Cinta itu terkadang bodoh. Sudah tahu dianya nggak suka sama kamu, tetap aja kamu ngarepin dia.
***
Arda masih memikirkan perkataan Akmal yang menyuruhnya membuka hati untuk orang lain. Tapi sat ini tak ada yang bisa membuat jantungnya berdegup dengan kencang selain Aisyah. Terpikir dia memang harus sedikit memaksa perasaannya untuk jatuh cinta dengan wanita lain, atau pacaran dengan wanita lain. Bayang-bayang wajah Nana terlintas begitu saja dalam pikiran Arda, dan Arda punya pikiran untuk memacari Nana supaya dia bisa melupakan Aisyah. Cowok itu lalu mengambil ponselnya dan mencari kontak telepon bernama "Nana" dan meneleponnya.
Drt
DrtPonsel Nana berdering, tertera nama Arda di layarnya dan dia langsung mengangkatnya.
"Ada apa, Da?" tanya Nana dalam telepon.
Arda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya dia tak tega melakukan ini pada Nana, tetapi tujuan dia memacari Nana hanya untuk melupakan Aisyah.
"Na, aku mau bilang sesuatu sama kamu," kata Arda.
"Bilang aja, Da." Nana mendadak bingung dengan apa yang akan Arda ucapkan padanya.
"Gimana, ya, bilangnya,"jawab Arda.
"Buruan!" Nada bicara Nana mendadak jadi tinggi karena perkataan Arda bertele-tele dan hanya membuang waktunya saja, ditambah kepalanya yang masih pusing membuatnya malas meladeni cowok itu.
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?"
Perkataan Arda membuat Nana tercengang. Seolah bumi berhenti berputar dalam hitungan detik per sekon. Nana memijat keningnya, sambil berpikir apa dia salah dengar.
"Kamu tadi bilang apa, Da?" Nana sebenarnya sudah mendengar, tetapi dia hanya tak ingin dikira ke GR-an.
"Kamu mau nggak jadi pacar aku?" Arda mengeraskan volume suaranya ke dalam telepon supaya Nana lebih mendengar perkataannya.
Nana menepuk jidatnya. Ternyata dia tidak salah dengan dan akhirnya Nana menjawab. "Iya."
"Iya apa, nih?"
"Jadi pacar kamu. Udah, ah, aku mau tidur, bye." Nana memutus sambungan teleponnya. Setelah menutup teleponnya, Nana berjingkrak kesenangan bukan main. Dia tak peduli apa alasan Arda tiba-tiba menyatakan cinta padanya, yang terpenting sekarang ini Nana menjadi pacar Arda. Senyum Nana terus terbit, rasa pusing mendadak hilang begitu saja.
***
"Kamu jadian sama Arda?" Mile menutup mulutnya, tanda tak percaya.Nana hanya menganggukkan kepalanya. "Serius."
"Kok bisa, sih? Bukannya dia suka sama--" Mile tak melanjutkan kata-katanya, takut menyinggung perasaan Nana.
"Aku juga nggak tahu," Nana mengernyitkan dahinya. Perkataan Mile memang benar dan dia tersadar sekarang. Semalam malam, Nana memang tak peduli karena saking senangnya, tetapi kali ini pikirannya kembali jernih dan otaknya berpikir logik kenapa Arda tiba-tiba menyatakan perasaannya, padahal yang dia tahu Arda menyukai perempuan yang ditemuinya ketika di Stasiun Tugu.
"Iya juga ya, Mil," Nana mendadak ragu.
"Nggak apa, sih, coba aja kamu pacaran sama Arda, kalau dia emang jadiin kamu bahan pelampiasannya tinggal putusin aja."
"Jahat banget," gumam Nana.
Tidak ada sahutan.
"Yang jahat dia, bukan kamu. Eh, Na, bentar dulu gue mau ke kelas pacar gue dulu." Mile melambaikan tangan ke arah Nana. Nana mengernyit sejak kapan Mile menggunakan bahasa "gue". Baru kali ini dia mendengar temannya itu menggunakan bahasa "lo-gue", setahu dia dari sejak pertama kuliah, Mile selalu menggunakan bahasa "aku-kamu" walaupun orang-orang di sekitarnya menggunakan kata itu.
"Sejak kapan kamu ngomongnya lo-gue?" tanya Nana sebelum Mile benar-benar pergi.
"Sejak Nyonya Menir lahir. Biar gaul dikit gitu, Na." Mile terkekeh dan berjalan menelusuri koridor kelas.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Teen Fiction(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...