-------
Hari ini, hari dimana hukuman berakhir bagi para junior SMA Bhayangkara. Akbar sedikit bernapas lega. Ia teringat hukumannya kemarin, yaitu ketika diminta untuk menulis biodata dari sekretaris OSIS. Tak tanggung-tanggung, ia bahkan harus menulis siapa saja mantan dari gadis yang dikenal sebagai ratu Atelit di sekolahnya tersebut.
Itu cukup memalukan baginya.
"Lo gak kenalan gitu sama yang lain?" Faisal menghampiri temannya yang tengah duduk santai di gazebo depan ruang aula.
"Nanti juga kenal sendiri lama-lama." Jawab Akbar. Ia memang tak memiliki niat untuk bergabung dengan yang lainnya, bahkan untuk sekedar berkenalan dengan teman-teman barunya. Ia masih disibukkan pada gadgetnya. Akbar terlihat fokus menonton anime kesukaannya.
"Hari ini episode 476 tayang? Wah gak ngajak-ngajak lu. Sanaan dikit dong." Akbar menggeser tempat duduknya untuk memberi Faisal sedikit ruang
Faisal adalah teman sebaya Akbar sejak TK, atau mungkin bahkan sejak balita. Mereka dibesarkan di lingkungan yang sama, dan sekolah di tempat yang sama. Jarak umur mereka hanya terpaud beberapa bulan. Akbar lebih pendiam dibandingkan dengan Faisal. Namun untuk masalah fisik, Faisal lebih tinggi dari Akbar. Mereka berdua pun sering bertengkar, meskipun hanya karena masalah-masalah sepele. Tak heran kedekatan mereka sudah seperti tokoh Naruto dan Sasuke dalam yang tengah mereka tonton sekarang.
"Gak sabar gue liat endingnya nanti."
"Panggilan untuk seluruh siswa kelas sepuluh, diharapkan untuk berkumpul sekarang juga di aula, untuk penutupan Masa Orientasi."
Suara speaker yang dipasang pada hampir seluruh sudut di sekolah membuat Akbar dan Faisal sedikit kecewa.
"Yaelah, padahal lagi perang ni mereka."
-----
Saat ini seluruh siswa ajaran baru tengah berada di aula, menikmati jalannya pentas seni yang dilakukan oleh perwakilan setiap kelas. Mendadak, acara tersebut berubah menjadi ajang pencarian bakat. Para siswa dan siswi terlihat begitu antusias. Ada yang menyanyi, pantun, puisi, dan beberapa penampilan lain.
Malas, bosan dan segera ingin pulang. Itulah yang mungkin dirasakan sebagian kecil murid baru termasuk Akbar. Sesekali ia menutup mulutnya karena mengantuk. Detik berjalan begitu lambat.
Akbar melirik ke arah Adzkia yang berada tidak jauh dari tempat duduknya. Gadis itu hanya menggerak-gerakkan pulpen di tangannya . Nampaknya, ia juga terlihat bosan dengan jalannya pentas seni.
"Oke, itu tadi salah satu penampilan dari teman kalian dari Stefanny kelas X IPA 2." Suara tepuk tangan langsung memenuhi ruangan. Beberapa yang lain bahkan meneriakkan namanya. Tak heran, Fanny memang artis yang tengah tenar di kalangan anak muda saat ini.
Akbar tidak menyangka bahwa Fanny akan sekolah disini. Padahal jika dilihat dari materi, ia bisa saja melanjutkan pendidikan di SMA elit, seperti SMA Liberty atau bahkan di luar negeri. Selama tiga hari, ia sering berpapasan dengan Fanny. Namun sikap Akbar yang acuh seperti menunjukkan bahwa mereka tak saling kenal.
"Selanjutnya penampilan terakhir dari kelas X IPA 3 dipersilahkan untuk maju."
Terdengar suara perdebatan di kelas Akbar. Mereka memang tidak menentukan siapa yang akan maju mewakili untuk pentas seni. Akbar tidak begitu peduli dengan pensi ini. Ia hanya diam sambil menompang dagu dengan tanganya.
Faisal mengangkat tangan, ini membuat seluruh siswa menatapnya tak terkecuali dengan Akbar. Wajah Akbar menunjukan ekspresi kaget. Faisal memang tidak satu kelas dengannya. Namun, jika Faisal yang maju dan menyumbangkan suara baja berkaratnya, Akbar akan dengan siap mengumumkan "Tutup telinga kalian."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Takdir
EspiritualJalannya takdir memang tak pernah bisa ditebak. Karena ia adalah rahasia yang tak tampak. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan atau bahkan satu detik dari sekarang. Kedatangannya seolah menjadi misteri yang tak terduga. Ki...