapa kamu harus ngerasa kaya gitu? Diva aja yang brengsek. Menurut aku, kamu gak kaya gitu."

"Kan kamu baru kenal aku hari ini."

"Tapi tiap hari aku dengerin cerita tentang kamu dari Mama."

Ainun menoleh tak percaya kepada Dani.

"Setiap Mama cerita tentang kamu, aku sama sekali gak ngerasa kalo kamu itu kaya yang diomongin Diva. Jadi stop ngerasa kamu itu yang terburuk, karena itu salah. Salah besar." Pungkas Dani.

Ainun tersenyum mendengar ucapan Dani. Ia merasa sangat terhibur meskipun perasaannya masih terasa aneh.

"Dan. Apa aku berhijab aja ya biar bisa terlindung dari fitnah?"

Dani sedikit terkejut mendengar ucapan Ainun. Ia pun menoleh ke arah Ainun untuk menegaskan apa yang telah ia dengar.

Ainun pun memandang Dani.

"Iya. Aku berhijab. Aku akan memperdalam lagi ilmu agama, aku perbaiki akhlak aku perlahan, dan semoga aku bisa istiqomah." Ainun mengucapkan kalimat itu dengan kilatan semangat yang membara di matanya.

"Aku setuju." Dani tersenyum.

Ainun pun tersenyum mendengar kalimat itu. "Yuk pulang." Ajaknya.

Dani pun bangkit dan menawarkan tangan kanannya ke hadapan Ainun. Ainun menerima bantuan itu dan berdiri menyusul Dani.

Mereka berjalan beriringan keluar dari mall menuju ke parkir motor di sisi selatan mall.

Di sepanjang jalan menuju ke rumah kost Ainun, Dani melontarkan candaan-candaan yang berhasil membuat Ainun kembali riang seperti semula.

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang