Ucapan bisa berbohong, tapi hati tak pernah berbohong.***********
Arda tengah kebingungan karena sebentar lagi menjelang UAS, tetapi ibunya belum mengiriminya uang dikarenakan biayanya digunakan untuk membayar SPP adiknya. Tak ada yang bisa Arda berbuat selain bersabar. Ditambah selama dia di Jogja, dia menganggur dan belum bekerja.
"Gimana ini? Bentar lagi UAS, kalau belum bayar SPP varibel mana mungkin bisa ikut ujian," gumam Arda.
Akhirnya terbesit dalam pikirannya untuk mencari kerja dengan sistem part time. Cowok itu mengambil ponselnya yang ada di sakunya dan membuka Instagram untuk mencari pekerjaan yang separuh waktu agar dia bisa membagi antara kuliah dan kerjanya. Tak cukup waktu lama, Arda menemukan pekerjaan separuh waktu yaitu menjadi operator warnet yang jaraknya tak jauh dari kos-nya. Dengan cepat Arda menghubungi nomor itu lewat telepon.
"Iya, ada yang bisa dibantu?" tanya salah seorang dalam telepon.
"Saya mau melamar jadi operator warnet, apa masih ada lowongan?" tanya Arda.
"Masih. Jika berminat silakan datang ke warnet Bintang yang tertera di alamat dengan membawa ijazah, dan Cv."
"Baik, besok saya ke sana. Terima kasih infonya," ucap Arda.
"Sama-sama."
Arda menutup sambungan teleponnya.
"Semoga aja bisa nutup buat biaya kuliah," Arda berharap sekali dengan pekerjaan barunya itu karena tak ada cara lain. Di lain sisi dia juga kasihan dengan ibunya yang membiayai dua orang anaknya seorang diri. Mungkin dengan cara Arda bekerja paruh waktu, dia bisa mengurangi beban ibunya.
Nana melihat Arda tengah duduk di taman kampus dengan raut wajah kebingungan, akhirnya Nana menghampiri cowok itu.
"Kamu kenapa?" tanya Nana.
"Ini aku baru cari kerja, soalnya belum ada biaya dan ibuku juga belum ada uang soalnya uangnya baru untuk keperluan lain," jawab Arda, jujur.
"Oh gitu, kalau butuh bantuan bilang aja," Nana menepuk bahu Arda.
"Nggak usah, aku nggak apa. Maaf aku jadi lupa kalau ada janji makan siang sama kamu." Ada perasaan tak enak terhadap Nana karena Arda lupa gara-gara memikirkan masalahnya sendiri.
"Santai aja. Ini aku bawain sesuatu buat kamu," Nana menyodorkan risol mayo yang ditaruhnya pada wadah.
Arda segera mengambilnya dan membukanya, lalu memakannya.
"Makannya santai aja, kamu lapar banget, ya?" tanya Nana yang heran melihat Arda makan seperti orang kelaparan.
Arda menggaruk tengkuknya. "Iya, tadi pagi aku belum makan. He he.
"Pantes. Ya udah itu dimakan, aku mau ke kelas dulu, ya." Nana berdiri dan berlalu meninggalkan Arda di taman kampus yang masih memakan risol mayo.
Arda menatap Nana yang berlalu sambil tersenyum. Cowok itu tak menyangka Nana sangat perhatian dengannya.
***
"Ciee habis ketemu sama pacar," ledek Mile."Apaan, sih!" Nana memutar kedua bola matanya.
"Bener, kan?" Mile kembali meledek Nana dengan lontaran-lontaran itu.
Nana hanya diam tak menanggapi. Dia masih memikirkan nasib Arda yang belum bisa membayar SPP, padahal sebentar lagi sudah UAS yang satu bulan lagi akan dilaksanakan, tandanya sebelum UAS mahasiswa sudah harus membayar.
Mile yang tahu Nana hanya diam saja, melambaikan tangan tepat di wajah Nana. "Kamu kenapa?"
"Aku kasihan sama Arda, Mil." Nana menceritakan yang terjadi dengan Arda. Mile yang mendengar cerita Nana menjadi miris sendiri dengan kondisi Arda yang sedang kesusahan keuangan.
"Aku harus bantu dia gimana, ya, Mil?" Nana bingung harus berbuat apa untuk membantu Arda.
"Bantu sebisa kamu aja, Na. Kamu nggak mungkin bantu dia semuanya, biaya kuliah, kan mahal," saran Mile.
"Iya, Mil."
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Teen Fiction(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...