"Kamu udah makan?" Grace memasuki ruangan Dewa dan langsung menghampiri mantan suaminya itu.
"Jam berapa sekarang?" Laki-laki itu bertanya balik pada Grace.
"Sampe kapan kamu mau nyiksa diri kamu sendiri Wa? Ainun bakalan sedih lihat kamu kaya gini!" Ungkap Grace bersungguh-sungguh. Ia sungguh muak melihat wajah Dewa yang semakin hari semakin kurus dan pucat seperti mayat hidup. Benar-benar jauh dengan Dewa yang pernah dikenalnya dulu.
"Kamu berlebihan Grace! Aku hanya terlambat makan. Bukan menggores nadiku dengan pisau." Jawab Dewa santai dan mulai merapikan beberapa dokumen di atas meja.
"Terserahlah kamu mau ngomong apa. Cape aku ngasih tau orang bebal kaya kamu. Yang penting, kamu harus makan. Sekarang!" Kalimat Grace terdengar begitu lembut, namun mengerikan dalam waktu yang sama. Laki-laki itu hanya mengangguk sebagai jawaban, dan segera menuju pantry yang berada di luar ruangan kerjanya bersama Grace.
Dewa duduk di salah satu kursi yang ada setelah mengambil roti dan sebotol jus jambu dari dalam kulkas. Perlahan dia mengunyah makanan yang ada di depannya meski sama sekali tak merasakan lapar. Sudah seminggu lebih Ainun pergi meninggalkannya. Selama itu pula, tak ada satupun hal yang mampu membuatnya lupa dengan sosok wanita yang selalu dicintainya.
Laki-laki itu berusaha keras untuk kembali seperti biasa. Sedikit melupakan almarhumah istrinya dan menata lagi kehidupannya yang sempat berantakan. Namun itu masih menjadi sebuah wacana, karena kenyataannya ia sama sekali belum bisa melupakan istrinya barang sedikit.
Setelah menghabiskan roti dan jus, Dewa bangkit untuk mengunjungi makam Ainun. Sebelum menuju ke sana, ia berhenti di toko bunga langganannya untuk membeli mawar putih yang akan diletakkan di atas pusara istrinya. Dia tersenyum saat membawa rangkaian bunga itu. Dengan pasti ia berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju ke tempat yang ia tuju. Begitu sampai di sana, ia berjongkok di samping nisan bertuliskan Ainun dan merapalkan do'a sejenak untuknya. Hal selanjutnya yang ia lakukan adalah bercerita tentang apa yang dilakukannya hari ini. Ia melakukan monolog yang dirasa seperti dialog.
Awan gelap tampak bergelung menutupi langit hingga bagian Dewa berada. Meskipun angin sudah menandakan Dewa untuk segera pulang, laki-laki itu masih setia berada di sana, menuntaskan cerita yang dimiliki. Juga tak peduli dengan suara guntur yang mulai terdengar di sekitarnya, sebagai tanda bahwa hujan akan segera turun.
Tetes demi tetes air hujan mulai berjatuhan membasahi bumi. Meski hujan telah turun, Dewa sama sekali belum beranjak dari tempatnya. Hanya sesekali mengusap wajahnya yang basah tertimpa air dan sedikit menghalangi pandangannya.
Kemeja biru yang dikenakan Dewa terlihat kotor karena tanah yang basah. Dengan perasaan enggan, Dewa bangkit meninggalkan pusara istri tercintanya. Ia melangkah dengan perasaan yang masih teramat pilu seperti saat pertama kali mengetahui fakta bahwa Ainun harus pergi meninggalkan dirinya selamanya.
***
Keesokan harinya tubuh Dewa mengalami demam.
Bagaimana tidak? Sepulang dari makam Ainun, ia tak langsung membersihkan dirinya yang telah basah oleh hujan. Melainkan tidur sekitar 45 menit di sofa ruang tamu rumahnya. Andai tak melaksanakan sholat, mungkin ia sama sekali tidak akan mandi hari itu. Fisiknya terlalu lelah. Terutama jiwanya. Yang ingin dilakukannya hanya tidur. Dengan harapan akan bertemu Ainun setiap kali bunga tidur menghampiri.
Dewa bangun dengan kondisi yang jauh lebih berantakan dibanding sebelum-sebelumnya. Tertatih ia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan sholat subuh. Kepalanya terasa begitu berat, namun ia benar-benar mencoba untuk mengabaikannya.
Setelah sholat subuh, Dewa kembali berbaring di atas tempat tidur. Pusing di kepalanya belum berkurang. Ia memeluk mukenah milik Ainun dan mencium dalam-dalam aroma istrinya yang masih tertinggal. Meski saat ini aroma itu sudah mulai memudar, berganti dengan aroma miliknya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)
Teen Fiction"Jadilah takdirku. Yang akan selalu menemaniku. Sampai Malaikat Maut menjemputku." -Ainun2018-