24 November 2018
Entah mengapa waktu selalu terasa begitu cepat. Terkadang kita tak sadar, ketika waktu terus berjalan, kita semakin dekat dengan yang namanya perpisahan.
Ainun menuruni tangga Gedung Kuliah 1 bersama dengan Risa di sampingnya. Meski sudah menginjak tahun kedua, persahabatan mereka tetap terjalin tanpa tahu kapan akan berakhir.
"Jadi gimana Purba?" Ainun melemparkan pertanyaan saat mereka telah benar-benar keluar dari GK1.
"Tau ah. Bingung."
"Kenapa?"
"Ya gitu Ai. Suka ngilang dia."
"Hahaha. Jailangkung dong." Tawa mereka pecah.
Obrolan mereka berlanjut hingga akhirnya mereka tiba di Pintu 6 kampus Gajayana. Tangan mereka saling menaut, menandakan rasa nyaman yang dimiliki satu sama lain.
Selepas keluar dari Pintu 6, langkah Ainun terhenti saat mendapati sosok tak terduga tengah berdiri di hadapannya. Ia menatap tubuh itu dari atas hingga bawah untuk memastikan apakah yang ia lihat adalah sebuah gambar nyata.
Ia ulang sekali lagi, berusaha mencari kebenaran dari apa yang ia lihat.
"Kenapa Ai?" Risa bertanya saat melihat sahabatnya menjadi bertingkah aneh.
Orang itu mendekat dan mengulurkan tangannya kepada Risa.
"Dewa." Singkat Dewa. Risa menggapai uluran tangan itu dengan kebingungan. Ia tak mengerti apa maksud laki-laki itu memperkenalkan dirinya, dan bertindak seperti itu kepadanya. Sedangkan Ainun, masih di dalam posisi tercengang seolah tak percaya mampu melihat Dewa kembali setelah sekian lama.
"Hai." Salam Dewa kini ia tujukan kepada Ainun.
Dengan gelagapan Ainun hanya mampu berucap, "Y...Ya..."
Dewa tersenyum melihat respon yang Ainun berikan. Berbeda halnya dengan Risa. Risa justru bingung berada di sini, di situasi yang sama sekali tidak ia mengerti.
"Ai, dia siapa?" Bisik Risa kepada Ainun.
Tanpa memandang Risa, Ainun berucap dengan suara yang cukup keras, "Dewa Ris. Dewa."
Risa mencoba mengingat-ingat nama itu. Dewa. Dewa. Dewa. Ah, ia ingat.
"Jadi ini yang namanya Dewa?" Risa mencoba untuk menegaskan.
Hanya anggukan yang Ainun berikan.
"Kamu mau apa kesini?" Nada bicara Risa sedikit menjadi ketus. Mendengar itu, Ainun langsung menoleh ke arah Risa dan mengisyaratkan : 'Jangan galak-galak Risaaa!'
Risa menjawab itu dengan kedipan mata dan ucapan : 'Ssst. Diem!'
"Aku cuma mau ketemu sama Ainun." Jawab Dewa setelah beberapa saat.
Risa mengangguk-anggukkan kepala mendengar itu. Sedetik kemudian ia kembali tersenyum dan berkata, "Ya udah. Aku pulang dulu ya Ai, Wa!"
Risa pun menjauh dari tempat Dewa dan Ainun berdiri.
Masih dengan tatapan tak percaya, Ainun mencoba untuk mencubit lengannya. Memastikan bahwa ini bukanlah sebuah mimpi.
Merasakan sakit karena cubitannya sendiri, Ainun pun kembali tersenyum dan berkata, "Kamu ngapain ke sini?" Malu-malu ia ucapkan itu. Pipinya memerah. Pandangannya kini jatuh ke bawah, dengan kedua tangan yang saling bertautan.
"Mau nepatin janji aku." Jawab Dewa singkat.
"Janji apa?"
"Ngajak kamu jalan-jalan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)
Genç Kurgu"Jadilah takdirku. Yang akan selalu menemaniku. Sampai Malaikat Maut menjemputku." -Ainun2018-