Bab 2

157 39 20
                                    

Aku pernah berpikir ketika cinta lamanya menemukan cinta barunya. Ia akan membuka hatinya untukku. Tapi aku salah, sampai kapanpun, aku tak pernah ada di ruang hatinya.
***

Arda melangkahkan kakinya menuju kelas yang tak jauh dari parkiran. Langkah demi langkah ia lewati. Tanpa ia sadari dompet yang ia taruh di belakang jeansnya terjatuh. Sesaat kemudian ada seseorang yang meneriakinya dan menghampirinya.

"Mas, dompetnya jatuh," ucap perempuan berambut panjang berparas lumayan cantik.

Arda mengernyit bingung, ia merogoh saku belakangnya, dan ternyata benar dompet yang ditemukan perempuan itu adalah miliknya.

"Makasih, mbak,"ucap Arda seadanya.

Perempuan itu hanya mengangguk, lalu memberikan dompet tersebut pada cowok itu dan segera pergi dari hadapan Arda.

"Mbak, tunggu..." Arda berlari mengejar perempuan itu bermaksud untuk berkenalan.
Bukan modus, Arda hanya ingin mendapatkan teman yang banyak di kampus. Ia bukan tipe orang yang introvert.

Perempuan itu menengok, "ya, ada apa?"

Arda menjulurkan tangan ke perempuan yang barusan menolongnya. Ia tersenyum manis dihadapan perempuan tersebut.

"Perkenalkan saya Arda dari Jombang. Saya anak rantauan. Kalau mbak?" tanya Arda pada perempuan itu.

"Saya Nana, asli Jogja. Panggil Nana saja, jangan mbak, kelihatan tua. Kamu angkatan tahun berapa?"

"2015," jawab Arda.

"Sama. Panggilnya aku-kamu aja, jangan saya, terlalu kaku, Arda,"gumam Nana sedikit terkekeh.

Arda ikut terkekeh sambil mengangguk tanda mengiyakan.

Seusai berkenalan, mereka ke kelas masing-masing.

Akhirnya, Arda sudah sampai di kelasnya. Ia masuk kelas dan duduk paling depan. Ya, dari dulu Arda tidak suka duduk di paling belakang. Bukan apa-apa, itu hanya masalah kebiasaan.

"Coba si congok Akmal kuliah di sini juga. Tempat kost an doang yang sama,"ucap Arda lirih.

Arda memandangi sekitarnya, tak ada satupun yang ia kenal. Ya, karena hari ini adalah hari pertama kuliah. Hanya satu orang yang ia kenal, siapa lagi kalau bukan perempuan yang tadi menemukan dompetnya.
Seketika ada seseorang yang menepuk bahunya dan cowok itu menengok.

"Nama lo siapa?" tanya seorang cowok berambut cepak, berkulit putih dan beralis tebal.

"Gue Arda, anak rantauan dari Jombang, kalau lo?" tanya Arda sambil menepuk bahu seorang itu, berusaha mengakrabkan diri.

"Gue Ramdan, gue asli Jogja. Jaga pergaulan di Jogja, jangan sampai terjerumus, bro," ucap Ramdan yang langsung mendapat anggukan dari Arda.

"Semoga kita bisa berteman baik, bro." Arda merangkul bahu teman barunya.

Ramdan mengacungkan kedua jempolnya, "kalau butuh apa-apa kasih tahu gue. Insya Allah gue bantu, Da."

Arda senang mendengarnya, ternyata orang Jogja tak hanya terkenal kota pelajar, tapi orangnya juga ramah dan baik.

"Yoi. Thanks," ucap Arda tersenyum.

Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang