Bab 32

35 11 0
                                    

Drt
Drt

Ponsel Arda berdering. Arda yang mendengar ada suara telepon dari ponselnya pun segera mengusap layar dan mengangkat panggilan itu.

"Kenapa kamu masih gangguin aku?" Nada bicara Arda naik lebih tinggi dari biasanya. Dia tak suka dengan seseorang yang meneleponnya. Ya, siapa lagi kalau bukan Aisyah. Entah kenapa gadis itu masih saja menganggu dengan telepon atau chat-nya. Padahal semenjak Arda memutuskan untuk lebih memilih Nana daripada Aisyah.  Aisyah tak peduli, gadis itu tetap saja menganggu Arda dan meminta Arda untuk memutuskan Nana karena Aisyah masih berpikiran kalau hubungan Nana dengan Arda hanya sandiwara untuk membuat dirinya cemburu.

"Da, aku udah wisuda, kamu datang, ya?" sambungnya lewat telepon.

"Nggak!" Arda langsung mematikan sambungan telepon. Tidak berhenti sampai situ, Aisyah kembali menelepon Arda dan Arda segera menggeser panggilan dari Aisyah.

"Itu cewek udah gila kali, ya?" Arda memiringkan senyum, merasa jijik dengan yang dilakukan Aisyah. Benar dulu Arda sangat mencintai gadis itu, tetapi perlahan Arda sadar kalau Aisyah bukan orang yang tepat untuknya.

Drt
Drt

Arda menatap layar ponsel dan melihat ada sebuah pesan Whatsapp dari Aisyah.

Arda, kamu nggak bisa perlakuin aku kayak gini. Aku nyesel udah pernah sia-siain kamu. Aku janji kalau kamu udah putus sama pacar kamu itu, aku bakal jadi orang yang lebih baik lagi.

Arda hanya bisa menggeleng. Dia tetap tak peduli dengan isi pesan Aisyah. Arda sudah berprinsip akan tetap mempertahankan hubungannya dengan Nana. Arda bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan keluar menuju indikos Akmal. Sesampainya di sana, Arda melihat Akmal sedang duduk di depan indikos-nya sambil memainkan ponsel kesayangannya.

    "Lo baru ngapain, Brother?" Arda langsung duduk di sebelah Akmal yang masih fokus dengan ponselnya.

"Main games, Bro," jawab Akmal tanpa menoleh sedikit pun.

  "Lo wisuda kapan?" tanya Arda, menepuk bahu temannya itu.

"Sabtu besok," kata Akmal. "Lo datang, ya?" Akmal menoleh sembari tersenyum, berharap Arda bisa datang ke acara wisudanya. "Kalau lo wisudanya kapan?"

Arda mengangkat bahu. "Pasti gue datang," balas Arda. "Gue masih bulan depan tanggal 1 September. Lo besok juga datang, ya? Gue bakal ajak Nana, Mal, nggak apa, kan?"

Akmal mengangguk. "Silakan aja. Gue seneng lo udah bisa lupain apa yang seharusnya dilupain. You know, lah, maksud gue apa. Satu lagi, gue harap lo sama pacar lo yang sekarang bisa langgeng sampai ke pelaminan."

"Amin. Gue maunya gitu, tapi kembali lagi, manusia cuma bisa berencana, Allah yang menentukan semua, Bro," jawab Arda. "Andai gue sadar dari dulu, ya." Arda menunduk, kadang penyesalan itu teringat kembali ke dalam otaknya. Arda hanya menyesalkan kenapa dulu sebodoh itu mengejar Aisyah sampai harga diri keluarganya diinjak-injak. Tetapi waktu itu Arda tak peduli karena nyatanya cinta memang bisa membutakan seseorang.

Akmal berhenti memainkan ponsel dan menepuk bahu Arda. "Itu hanya masa lalu, jadikan pembelajaran," tegas Akmal.

Arda mengangguk dan membenarkan perkataan Akmal.

****
"Na, kamu besok mau ikut nggak ke acara wisuda temenku?" tanya Arda pada Nana. Kini mereka sedang makan di kantin.

"Boleh, Da," jawab Nana.

"Sabtu, ya?"

Nana mengangguk.

"Besok aku jemput," kata Arda. Arda melirik ke jam tangan. "Udah jam 12 siang, aku balik kerja dulu, ya?"

"Oke, semangat, Da," ucap Nana. "Aku salut sama kamu, udah empat tahun kamu kerja di operator warnet dan masih betah aja." Nana terkekeh, tetapi dia bangga dengan Arda. Hasil dari pekerjaannya di warnet bisa Arda untuk membayar kuliah yang jumlahnya lumayan banyak.

"Ya, dengan cara itu aku nggak terlalu nyusahin ibuku, Na," ucapan Arda terhenti. "Kamu tahu lah, Na, adikku juga butuh biaya sekolah. Aku juga berterima kasih sama kamu yang selalu kasih aku semangat selama ini." Arda memegang tangan Nana erat dan Nana hanya tersenyum. Nana mengangguk. "Sama-sama, Da."

Arda mengusap keningnya dan berkata, "udah dulu, Na, udah mau masuk jam kerja, nih. Uang makan aku yang bayarin.  Arda berpamitan dan ke kasir untuk membayar. Sebelum Arda meninggalkan kantin, Arda melambaikan tangan ke arah Nana yang langsung mendapat balasan anggukan oleh Nana. Nana hanya bisa tersenyum menatap punggung Arda yang semakin jauh.

***

Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang