iii. clover : penutup

6.7K 795 60
                                    

jimin selalu anggap yoongi sebagai pusat semesta, secara sadar atau engga, itu selalu. pertama kali dirinya lihat eksistensi pucat dan jarang senyum itu mungkin semasa sekolah menengah akhir.

yoongi bukan senior di sekolah mereka, bahkan jimin gak pernah tau dimana lelaki dingin itu kuliah, atau kerja? jimin gak pernah penasaran ke hal-hal jauh. yang dirinya tau adalah hari dimana sekolah dapat jam pulang lebih awal, di halte bus sekolah mereka matanya dan yoongi bertemu.

siang itu, taehyung minta dirinya buat ikut untuk ketemu pacar umur satu bulan paling manis yang pernah taehyung pacari. adik kelas emas mereka, jungkook calvian, si jenius favorit semua orang.

butuh seribu kali buat jimin percaya kalau sahabatnya luar biasa beruntung dapat jackpot dalam bentuk jungkook, maka hari pertama bulan oktober setelah satu bulan dirinya menolak percaya, jimin akhirnya berani buat lihat bukti.

jimin total jadi lelaki bodoh yang berdiri di belakang taehyung seolah ekor, tunggu sahabat sialannya menggerus pipi bulat adik kelas mereka yang merah alami tanpa permisi. bahkan jungkook terima, justru ketawa kecil karena lihat raut gemas taehyung dari jarak dekat.

jimin luar biasa bingung dan percaya buat dua hal yang dia dapat hari ini; pertama, taehyung benar soal dia yang dapat jackpot. dan kedua, soal dirinya yang lihat semesta lewat satu eksistensi.

jimin gak berhenti tatap bahkan setelah satu menit, sampai si target tatap balik dan tatap jimin dari atas sampai bawah, akhirnya jimin balik pijak bumi. tangannya secara reflek bebenah kecil soal seragam kusut yang keluar celana dan almamater yang gak dikancing rapi.

jimin gak pernah minim percaya diri, lelaki mata mini itu terlalu sayang dirinya dan percaya soal julukannya di sekolah; magnet orang-orang.

maka dengan percaya diri, jimin senyum lebar dan mengangguk pelan dengan dua tangan masuk ke saku celana. dua menit kemudian, percaya dirinya luntur total karena respon yang didapat adalah sunggingan bibir mengejek dan mata yoongi yang tolak tatap dirinya.

mendadak kesal, tapi seolah baru aja ditantang. rasanya luar biasa semangat karena setelah sahabatnya selesai menguleni pipi jungkook, adik kelas emasnya pulang pakai satu mobil yang sama dengan lelaki pucat tadi.

setelah sedan hitam mengkilap menjauh, jimin ingat dirinya bahkan gak alih atensi kemana-mana selain mulutnya yang tanya soal siapa lelaki tadi.

kakaknya ian, begitu kata taehyung.

jimin ingat beberapa minggu kemudian dirinya mulai berani berusaha. mulai dari kontak, tempat kuliah, fakultas dan jurusan, sampai rumah—karena jimin ikut taehyung yang main ke rumah si pacar pertama kali di malam minggu.

yoongi ada disana, di ambang pintu masuk dengan lagi-lagi tanpa lengkung bibir yang selalu buat jimin penasaran.

rasanya masih sama, debar kacau di dadanya masih persis seolah pertama kali mereka berhadapan. dulu, dirinya luar biasa bahagia karena berdiri di depan yoongi dengan percaya diri selangit dan segudang mimpi. tapi hari ini bahkan kepalanya gak pernah bisa berhasil percaya diri.

lengkung tipisnya masih sama, kulit bersihnya masih seputih dulu, tatapan matanya masih seteduh awal mereka pacaran, tapi kalimatnya buat jimin remas korek taehyung di genggam tangan kiri.

duduk berhadapan di taman rumah sakit bagian selatan, lumayan sepi dan beberapa pasien. jimin gak pernah mau percaya diri di depan yoongi setelah seminggu lalu dirinya kacau. jimin terlalu takut berekspetasi.

"sekitar empat puluh menit lagi gue berangkat ke seoul, gue mau berjuang buat seseorang disana."

jimin sama sekali gak tau.

"oh ya?"

yoongi senyum tipis, "ya. gue tau dari jungkook soal lo, mulut jungkook gak pernah bisa simpen rahasia sama gue, gak usah marah ke taehyung atau adik gue."

jimin paksa ketawa pelan, "oke. badan gue masih sakit buat tonjok taehyung."

"adik gue?"

"mana tega."

"gue?"

"sori?"

"tonjok gue? karena kalimat gue buruk hari ini?"

jimin ketawa, "tonjok? nih tonjok." kepalan tangan jimin sentuh pipi yoongi pelan, tatapan lelaki di depannya makin buat jimin gak bisa berhenti disana.

kepalan jimin berubah jadi tangan yang usap pipi kiri yoongi, pelan, seolah lelaki yang dia pegang bisa berantakan kapan aja.

"min,"

"oke, oke. sepuluh menit."

yoongi angguk dua kali, kepalanya semakin nempel ke tangan jimin. ada beberapa luka bergaris abstrak disana, yoongi pegang tangkupannya luar biasa gemetar. "jangan gini lagi. jangan sakitin diri lo buat gue lagi."

jimin angguk tipis satu kali, dadanya berantakan, air matanya siap pecah waktu yoongi cium telapak tangannya disana. "jangan sedih terus, jangan sakit, lo harus terus hidup. lo harus bahagia, jimin. janji sama gue?" katanya.

jimin angguk keras kali ini, berkali-kali. matanya panas, basah dimana-mana. bibirnya kaku, berkali-kali cuma bilang iya, iya, iya.

kepalanya pusing karena kejadian ini terlalu sakit buat diolah kepingan saraf otak yang bahkan cuma yoongi yang ada disana. lengkung senyum tipis terakhir dari lelaki yang jarang senyum itu gak membantu, kecupan beberapa kali di telapak tangannya yang kasar gak membantu, usapan tangan lembut yoongi di bekas lukanya gak membantu, gasakan tangan yoongi di kepalanya sama sekali gak membantu.

"lo selalu baik buat gue, jangan tanya apa dan dimana kesalahan lo karena lo engga." yoongi hapus air mata di pipi jimin, "waktu lo sama gue udah habis, ini gak akan jalan, kita gak lagi saling lari, lo gak bisa selamanya seret gue, gue gak bisa selamanya ada di lintasan sama lo."

"gue oke, gue oke."

"hipokrit sinting, butuh pelukan penutup?"

jimin gak pernah kira, kalau pelukan terakhir mereka bakal betulan jadi kenyataan.























"lo gak minder pacaran sama anak sekolah menengah akhir?"

"minder, mau udahan jadinya."

"yah, jangan."

"biarin, ini pelukan terakhir."

"kak becanda tauuuuu."

"becanda juga tauuuuuu."

kabar buruk karena semesta berubah jadi terlalu serius.

















































---

piring kedua!!!!

aku sedih bgt ngetik ini gak tau kenapa. :(

buku ini 99% selesai loh, minta maaf ya karna gantungin lama banget, nanti aku buat buku buru lagi, dibaca ok?! xD

trims yg udh baca!


ex › tk.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang