"Mulai besok kamu sudah bisa bekerja disini."
Senyum di wajah Akbar langsung merekah. Ia bahkan sempat pesimis karena dua minggu tidak mendapat balasan dari pihak cafe.
"Terima kasih pak, saya janji tidak akan mengecewakan bapak."
"Kamu boleh keluar sekarang. Dan persiapkan dirimu untuk besok."
Sepanjang perjalanan Akbar tak bisa berhenti untuk tersenyum. Membuat orang-orang yang ia lewati menatapnya heran. Akbar melihat jam yang melekat di pergelangan tangannya. Pukul 16:30. Ia lupa bahwa telah menjanjikan Andin untuk jalan-jalan sore. Andin pasti tengah menunggunya sekarang. Akbar mempercepat langkahnya.
Terlihat gadis kecil yang berumur sekitar 5 tahunan berdiri di depan teras rumahnya. Wajahnnya cemberut. Ini membuat Akbar ingin berlari untuk menghampiri dan memeluk gadis tersebut.
"Abang kok baru pulang sih?"
"Abang baru ngerjain tugas sekolah. Makanya baru pulang." Akbar berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Andin. Sesekali mengusap kepala adiknya.
"Boong, katanya bang isal abang gak mungkin ngerjain tugas," Akbar memutar kedua bola matanya.
"Tu anak bener-bener."
"Kan abang sama bang isal beda kelas. Mungkin aja bang isal kaga ada tugas."
"Maaf , abang harus boong sama kamu."
"Katanya mau ngajak jalan-jalan, Ibu belom pulang, kan Andin sendilian." ucap Andin dengan nada cadelnya. Akbar menatap Andin gemas. Andin selalu menjadi hiburannya setiap saat.
Akbar mengelus rambut lurus sebahu yang tergerai tersebut.
"Maafin abang kalo gitu, udah ninggalin Andin sendirian. mandi gih, kita siap-siap buat jalan-jalan. Nanti abang beliin kamu martabak keju kesukaan kamu."
"Beneran bang?" Mata Andin langsung berbinar.
Akbar hanya mengangguk tersenyum.
"Janji, nanti abang boong lagi."
"Iya Andin, sana siap-siap."
Mendengar hal tersebut adiknya sumringah.
"Andin sayang sama abang." Akbar terkejut saat Andin mencium pipinnya dan langsung berlari masuk ke rumah.
----
Daritadi kedua matanya menatap secara bergantian antara papan tulisan dan jam dinding. Ia tidak bisa fokus pada pelajaran. Jam kerjanya akan dimulai lima menit lagi namun pembelajaran tak kunjung usai. Ini dikarenakan ada jam pelajaran tambahan yang mendadak. Bu Fanin tidak bisa masuk pagi tadi yang akhirnya digantikan pada jam pulang sekolah.
Akbar merutuki dirinya sendiri. Ia sedikit menyesal karena tidak ikut kabur bersama temannya pada saat bu Fanin datang. Namun jika ia ikut kabur, maka hukuman akan menanti dirinya. Bukannya ia takut, tetapi guru tersebut biasanya akan memberikan hukuman yang berbeda dengan guru yang lainnya. Meringkas buku, mengerjakan soal biologi, ekperimen, padahal Akbar paling benci pelajaran tersebut. Mungkin ini salah satu mengapa ia benci sekolah. Hukuman, tugas, upacara, ujian, tambahan pelajaran, uang, semuanya tidak pernah membuatnya tenang dalam menjalani kehidupan.
45 menit lagi pembelajaran akan usai. Seharusnya ia sudah berada di cafe untuk memulai hari pertamanya bekerja. Ia harus mencari cara agar bisa keluar dari kelas saat ini.
"Aduh bu, saya sakit perut. Saya harus minta obat ke UKS?" Akbar mengangkat satu tangannya sambil memegangi bagian perut.
"Alasan, saya sudah sering nemuin modus kaya kamu. Bilang aja kamu mau kabur kan?" Gelak tawa langsung memenuhi kelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/99669491-288-k579547.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Teka Teki Takdir
EspiritualJalannya takdir memang tak pernah bisa ditebak. Karena ia adalah rahasia yang tak tampak. Kita tidak akan pernah tau apa yang akan terjadi di masa depan atau bahkan satu detik dari sekarang. Kedatangannya seolah menjadi misteri yang tak terduga. Ki...