Chapter 10

44 7 2
                                    


Berulang kali Aca mengambil ponsel lalu meletakannya kembali. Ia lupa bahwa ia memiliki project matematika, namun ia belum berkomunikasi sama sekali dengan Akbar. Bahkan ia belum memasukkan satu huruf pun pada   worksheet power point ataupun mengerjakan soal yang telah diberikan guru. Aca akui, bahwa ia tidak begitu mahir dengan pelajaran ini. Ditambah Akbar yang sebagai partnernya membuat ia semakin pusing.

"Ayo ca, cuma wa dia terus tanya tugasnya gimana. Gitu doang kok."

Me:

Assalamu'alaikum Akbar

Belum sampai satu menit, ponselnya berdering menunjukkan sebuah panggilan. Aca menghela napas. Yang benar saja, tertera nama Akbar pada layar ponsel. Aca menekan tombol merah.

Akbar

lah dimatiin. Gue lagi di kerjaan. Cepetan angkat! Nanti gue gak mau bales lagi.

Sebuah panggilan kembali muncul. Aca menarik napas dalam lalu membuangnya perlahan. Jujur, ia memang belum pernah menerima panggilan dari laki-laki.

"Assalamu'alaikum." Sapa Aca. Terdengar suara kekehan di ponsel. Aca cemberut.

"Giliran diangkat malah kaya gini."

"Akbar."

"Iya gue tau. Lu orangnya kaga suka basa-basi. Lu mau ngomong masalah tugas kan?" sela Akbar.

"Lo mau ngerjain dimana?  Kita masih punya tiga hari sebelum pelajarannya pak Rohim hari senin. Tapi gue cuma bisa hari minggu sore."

Aca mengerti. Akbar pasti disibukkan dengan pekerjaannya. Di satu sisi ia mengenal Akbar sebagai murid berandalan, namun disisi lain Akbar memiliki rasa tanggung jawab tinggi. Apalagi setelah ayahnya meninggal beberapa waktu lalu.

"Ca, lo kok diem?"

"Eh, di sekolah aja besok biar cepet selesai."

"Ha? Sekolah? Besok? Lu kan tau gue kerja ca."

"Bukan pulang sekolah, tapi pas istirahat. Kita masih punya 2 hari. Insya Allah selesai kok."

"Apa? Istirahat? Ca.. istirahat itu waktu buat istirahat."

"Tapi apa salahnya kan?"

"Salah lah! Di saat orang-orang pada maen bola, makan, lo malah ngajak belajar. Lu tau kan fungsinya istirahat tu apa? Instirahat itu buat refsreshin otak abis pelajaran. Lo kalo ngajak gue makan bareng ayok deh."

"Akbar aku serius." Aca berdecak sebal. Ia berusaha untuk tidak memperpanjang obrolan.

"Gue juga tambah serius."

"Akbar.."

"Iya, iya besok pas istirahat. Kalo bukan lo yang minta gue kaga mau."

"Ya udah, Assalamu'alaikum."

"Eh ca.." Belum sempat Akbar menjawab salam, sambungan telepon terputus.

------

Bel istirahat pun berbunyi. Terpancar wajah bahagia dari para siswa. Sebagian langsung berhamburan keluar kelas untuk bermain, berkumpul, pergi ke kantin, atau hal-hal lain yang bisa melepas penat sejenak setelah pelajaran. Tersisa beberapa siswa yang ada di kelas XI IPA 1.

"Bar, futsal yuk, kelas sebelah nantangin." Dean menepuk bahu Akbar yabg membuatnya menoleh.

"Sorry bro, gue kaga ikutan. Gue mau ngerjain tugas hari ini." Jawab Akbar sambil tersenyum menaik-naikkan kedua alisnya. Mulut Dean sedikit terbuka, seolah tak percaya apa yang dikatakan Akbar barusan.

Teka Teki TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang