satu minggu lamanya taehyung belum ketemu pacar. kalau bukan karena jimin yang terus-terusan minta ditemani, taehyung sangat ogah buat menetap di kamar inap mewah sahabatnya.
sebetulnya, taehyung sedikit kurang tega buat tinggal jimin sendirian dikondisi kacau fisik dan hati, taehyung kira jimin cepat lupa karena sahabatnya selalu bisa. tapi setiap kepulan asap abu dari berbatang-batang rokok dan selundupan bir kaleng buat keadaan jimin di mata taehyung gak pernah baik.
bukan dalam konteks fisik, bahkan anaknya bisa olahraga di kamar inapnya dua hari setelah kecelakaan. ada beberapa waktu di setiap hari yang buat jimin kelihatan luar biasa sedih walaupun suara ketawa lelaki itu penuhi kamar inap.
di waktu-waktu itu taehyung selalu bingung buat bersikap, tapi tepukan yang lelaki itu kasih di bahu jimin gak gagal buat jimin tau kalau taehyung mengerti.
hari ke-tujuh, bahkan taehyung harus bantu kemas-kemas pakaian kotor jimin yang ada di rumah sakit. memar dan lukanya mulai kering dan membaik, bahkan hampir sembilan puluh persen sembuh. dokter kasih saran buat jimin supaya kurangi konsumsi alkohol dan nikotin, anaknya angguk paham tapi setelah dokter keluar dari kamar inapnya, jimin mulai berisik.
"ngatur-ngatur."
taehyung yang dengar cuma ketawa, tangannya sibuk tarik resleting koper. "lo tunggu sini dulu, jangan aneh-aneh."
"kemana?"
"gak usah manja, anjing. geli."
"yaudah, rokok."
taehyung mendadak datar, "halo, orang gila?"
jimin ketawa, karena taehyung akhirnya lempar satu kotak rokok yang isinya masih penuh. "beli kapan?"
"nge-stok di koper, satu slop."
jimin melotot, "lo bilang gak punya duit, bangsat!"
endik bahu gak peduli, taehyung lempar korek dan ditangkap sempurna sama jimin. "masih pasien sehari satu, sekarang udah jadi anak setan lagi ya sebungkus."
"cepet pergi anjing, kelar urusan gue mau pulang." kata jimin, sambil jepit satu batang rokok putih di bibirnya.
"berisik, gue ambil obat dulu."
"ya."
setelah ruangan sepi, jimin gak langsung bakar ujung rokoknya. kepalanya terlanjur berantakan dan lari kemana-mana, bahkan rokok di bibir dibiarin; sedikit dimain pakai lidah jadi gerak kanan-kiri.
dipikir, ini emang luar biasa susah. cepat atau lambat dirinya harus bisa terima dan banyak-banyak doa baik buat lelaki pucat yang masih jelas di kepala.
hela napas panjang, tangan kanannya mulai sulut ujung rokok pakai korek. tapi sebelum percikan api muncul, rokoknya bahkan diambil paksa.
"brengsek—"
"lo brengsek."
jantungnya gak karuan setelah lihat yoongi ada di depan mata, kali ini nyata; bukan kepingan samar di kepala atau bunga tidurnya seminggu belakangan.
"keluar bentar, yuk?"
mau apa?
—
lorong rumah sakit lumayan sibuk karena masih pagi, entah pasien yang jalan-jalan atau tenaga medis yang lalu lalang punya urusan. taehyung jarang pergi ke rumah sakit karena keluarganya selalu punya dokter yang siap datang ke rumah.
jujur, taehyung merasa luar biasa bodo waktu atasi beberapa berkas pengurusan pasien dan administrasi. bukan karena nominal uang, tapi karena dirinya gak pernah terlibat di hal-hal kaya gini. bahkan sempat salah tulis nama pasien yang justru namanya ada disana.
instruksi kakak cantik di bagian administrasi adalah di hari terakhir dirinya sebagai wali harus ambil obat di bagian apotek. taehyung pikir gak akan lama, tapi rahangnya jatuh waktu lihat seramai ini orang-orang disana.
hela napas berat pertama di akhir minggu, tangannya acak frustasi helai rambut yang dari awal gak rapi. taehyung benci tunggu sesuatu, entah obat, uang, jungkook.
omong-omong soal jungkook, pacar kecilnya belum dia hubungi sejak semalam. katanya, jungkook mau punya jam-jam baik sebelum yoongi terbang ke korea.
sesuai janji, taehyung cerita banyak hal lewat pesawat telepon. bahkan gak lupa soal pekikan kaget si pacar waktu dirinya bilang jimin kecelakaan. heboh tanya ini-itu sampai taehyung bingung. ngobrol banyak setiap hari soal kondisi jimin, tukar kabar, soal hari-hari, soal rencana yoongi.
taehyung betulan kaget waktu jungkook cerita soal itu, tepat setelah jimin pamit buat tidur dan taehyung yang tenang duduk di taman rumah sakit sambil hisap rokok.
jungkook banyak cerita, taehyung makin mengerti karena menilai dari banyak perspektif. masing-masing mereka egois di waktu yang beda, taehyung sampai bingung harus jujur soal ini ke sahabatnya atau enggak.
tapi beberapa menit setelah jungkook selesai dongeng, ada satu pesan masuk dari jimin yang bisa taehyung baca lewat panel notifikasi, bilang soal sakit di rusuk dan minta taehyung buat cepat kembali ke kamar inap buat taehyung lebih pilih gak jujur.
sampai hari ini, jimin belum tau apa-apa soal mantannya. bahkan gak sadar taehyung melamun di tempatnya tunggu obat sampai sepasang converse terang mampir di depan sandal jepitnya.
"dipanggil atas nama taehyung adinata lima kali lho, kamu tuli?"
sodoran bungkus karton berlogo rumah sakit dan bibir jungkook yang maju beberapa senti buat taehyung blank. "kok kamu disini?" katanya, sambil alih tangan obat yang pacarnya pegang.
"satu jam lagi kak yoongi berangkat, nekat puter balik padahal lalu lintas lagi padat banget. gak ada otak."
"hah? mana?"
"kak jimin."
"JIMIN?"
pegangan di tangan kiri taehyung buat lelaki itu tatap bingung jungkook yang geleng tipis waktu dirinya ancang-ancang buat lari. "terakhir, biarin. ya?"
buat pertama kali, kalimat yang keluar dari mulut jungkook gak berhasil buat taehyung tenang.
---
sp mau double update?
KAMU SEDANG MEMBACA
ex › tk.
Short Storymantan; manis diingatan, tempatnya di hati. bahkan sampai sekarang. ©taelkom, 2018. › sudah direvisi.