vii : hal bodoh

14.3K 2.6K 177
                                    

sampai di rumah dengan selamat, pastinya. taehyung jamin itu, tapi ngga dengan keselamatan jantung jungkook.

turun dari mobil dan faehyung tatap mantan dari jendela yang kacanya turun. "saya nggak disuruh nginep?"

"ngapain juga."

"kali aja kangen peluk—"

"sinting. sana pulang!"

taehyung ketawa kecil, "makasihnya mana?"

jungkook putar mata dan tatap taehyung datar sekali, "makasih."

"lebih halus?"

jungkook mendekat ke jendela, sedikit masuk ke sana dan kasih senyum imut. "makasih, mas mantan."

sumpah mati, taehyung takut khilaf cium bibir mantannya kalau aja otak warasnya udah malfungsi.

"id line boleh?"

sodor ponsel mahalnya dan jungkook tulis apa yang taehyung mau, positif aja, siapa tau bawa berkah.

"kontak cewek di line-mu sedikit banget, cuma mama."

"bukan asrama perempuan."

hampir aja lempar ponsel seharga gaji jungkook satu bulan dari google, tapi masih tahan, beruntungnya, terus kasih ponsel baik-baik, "aku masuk."

"malam?"

"ya, malam."

mobil hitam taehyung melaju pergi, tinggalin rumah jungkook. satu tangan baru aja pegang pagar, tapi bahu kiri ditepuk pelan.

jungkook parno, sumpah. pengalaman diintai penggemar fanatik lumayan bikin jungkook takut keluar rumah tanpa kendaraan tertutup.

"jungkook."

ah, suaranya halus. jungkook toleh, dan pupilnya sedikit membesar.

"aku culik sebentar, sakit hati gara-gara tadi siang soalnya."

dan tangan ditarik pelan, jungkook ngga berontak karena total otak pikirin rasa bersalah.

ini jimin, mantan pacar kakak tirinya. ajak jungkook jalan seserius ini? jungkook perlu minta maaf sama yoongi nanti.

oh? atau— biarin kaya gini?















"lo kemana?"

"aku—"

"reuni dulu, ya?" jimin tatap Jungkook kecewa, "sama taehyung?" sambungnya.

jungkook mainin kukunya di bawah meja, suasana warung pecel ramai tapi jungkook ngerasa takut. sama jimin.

tapi kemudian jimin ketawa, suaranya halus sekali sumpah mati. jungkook mungkin harus minta maaf dua kali lebih banyak karena punya pemikiran bahwa jimin itu definisi sempurna.

"jangan takut, gue ngga marah, kok. cuma butuh lo jawab."

jungkook hela napas, angguk pelan. "maaf, kak. waktu mau siap-siap pergi sama lo, kak taehyung dateng ke rumah, abis itu—"

"baw lo ke tempat nongkrong terus siaran langsung dan bikin geger dikira kencan?"

"ya—"

"gue nonton kok siarannya."

"aduh, maaf. seriusan aku lupa."

jimin angguk pelan, tunggu pesanan sekaligus sidang anak orang itu lumayan baru buat jimin. karena waktu sama yoongi, jimin nggak pernah peduli.

karena yoongi nggak pernah butuh dipeduliin, katanya.

"chat gue nggak dibales, dibaca juga engga. taehyung larang atau gimana?"

jungkook tatap jimin, geleng beberapa kali buat rambutnya goyang. "enggak, bukan gitu. ponselnya ketinggalan di dashboard, terus low, terus—"

"iya-iya, yaudah. jangan panik gitu dong, lucu jadinya."

tatap jimin yang ketawa dan matanya jadi hilang itu lumayan buat jungkook diam.

"tau, jungkook?"

"apa?"

telak di mata, dan rautnya serius. "balikan sama mantan itu hal bodoh."

entah kenapa, suasananya mendadak nggak enak. kalimat jimin barusan lumayan buat dirinya ngga suka. jungkook rasanya tersindir, tapi dirinya juga nggak menganggap taehyung bakal ajak dia balikan.

lalu apa yang salah?

"jungkook, minta id line boleh?"

"kenapa nggak kak yoongi?"

jimin ketawa, "ayolah, koleksi id mantan itu— buat apa?"

total tersindir, luar biasa nggak nyaman. jungkook mau pulang.
























•  notes.

halo? masih nunggu? hehe
selamet malem minggu !








ᝰ. direvisi

ex › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang