Bab 26

27 9 2
                                    

   Nana menemui Arda di kelasnya. Beribu pertanyaan sudah ada dalam benak sejak tadi malam. Dia langsung masuk ke kelas Arda dan langsung menghampiri cowok itu yang tengah bersendau dengan Ramdan. Nana langsung menggeret tangan Arda menuju depan kelas. Tanpa basa-basi sedikit pun. Arda mengernyit heran dengan sikap Nana yang tak seperti biasa.

"Kamu kenapa lagi, Na?" tanya Arda, menatap kekasihnya lekat.

"Aku mau nanya sama kamu, tapi kamu jawab jujur, ya? Sebuah hubungan harus ada kejujuran satu sama lain, kan?" Nana tersenyum, raut wajahya berubah seketika. Nana menghela napas panjang dan dia berkata. "Da, sebenarnya kamu cinta nggak sih sama aku?"

Perkataan Nana sukses membuat Arda bingung harus menjawab apa. Dia tahu tujuan utama menjadikan Nana pacarnya karena ingin melupakan Aisyah.

Arda hanya terdiam, enggan menjawab.

"Da, jawab jujur, apapun itu aku terima." Nana menepuk bahu Arda pelan.

"Jujur aku jadiin kamu pacar aku buat lupain seseorang." Arda menunduk, dia merasa tak enak hati pada Nana karena telah mempermainkan perasaan anak manusia. Nana yang mendengar kejujuran Arda sedikit hancur, tetapi dia meminimalisir supaya semua terlihat baik-baik saja. Nana paham Arda tak sejahat itu, dia punya alasan di balik semua.

"Terima kasih udah mau jujur, Da." Nana kembali tersenyum, tetapi entah kenapa senyum itu berubah menjadi senyum getir--senyum yang menyakitkan dirinya sendiri.

"Kamu marah, ya, Na?" Arda melirik sedikit ke arah Nana dan Arda bisa melihat ada raut wajah kecewa yang terselip walaupun Nana tak memperlihatkan.

Nana hanya menggeleng. "Nggak, Da."

Arda menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Tapi aku janji aku mau belajar mencintai kamu, Na.  Apa boleh?"

Nana berpikir sejenak. "Itu pun kalau kamu bisa, Da," ucapan Nana terhenti. "Cinta itu tulus,  bukan paksaan. Kalau kamu nggak bisa cinta sama seseorang jangan dipaksakan dan itu cuma akan nyiksa kamu nanti." Nana berbalik arah, kemudian menengok. "Kamu pikirin aja gimana baiknya. Aku nggak nyuruh kamu buat cinta sama aku, kok. Jadi, nggak usah mikirin perasaanku, aku nggak apa, Da." Nana meluruskan pandangan dan tersenyum getir, lalu berlalu meninggalkan Arda yang masih terpaku.

Arda melihat punggung Nana yang semakin jauh. Arda benar-benar merasa bersalah, dia sudah menyakiti hati Nana atas kejujujuran yang dilontarkan. Arda bingung sekarang mau memutuskan apa untuk hubungan mereka berdua. Di lain sisi Arda masih menaruh rasa pada Aisyah.

  Setelah sampai kelas, Nana langsung duduk di kursi, dia merenungi perkataan Arda yang sangat jujur. Nana sangat mengapresiasi kejujuran cowok itu walaupun menyakitkan.

Tiba-tiba Mile menghampiri Nana yang terlihat sedang merenung.

   "Kamu kenapa lagi, Na?"

Ucapan Mile langsung membuat Nana tersadar akan lamunannya. Nana tetap harus bersikap biasa dihadapan Mile.

   "Aku nggak apa-apa, Mil." Nana mencoba tersenyum walaupun hatinya sakit.

"Kamu bohong, Na."

Nana akhirnya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, dan Mile tidak terima dengan apa yang dilakukan Arda pada Nana. Dia meninggalkan kelas dan menemui cowok itu untuk membuat perhitungan.

  "Arda!" Mile berteriak-teriak di depan kelas. Arda yang mengetahui ada yang berteriak memanggil namanya segera ke depan kelas.

"Kenapa teriak-teriak?" Arda bingung setengah mati dengan apa yang dilakukan Mile.

"Lo jahat banget sama Nana, gue nggak terima!"

"Gue udah jujur sama dia, Mil. Bener gue nggak ada maksud buat nyakitin Nana sedikit pun."

"Basi lo!" Mile lalu meninggalkan kelas Arda dengan amarah yang mengebu-ngebu.

***
"Na," panggil Arda saat bertemu Nana di kantin. Nana segera menengok, dan bersikap seperti biasa walaupun hatinya masih sakit.

"Ya?" Nana tersenyum.

"Kamu nggak marah, kan?" tanya Arda, hati-hati.

"Nggak, kok. Santai aja, Da."

"Maaf kalau aku--" Arda tak melanjutkan perkataannya.

"Udah nggak apa, aku paham, Da," kata Nana. "Maaf soal Mile tadi."

Arda mengangguk. "Iya."

Mereka saling terdiam dan Nana angkat bicara. "Da, mending kita udahan aja, ya?"

Arda mengernyitkan dahi. "Kamu yakin?"

Nana mengangguk mantap. "Iya, buat apa kita teruskan kalau nggak ada saling cinta diantara kita?"

"Na," Arda menganggam tangan Nana. "Na, beri aku kesempatan buat cinta sama kamu."

  Nana tak enak hati menolak permintaan Arda dan dia memberi kesempatan untuk Arda untuk belajar mencintainya.

"Oke, kalau kamu  masih nggak bisa jujur aja."

Arda mengangguk.

Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang