5. Kejadian Hari Pertama

12.4K 358 6
                                    

Katakan padaku sebahagia apa dirimu hari ini? aku akan menceritakan bagaimana perasaanku setelah apel pagi yang ku ikuti di lapangan rumah sakit. Sekitar lima menit yang lalu aku baru saja selesai mengikuti apel pagi.

Dalam benakku, apel adalah kegiatan yang paling membosankan tetapi tidak dengan pagi ini. Baru kali ini aku menyaksikan roleplay (bermain peran) yang sangat mengagumkan. Tema roleplay yang ditunjukkan adalah kegawat daruratan dimana pemerannya petugas IGD. Aku tahu karena sebulumnya aku bertanya kepada temanku.

Tetapi bukan itu yang menjadi perhatianku. Maafkan aku karena pandanganku sepenuhnya tertuju pada seorang pria yang memiliki postur tubuh yang nyaris sempurna yang hendak memasuki lobby utama dengan memakai jas putih dan ransel hitam dipunggungnya. Untunglah ada seorang satpam yang mengajaknya berbincang sehingga aku bisa menatap pria itu lebih lama.

Siapapun yang melihatnya pasti akan menebak ia seorang dokter, begitupun denganku. Tubuhnya tinggi, warna kulitnya putih dan yang membuat aku ingin menangis adalah ia mempunyai mata sipit dan lesung pipi yang begitu manis. Ya Tuhan begitu indah ciptaanmu. Tidak sia-sia aku mengikuti apel pagi.

"Oy dipanggik Pak Sultan tuh." ucap Reno, teman satu dinasku.

"Pak Sultan?" ulangku. Jujur saja aku baru memasuki ruang hemodialisa karena kemarin aku tidak hadir saat orientasi gara-gara Irvan sialan. Maklumi saja bila aku tidak tahu.

"Kepala ruangan, itu yang rambutnya gaul." ucap Reno seraya menggerakan matanya ke arah kanan.

Ku tengokkan kepalaku ke arah belakang, "Galak?" tanyaku ketika sudah melihat Pak Sultan.

"Baik, asli Bandung."

Reno sungguh terkadang tidak berguna. Ia mengatakan hal yang tak pernah ku butuhkan. Setelah itu, ku hampiri Pak Sultan ke ruangannya karena tiba-tiba ia memasuki ruangan yang bertuliskan kepala ruangan.

Tok..tok..tok

"Masuk," titahnya.

"Selamat pagi, Pak."

Ia mengangguk kemudian mengatakan, "Duduk."

Aku menuruti ucapanya seraya mengatakan, "Terima kasih, Pak."

"Saudari Dewi, betul?" tanyanya.

"Betul, Pak." ucapku seraya mengangguk.

"Begini, kemarin saya mendapat amanah dari Bu Indah untuk memberikan orientasi ruangan kepada mahasiswa tetapi ketika saya menyebutkan daftar nama yang diberikan ternyata ada satu orang yang tidak hadir." ucapnya basa-basi.

"Iya, Pak maafkan saya."

"Tidak apa-apa, namanya juga mahasiswa, saya maklumi. Saya tidak akan memberi punishment karena saya tidak ada wewenang. Saya hanya akan memberikan orientasi sesuai dengan amanah. Dewi bersedia?" tanya Pak Sultan.

Reno, benar. Pak Sultan orang yang baik. Bahuku yang semula tegang kini terasa lebih rileks karena ternyata aku tidak dimarahi sesuai dengan dugaanku. Setelah mengatakan bersedia, aku diajak berkeliling ruang hemodialisa. Pertama aku dikenalkan tentang mesin yang biasa orang sebut cuci darah.

Aku hanya diperkenalkan tentang garis besarnya saja karena memang sejatinya aku hanya dituntut untuk sekedar tahu, jika aku ingin tahu lebih dalam aku harus ikut pelatihan khusus perawat hemodialisa dan aku tidak ada pikiran kesana.

Aku dan teman dinasku mendapatkan tugas untuk mengobservasi keadaan pasien setiap satu jam sekali. Aku belum ada gambaran karena ini hari pertamaku, mungkin besok akan lebih tergambar. Aku akan ikuti saja dulu alurnya.

Baru saja, aku dan Reno selesai melakukan observasi keadaan pasien yang pertama. Ternyata tidak serumit yang aku bayangkan. Reno mengajakku untuk bermain game bersama, aku tahu ini perbuatan yang tidak baik tetapi aku dan Reno melakukannya diam diam di ruang mahasiswa untuk mengubur rasa bosan kami menunggu satu jam berikutnya.

Like a BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang