xix : goyah

10.5K 1.9K 73
                                    

sore itu, mobil hoseok masuk ke garasi rumah. yoongi keluar dengan hoseok yang langsung sigap ambil koper lelaki pucat dari bagasi mobilnya.

"lo tinggal sendiri?" kata yoongi sambil amati rumah besar di depannya, sepi sekali.

hoseok endik bahu, "orang korea nggak suka asia kali, belum ada yang mau sama gue. kalo di jakarta mungkin mantan gue udah bisa bikin populasi baru."

"ketinggian lo mikirnya."

nggak ada sahutan lagi yoongi noleh, tatap teman masa kuliahnya datar. "jadi gue sampe besok pagi disini terus?"

"eh iya, sori. yuk masuk."

jalan duluan sebagai orang rumah, tinggal koper yoongi di teras dan beralih tekan password buat buka pintu.

cepat sekali, sampai detik dimana yoongi mau intip pintu udah dibuka dan cengiran hoseok buat tanda tanya yoongi makin banyak.

"yuk?"






















kamar tamu rumah hoseok luas, yoongi mulai mikir apa sebenarnya pekerjaan hoseok disini.

"serius? makanan pedes?"

"sesuai janji. gue bikin muka lo nggak pucet lagi."

"kacau deh lo."

satu hal yang lewat di kepala yoongi adalah, teman semasa kuliahnya luar biasa mahir olah bahan makanan dan bumbu.

di depannya ada empat makanan, nggak terlalu berat tapi warna merah mencoloknya buat yoongi sedikit ngeri.

hoseok ambil garpu, tusuk satu potong kue beras yang dimasak pakai pasta bumbu pedas dan langsung masuk ke mulut. "serius ini enak. gue bukan amatir kalo soal masak, dan ini nggak sepedes rawit. cuma warna merahnya aja yang nakutin, rasanya cenderung manis kok. gue tau lo nggak bisa makan yang pedesnya terlalu gigit lidah."

bahasan lelaki itu jadi luar biasa beda, bahkan seleranya aja hoseok masih hapal. rasa penasaran diiringi tangan kanannya yang bawa garpu buat tusuk satu potong kue beras, waktu bumbunya sentuh lidah, yoongi akui hoseok bukan abal-abal. "gila, lo nyulap makanannya pake apa? ini enak banget."

tawa tipis hoseok nggak menjawab apapun. mata lelaki itu lebih fokus lihat yoongi yang lahap masakannya dan tanpa dikomando, senyum tipisnya muncul.

hoseok mendefinisikan dirinya sesederhana itu.


















ketukan pelan berasal dari pintu di kamar tamu yang yoongi tempati buat lelaki yang baru selesai keramas itu hampiri pintu. dibuka, dan dapati hoseok dengan pakaian olahraganya. bakan sepatu olahraga mahalnya udah siap buat dipakai lari.

"kenapa?"

"masih pagi nih, lari yuk?"

"gue nggak punya semangat lari."

"lo persis kakek-kakek banget."

jelas, handuk kecil yang semula ada di bahu yoongi pindah tempat jadi ke muka hoseok, dibarenti umpatan sialan terdengar dan hoseok nggak tahan buat nggak ketawa.

"yaudah, tunggu bentar gue ambil training."

hoseok betulan tunggu di balik pintu kayu mahoni kamar tamu yang tertutup, pandangannya jatuh ke arah satu kotak sepatu di meja ruang tengah. senyum teduhnya mendadak timbul.

lima menit kemudian yoongi keluar kamar dengan training hitam dan kaos abu, kemudian hampiri hoseok di ruang tengah yang sibuk sama ponselnya.

"eh? udah?"

retorik, nggak yoongi jawab. beralih duduk di sofa seberang hoseok dan tatap lelaki itu datar. "gue nggak bawa sepatu olahraga."

"kaku banget lo. nih pake,"

sodoran satu kardus bertuliskan brand sepatu olahraga terkenal buat yoongi tatap hoseok lagi. "gimana maksudnya?"

"buat lo. biar nggak jadi kakek-kakek."
















setelah telfon jungkook dan kasih tau jelas dimana letak rumah hoseok, yoongi duduk di sofa beludru ruang tengah. tuan rumah pergi, dan selesai lari yoongi rasa sendinya rusak. karena demi tuhan, nafasnya seolah dibabat habis.

beda sama hoseok yang terus lari sambil ketawain yoongi yang katanya mirip kakek-kakek diajak lari sama cucunya.

nyatanya rumah besar tanpa tuan rumah benar buat bosan, dirinya beralih lihat majalah di kolong meja kayu.

"tumben banget hoseok baca majalah kaya gini."

karena ngga pernah yoongi duga, hoseok punya setumpuk majalah masak dan musik. pikir yoongi, hoseok yang awalnya kuliah di jurusan seni tari modern itu berujung akan jadi penari profesional dan punya segudang barang berkaitan dengan itu.

tapi ternyata dirinya salah, dan hidup nggak selamanya lurus. entah apa yang hoseok lalui selama tiga tahun, karena ternyata dibalik masakan enak yang yoongi cicipi ternyata itu koki. dan lebih kaget lagi, lelaki itu punya satu restoran besar.

suara bel ditekan dan yoongi reflek bangun, hampiri pintu dan lihat lewat intercom. ada adiknya di balik itu.

"kakaaaaak!"

beralih buka pintu dan dapat serbuan pelukan dari jungkook. jelas yoongi ketawa, adiknya memang persis anak kecil.

setelah itu jungkook lepas pelukan. " banget tau, aku naik bus kesini bayar cuma gesek kartu doang. coba naik grab, pasti mahal banget."

"cerewet, nanti kakak ganti uangnya."

jungkook senyum, "oh iya, ini kak taehyung. temen ku."

"mantan kamu, kakak tau. yang waktu itu ke rumah, kan?"

jungkook memerah, dengan sedikit emosi, jungkook tunjuk lelaki di dekat pilar. "tuh! aku bawa mantan kakak juga! impas kan."

pandangannya jatuh telak ke satu lelaki yang pegang kamera dalam mode mati, senyum kecil dan matanya teduh.

"halo, yoon?"

yoongi rasa matanya berair, dan hangat bahagia di dadanya buat yoongi simpulin satu hal pasti.

perasaannya masih ada, dan itu sebuah kesalahan.

















• notes

gua kok tergugah hatinya buat bikin ff minyoon sama sope...... gimana ini??? ಥ⌣ಥ
















ᝰ. direvisi

ex › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang