setelah ngobrol banyak hal soal kakak pacarnya sama jimin, taehyung paham banyak hal dari perspektif yang lain.
mereka berdua tau apa alasan masing-masing tinggal pacar masa lalu, bahkan gak ada yang pernah mau buat lepasin sebetulnya.
cerita taehyung menurut sudut pandang jimin adalah gak seburuk itu. seolah waktu jadi sekat mereka beberapa tahun cuma buat masing-masing makin sayang satu sama lain, tapi menurut sudut pandang taehyung perihal cerita jimin adalah tragis.
sahabatnya seolah dari kepala sampai ujung kaki luar biasa sayang eksistensi mungil yang jadi kakak dari pacarnya. tau jelas satu tahun penuh awal perkuliahan jimin gak pernah jadi jimin, rasanya yoongi bawa separuh sahabatnya.
setelah satu tahun, taehyung sadar banyak dari jimin yang berubah jadi kacau sampai julukan pemain yang orang-orang kasih buat sahabatnya buat dirinya percaya, jimin begini bodo karena mantannya.
disela mabuk, pasti jimin sebut yoongi sampai rasanya gak pernah bosan. taehyung meringis tipis setiap dengar jimin meracau, dirinya lebih punya kontrol buat alkohol, tapi sahabatnya terlalu gengsi kalau cuma tenggak satu botol sendirian.
rokok rasanya jadi teman ketiga, karena di taman rumah sakit mereka balik ke media yang sama. tapi kali ini taehyung cuma jadi teman tanpa tujuan hapus beban.
satu batang rokok baru, taehyung hitung batang ketiga jimin, beralih rampas rokok di selipan bibir sahabatnya yang siap sulut ujung tembakau pakai korek. "gak, jimin. lo pasien." katanya, dan rokok di selipan jarinya juga jadi gak berbentuk di bawah sepatu.
"oke."
"lo yakin gak ada cidera serius?"
jimin angguk satu kali, "gue gak ngebut, gue masih waras. tapi gak tau deh gue ngelamun jadi langsung banting setir dan, yah, nabrak pohon."
"tolol abis."
anaknya ketawa, gak bisa terlalu keras karena beberapa lukanya berubah jadi bengkak yang beruntung gak besar. "gak lagi-lagi deh."
"mabok?"
"mikirin kak yoongi."
—
jungkook rasa ada satu atau beberapa saraf di kepala kakaknya yang malfungsi.
setelah sembuh dari sakit dan beberapa kali lihat kakaknya yang lebih sering senyum ke layar ponsel atau setiap dengar obrolan tipis dari balik pintu kamar kakaknya yang gak ditutup rapi betulan buat jungkook bingung.
kakaknya bukan tipe lelaki murah senyum, hobi tidur, dan luar biasa malas. tapi pagi setelah taehyung pamit pulang karena urusan yang jungkook harap bisa selesai cepat, kakaknya jadi seorang yang sibuk di dapur.
demi semesta dan isinya, jungkook pening karena lihat ceceran adonan dan tumpahan gula halus di sana-sini. juga apron kakaknya yang kotor dan tangan pucat yang kaku setiap pegang pisau jadi luar biasa jago.
wah, jungkook rasanya jadi juri di acara kompetisi masak nasional. tapi kakaknya tentu gak lolos dengan pancake gosong dan sirup maple yang menggenang di mangkuk. demi tuhan, mangkuk.
"kakak,"
"kenapa."
jungkook dekati kakaknya di sebrang konter dapur, tangannya dilipat di dada. "serius, jangan aneh. cerita ada apa."
"apa?"
"apa yang apa. kakak apa kok pancake taro di mangkok? sirupnya kaya bendungan."
"uh, salah?"
jungkook hela napas, "cukup bilang sebenernya apa yang kakak lakuin."
"kakak belajar masak."
"oke?"
"apalagi?"
"buat siapa?"
oh, jangan. gak biasa jungkook lihat kakaknya pasang muka merah salah tingkah.
"itu, ada lah."
jungkook jelas memicing curiga. benar instingnya, memang ada yang janggal disini. "hasil dari penculikan kak jimin itu ini? hebat juga."
jungkook gak ngerti kenapa kakaknya justru pasang raut sedih seolah perasaannya dijungkir balik. "oh, jangan, please. jangan muka sedih lagi."
"ini bukan karna jimin,"
makin gak ngerti. jungkook makin penasaran. "oh, i thought u two were doing some fun thingy a week ago?"
"we were."
"terus kenapa kalo gitu?"
yoongi tatap sedih pancake tenggelam dengan topping buah berry hasil karyanya. "kamu sama taehyung mungkin saling cocok, tapi beberapa pasang orang lain enggak."
"tunggu, apa?"
"kakak sama jimin gak cocok, that's all."
"jadi kenapa kakak berhari-hari di rumahnya?"
"jungkook, selama itu kakak usaha buat yakin."
jungkook justru blank. gak paham situasinya sekarang. "tunggu tunggu, jadi kakak gak yakin sama jimin karena?"
"hoseok."
jelas semuanya.
"dan alesan kakak gak enak badan?"
"mau repotin kamu."
jungkook merengut marah, yoongi ketawa. "kak, aku serius kalo masalah ini jadi alesan kakak sakit aku bakal telfon kak taehyung buat seret kak jimin ke rumah dan minta maaf."
"gak, hahaha, jangan. kakak sama jimin udah selesai."
"kak, aku masih gak ngerti. aku kira kalian berdua baik-baik aja?"
"we were, jungkook." yoongi tatap adiknya, "seks cuma bagian dari uji coba kakak, awalnya kakak pikir jimin yang pulang lagi adalah hal bagus, tapi ternyata slot di dada kakak buat jimin udah rusak."
"shit, jadi kalian gimana?"
"broke up i guess? kakak gak tau, tapi yang jelas kita berdua selesai. seks gak buat kakak rasain meledak di tempat yang sama, rasanya kosong, kakak kaya one night stand sama orang asing."
"terus kak hoseok?"
"kakak berangkat ke korea weekend, kamu ikut atau bisa disini sama taehyung?"
jungkook pusing. pusing banget. "kak,"
yoongi senyum tipis, "hoseok koki, kakak mau bisa masak juga."
"kalian berhenti baik-baik atau?"
"ini gak baik buat jimin."
jungkook harus paksa taehyung cerita soal ini.
---
aku belom pernah tenggelamin kapal, jadi dadah minyoon. 🖖
selamat sahur. :D
KAMU SEDANG MEMBACA
ex › tk.
Short Storymantan; manis diingatan, tempatnya di hati. bahkan sampai sekarang. ©taelkom, 2018. › sudah direvisi.