setelah taruh barang-barang yoongi di kamar hotel, mereka berencana jalan-jalan— observasi ibukota korea selatan dengan jalan kaki.
sebetulnya rencana sepihak— ini usulan taehyung, yoongi tau betul pasti teman jimin itu tau masalah dirinya dan jimin. dan bukan nggak mungkin seorang idiot kaya taehyung nggak memperkeruh keadaan.
"gue sama jungkook mau ke central park abis itu ke hongdae, lo berdua nggak usah ikut."
dihadiahi delikan nggak terima dari tiga pihak, karena demi tuhan itu sama aja bunuh diri buat yoongi— berdua sama jimin bukan sesuatu yang yoongi duga, dan nggak akan pernah mau dia coba.
"kak, masa kakak ku ditinggal sama kak
jimin sih?"taehyung kasih kode, beberapa gestur yang hanya mereka yang paham. dan beberapa detik kemudian, jungkook ketawa kecil.
"eh hahaha, iya. aku ada projek kolaborasi sama kak taehyung berdua jadi kalian seneng-seneng aja jangan pikirin kita!" kata jungkook sambil seret taehyung menjauh dari jimin dan yoongi.
"jungkook, kakak ik—"
jungkook makin buru-buru seret taehyung lagi ke arah halte, "kak jimin jagain kakak ku yaaa!"
yoongi desah capek, otak adiknya emang terlalu polos buat dihasut. dan si keparat taehyung luar biasa bangsat.
"yoon?"
yoongi noleh, gugup. luar biasa berusaha sedatar mungkin, "iya, gimana?"
"jalan sekarang nggak?"
yoongi tatap jimin yang udah siap sama kamera dalam mode rekam, setelahnya hela napas dan angguk pelan.
"halo temen-temen, gue jimin dan sekarang bisa tebak nggak ada dimana?"
yoongi tatap jimin yang bermonolog di depan lensa, pandangannya sendu. jimin benar-benar beda.
"gue lagi di seoul, seperti yang bisa kalian liat. jangan tanya kemana taehyung karena nggak ada, adanya siapa?" jimin lirik yoongi yang out of frame, ketawa waktu lihat mantannya yang bengong.
"sini." katanya.
yoongi mendekat, bahu mereka bersinggungan dengan cara yang sialan. "halo."
"kenalin diri lo dong dikit? kaku banget."
mau nggak mau yoongi ketawa tipis, "gue yoongi samudera, bakal nemenin jimin buat eksplorasi seoul yang mana artinya, gue jadi tour guide dia."
"oh iya? lo hapal seoul?"
yoongi ketawa, "gue lulusan universitas kota ini, bodo."
sebenarnya ini semua gimik. total topeng. jimin meringis luar biasa tapi berusaha sebiasa mungkin.
setelahnya, yoongi balik menjauh dari jangkauan kamera dan tatapi jimin dari samping yang sibuk omong panjang lebar.
jimin memang pesandiwara hebat, bahkan setelah tinggal yoongi pun lelaki itu mampu bersikap seolah mereka teman lama yang akrab.
sudut hatinya sakit, dan yoongi paksain seulas senyum waktu jimin sorot lensa ke arahnya.
hidup yoongi itu drama, dan jimin ada buat semuanya makin picisan. demi tuhan, bahkan opera sabun lebih bagus daripada drama masa lalu sialan ini.
"jim?"
"kenapa, yoon?"
"bisa temenin gue ke toko hewan?"
" ... oke?"
๑
"tapi dari raut kakak ku, kayanya dia nggak siap ketemu kak jimin."
selesai di central park mereka eksplorasi hongdae— pusatnya anak-anak muda berkumpul. mereka jalan kaki, cari halte kalaupun nggak nemu mereka pakai taksi untuk perjalanan jarak jauh.
untuk rekam video udah selesai, seperti vloh kebanyakan dan kali ini kameranya dalam mode mati. ini waktu lepas mereka.
"nggak ada yang siap buat ketemu mantan."
"termasuk kamu?"
"termasuk saya."
"tapi kamu santai aja waktu di cafe?"
taehyung ketawa, beralih rangkul jungkook. "beberapa orang pinter tutupin perasaannya sendiri."
"topeng?"
"iya, tapi kakakmu terlalu transparan."
"kenapa?"
"dia bingung." katanya, dan total dapat atensi Jungkook sepenuhnya.
"bingung gimana?"
taehyung tatap jungkook, "sayang sama manusia brengsek itu mentalnya harus kuat. apalagi modelan jimin, saya tau jelek-jeleknya dia gimana."
jungkook berhenti, lepas rangkulan taehyung dan tatap lelaki itu pakai raut marah. "terus kenapa kamu usulin buat mereka jalan berdua? kalo kak yoongi disakitin lagi gimana?"
taehyung tatap jungkook lembut sementara si mata bulat tatap balik taehyung luar biasa tajam. "kok kamu jahat? kasian kak yoongi."
tangan jungkook diusap halus, "ada beberapa hal yang nggak bisa selesai karena keterlibatan orang asing, jungkook." taehyung tatap jungkook telak di mata. "saya tau apa yang saya lakuin kok."
"urusan kita belum selesai, dan kakakmu punya urusannya sendiri. saya tau gimana jeleknya jimin, tapi jauh di sudut hatinya, kamu nggak akan tau seberapa sakit dia jatoh buat kakakmu."
"tapi dia aja suka aku—"
"saya ngerti jimin bosen tunggu yoongi selesai sama kuliahnya, selesai sama apa yang kakakmu mulai. jeleknya, dia nggak bersahabat sama waktu."
"oke?"
"jimin itu nggak suka nunggu, dan kebetulan ada kamu. ibarat jauh sebelum ketemu kamu saya sayang sama pacar saya, tapi sehari setelah saya ketemu kamu, saya yakin saya bisa putusin pacar saya demi kamu, tau kenapa?"
jungkook geleng.
"yoongi itu rumah jimin, kemanapun jimin pergi atau menetap di rumah lain beberapa waktu, kakakmu selalu jadi tempat dia pulang. sama kaya kamu,"
taehyung dorong dahi jungkook pelan, "—sebanyak apapun mantan saya, sejauh manapun saya pergi, kamu bakal selalu jadi tempat saya buat pulang. destinasi. ya kamu rumah saya."
bahkan jungkook nggak bisa berkata-kata setelah taehyung tarik tangannya— lebih jauh jelajah hongdae yang kemudian kegiatan mereka hari ini selesai.
tadinya, jungkook selalu tanam di otak soal nihilnya keseriusan dari seorang masa lalu. tapi makin kesini, jungkook sadar persepsinya salah. taehyung serius dan semesta dukung mereka.
• notes.
gue tau part ini dangdut, yasudah nikmati :)
oiya mana nih yang ngerasa gua gantungin? bentar lagi lebaran mau minta maap ಥ⌣ಥ
ᝰ. direvisi
KAMU SEDANG MEMBACA
ex › tk.
Short Storymantan; manis diingatan, tempatnya di hati. bahkan sampai sekarang. ©taelkom, 2018. › sudah direvisi.