Bab 16

33 15 0
                                    

Nana sedang melihat postingan di instagram. Tak sengaja dia melihat postingan Arda bersama teman SMP-nya yang sedang reuni. Terlihat jelas foto itu Arda berada di depan bersama perempuan yang dia yakini adalah Aisyah. Dada Nana mendadak sesak sampai menitihkan air mata.

"Apa mencintaimu sesakit ini, Da?" tanya Nana pada dirinya sendiri.

Nana memilih menutup layar ponselnya agar tidak semakin sakit hati melihat postingan itu. Dia memilih untuk membaca novel yang diletakkan di mejanya. Diambilnya novel itu dan dia membacanya supaya sakit hatinya sedikit hilang. Ternyata hal itu sama saja, tetap saja membuatnya teringat kembali akan foto yang dilihatnya tadi.

Sedangkan di tempat lain, Arda sedang reuni bersama dengan teman SMP-nya termasuk Aisyah.

Terlihat Arda masih bersikap perhatian pada gadis itu. Arda menghampiri Aisyah yang sedang bercengkrama dengan temannya yang lain.

"Kamu mau apa, biar aku ambilin. Kaki kamu masih sakit, 'kan? Arda menatap gadis itu dengan lekat. Aisyah yang ditatap cowok dihadapannya ini langsung menundukkan pandangan.

"Aku bisa ambil sendiri, Da," jawabnya.

"Udah nggak apa." Arda bergegas mengambil minuman dan segera kembali, lalu memberikan pada Aisyah.

"Terima kasih," ucap Aisyah apa adanya.

Arda mengangguk. "Nanti kalau kamu butuh apa-apa panggil aku aja." Arda tersenyum sebelum kembali ke tempatnya mengobrol dengan teman lain.

"Arda masih naksir sama lo, Syah?" tanya Jesie. Jesie merupakan sahabat Aisyah dari dulu sampai sekarang walaupun mereka jarang bertemu karena Aisyah kuliah di Jakarta.

Aisyah mengedikkan bahu. "Seperti itu, lah, padahal dia udah tahu kalau aku udah punya pacar."

"Gila itu bocah. Keras kepala!" Jesie ikut mengedikkan bahu.

"Emang, padahal dia udah tahu aku punya pacar di Jakarta, tetap aja ngotot mau ndeketin!"

"Namanya juga cinta mati," ledek Jesie menahan tawa.

***
"Aisyah nanti pulangnya bareng aku aja, ini kan udah malam, nggak baik cewek pulang malam sendirian," tawar Arda pada Aisyah.

"Aku bisa pulang sendiri," Aisyah mentah-mentah menolak ajakan Arda. Dia hanya tak mau kalau menerima ajakan Arda sama saja dia memberi harapan pada cowok itu.

Arda mengangguk, kecewa.

"Maaf ya, Da. Aku kan udah bilang jangan ganggu aku!" Aisyah meninggalkan Arda yang tengah kecewa karena penolakannya.

Arda menggepalkan tangannya dengan kencang. Jujur dia kecewa Aisyah menolak ajakannya untuk pulang bersama.

"Sial!" umpatnya kesal.

"Lo kenapa, Da?" tanya Sabri.

"Aisyah nolak ajakan gue pulang bareng, Bri!"

"Sabar, Bro. Cinta itu butuh perjuangan sedikit." Sabri merangkul bahu Arda.

"Tapi sampai kapan?" Raut wajah Arda mulai putus asa.

"Ada saatnya, Da."

Arda melemparkan senyum pada Sabri. Perkataan Sabri benar, semua pasti ada saatnya.

Jam menunjukkan pukul sembilan malam. Acara reunian telah diakhiri setengah jam lalu, tapi anak muda mudi itu masih bercengkrama melepas rindu karena sudah lama tak berjumpa.

Candaan demi candaan mereka bahas saat masih SMP.

"Masih ingat nggak waktu Arda nembak Aisyah dan Aisyah nolak," ledek salah seorang teman Arda. Arda yang mendengar lontaran temannya memilih pura-pura tak mendengar karena hal itu memalukan dan merasa harga dirinya terinjak-injak.

"Jangan bilang gitu, cinta hanya butuh waktu." Sabri membela Arda.

"Kalau nggak cinta sampai kapanpun nggak cinta."

"Terserah lo," ucap Sabri akhirnya menyudahi pembicaraan.

Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang