I A M 16

1.8K 66 2
                                    

22 Desember 2018

Angin malam Kota Surabaya membelai dua insan yang tengah di mabuk asmara. Mereka berdua duduk di bangku taman dengan tangan yang saling bertautan. Dinaungi cahaya rembulan yang malu-malu menampakkan wujudnya.

Bunga-bunga yang berjatuhan ikut menambah suasana romantis trotoar balai kota pada malam hari. Ainun menyandarkan kepalanya di bahu kanan Dewa. Berulang kali Dewa mencium puncak kepala Ainun, setiap itu pula Ainun tersenyum.

"Minggu depan aku ke Jakarta. Ada penandatanganan kontrak kerja. Do'ain ya." Ucap Dewa.

"Semoga dilancarkan." Ainun menjawabnya singkat.

Mereka kembali terdiam. Menikmati malam yang semakin dingin dan memabukkan. Orang-orang yang menikmati sabtu malam mulai meninggalkan balai kota. Suara gelak tawa anak kecil pun tak lagi terdengar dominan. Tinggallah angin, para petugas kuning, serta Ainun dan Dewa.

Ainun mengangkat kepala, merubah posisinya agar dapat memandang wajah Dewa dalam-dalam. Dewa tersenyum mendapati tatapan Ainun.

"Kamu jangan tinggalin aku ya." Pinta Ainun tiba-tiba.

"Enggak."

"Janji?"

"Aku janji."

Puas mendengar jawaban Dewa, Ainun tersenyum lebar dan memeluk tubuh Dewa erat. Berharap waktu akan berhenti saat itu juga agar ia dapat memeluk Dewa selelah yang ia mau, sepuas yang ia ingin.

"Udah malem. Aku antar kamu pulang ya." Dewa melepas pelukan Ainun dan bangkit dari duduknya. Tangan kanan Dewa bersupinasi menunggu untuk diraih oleh Ainun.

"Cari buah dulu ya Mas. Aku pingin makan buah."

Dewa menganggukkan kepala sebagai jawaban. Tangannya masih dalam posisi supinasi, menunggu sambutan dari Ainun. Ainun menggapai uluran tangan itu dan berjalan beriringan dengan Dewa menuju motor Mio Soul berwarna silver yang terparkir tidak jauh dari tempat mereka duduk.

Dewa mengambil helm coklat milik Ainun, dan memasangkannya di kepala gadis itu.

"Duh, rambutku rusak...."

"Tetep cantik!" Dewa memotong kalimat Ainun yang belum terselesaikan.

Ainun berpaling, berusaha mengontrol wajahnya yang terasa memanas.

Kini ia telah duduk di kursi penumpang, dengan Dewa di belakang setir.

Mereka membelah jalanan Kota Surabaya yang semakin lengang. Dewa melirik jam tangan miliknya, dan melihat bahwa hari telah melewati tengah malam. Ia memacu motornya semakin kencang yang membuat Ainun mau tak mau semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah melewati Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo dan Jalan Dharmawangsa, mereka memutuskan untuk berhenti di sebuah toko retail ternama di Indonesia.

Dewa menggandeng tangan Ainun dan membawanya masuk ke dalam toko.

Mereka memutuskan untuk membeli 2 botol air mineral, 1 botol soda, 1 kaleng beer tanpa alkohol, 1 kotak buah melon, dan 1 kotak buah naga. Selesai membayar barang belanjaan, mereka beriringan menuju meja dan kursi yang terletak di teras toko.

"Mas, aku mau nyoba minum itu dong." Tunjuk Ainun pada sekaleng beer yang tengah Dewa genggam.

"Rasanya mirip sama soda ini. Nggak usah!"

"Tapi aku penasaran."

"Jangan!"

"Dikit aja mas. Sumpah! Dikiiiiiiiitttttt aja! Ya?"

"Kalo aku bilang jangan ya jangan. Kamu nggak boleh!"

Ainun tertegun mendengar Dewa menaikkan suaranya. Tanpa menanggapi kalimat Dewa, ia mengambil sepotong buah naga dan memasukkannya ke dalam mulut.

Dewa berdehem dan membuka mulutnya, "Maaf. Aku nggak bermaksud marah-marah sama kamu. Tapi kamu harus tau, aku ngelarang kamu demi kebaikan kamu." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Dewa menarik pipi kiri Ainun dan berkata, "Jangan cemberut sayang."

Tentu kalian bisa menebak, apa yang Ainun rasakan. Ia seolah dibawa terbang setinggi-tingginya malam ini. Tinggi sekali, sampai ia sendiri takut akan terhempas jatuh ke dasar bumi.

"Udah ah." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulutnya.

Mereka menghabiskan tengah malam bersama. Membahas banyak hal hingga tak terasa malam sebentar lagi telah habis digerogoti waktu.

Dewa mengantar Ainun kembali ke kost sekitar pukul setengah tiga pagi. Bersama dengan rintikkan hujan yang mulai berjatuhan di atas tempat mereka berdiri.

"Aku pulang dulu ya. Kamu jaga kesehatan. Jangan pernah sakit. Aku sayang kamu." Dewa mengecup kening Ainun sekilas.

"Kamu juga jaga kesehatan Mas. Jangan pernah sakit. Aku juga sayang kamu." Tatap Ainun ke dalam manik mata Dewa. Mereka saling membalas senyum.

"Cepet masuk!" Perintah Dewa.

Ainun mengangguk dan berbalik ke arah pagar hitam di belakangnya. Ia buka gembok perak itu sesuai dengan password yang benar.

Dewa meninggalkan area kost, setelah melihat Ainun benar-benar masuk ke dalam rumah.

Ah, Ainun.

Masih tentang Ainun.

Nama yang benar-benar berhasil meracuni otaknya akhir-akhir ini. Bukan pertama kali baginya jatuh cinta, namun getaran yang ia alami terasa berbeda.

Mungkinkah karena keyakinan mereka yang tak sama?

Bisa saja!

Perbedaan itu mampu membuat siapapun berfikir ulang untuk melangkah. Karena godaan, cobaan, pun ujian pasti akan lebih besar daripada dua insan kasmaran yang seirama dan sejalan.

Dewa sendiri tak tau harus melakukan apa setelah sejauh ini. Ia benar-benar mencintainya, dan ingin segera menjadikannya istri. Tapi dilema terus saja mengganggu ke dalam batin. Dengan perbedaan sejauh itu, tentu sangat sulit bagi mereka untuk bersatu.

Haruskah ia menyerah?

Ia sendiri tak tau.

Sepertinya, untuk saat ini yang bisa ia lakukan hanya satu. Terus mencintai Ainun, hingga Tuhan berkata: cukup!

-------------------------------------------------------------
22.10.18
10.15. p.m.
Surabaya

Ijinkan Aku Memilikimu (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang