Pada akhirnya yang selalu ada dan berjuang akan kalah dengan yang ada di hatinya.
***
Pulang kuliah, Nana tak sengaja bertemu dengan Arda yang sedang bencengkrama dengan teman yang Nana ketahui bernama Ramdan. Gadis itu langsung menghampiri Arda dan menepuk bahu kekasihnya itu.
"Kamu ngapain, Da?" tanya Nana.
Arda menggeleng. "Nggak apa, Na."
Nana mengedikkan bahu sembari memberikan sekotak nasi pada Arda. Arda menerimanya dan mengucapkan terima kasih pada Nana.
"Dimakan ya, Da," kata Nana.
"Buat di indikos nanti?" Arda tertawa dan menatap Nana dengan tatapan serius. Nana yang diperhatikan Arda seperti itu langsung salah tingkah, dia menundukkan kepala.
"Kamu genit lihatin gitu banget," gerutu Nana.
"Aku kan pacar kamu, salah kalau lihatin kayak gitu?" Arda menggeser langkah dan mengenggam tangan Nana dengan erat.
Nana melepaskan genggaman tangan Arda karena dia malu ada Ramdan yang sedari tadi seperti obat nyamuk.
"Kok dilepas genggaman tanganku?" protes Arda.
Nana hanya tertawa melihat lontaran yang Arda ucapkan.
"Gue cabut, ya, gue di sini cuma jadi obat nyamuk." Ramdan bergegas pergi meninggalkan dua sejoli yang sedang dimabuk cinta.
****
Nana menompang dagu di atas meja belajar. Entah kenapa rasa ragu berpacaran dengan Arda mulai muncul kembali."Apa Arda benar-benar cinta sama aku? Atau?" Nana bertanya pada diri sendiri. Dia membuang napas panjang dan melirik ke arah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tak ada aktivitas di malam ini, biasanya Nana sibuk dengan tugas kuliah yang banyak.
Nana memilih membaca novel dan terbawa suasana saat membaca novel yang dibaca mengisahkan sepasang kekasih salah satu dari mereka mengidap penyakit kanker otak. Tetapi Nana salut dengan perjuangan keduanya yang bisa dibilang saling mendukung satu sama lain. Nana terharu saat membaca akhir dari kisah itu dan menitihkan air mata.
"Cengeng banget, sih!" Nana menutup novel yang baru saja dibaca.
Drt
Drt
DrtNana meraih ponsel yang ada di dekatnya dan mengangkatnya.
"Kenapa, Mil?" tanya Nana dalam telepon.
"Aku sedih banget, Na."
Suara Mile terlihat seperti orang yang habis menangis, Nana hanya mengernyit. "Kamu kenapa?"
"Aku putus sama pacar aku."
Terdengar isak tangis Mile dari dalam sambungan telepon. Nana kaget mendengar ucapan Mile yang sangat ironis dan Nana sedikit tidak percaya karena yang diketahuinya Mile dan pacarnya selama ini hubungan mereka baik-baik saja--seperti tak ada masalah.
"Kok bisa, Mil? Jelasin!"
Mile terdiam sejenak, dan menjawab."Iya, ternyata selama ini dia selingkuhin aku!"
"Kamu nggak lagi bercanda, kan?"
"Nggak, Na, aku serius!"
"Sabar, Mil, mungkin dia bukan terbaik buat kamu." Hanya itu yang bisa diucapkan Nana, dia sendiri pun juga tak terlalu mengerti masalah cinta meskipun sekarang Nana juga punya pacar.
"Tapi aku sayang dia, Na."
Suara isak tangis Mile semakin menjadi-jadi dan Nana bingung harus berbuat apa.
"Kamu mending sekarang tidur aja, Mil," saran Nana. "Bisa kita bahas besok, udah malam."
Tut
Mile memutus sambungan telepon.
"Dia ngambek?" Nana mengedikkan bahu.
Nana hanya bisa menggelengkan kepala. Ternyata gara-gara cinta semua bisa rumit--serumit-rumitanya.
Nana bangkit dari tempat belajarnya dan merebahkan badan di kasurnya sambil menatap langit kamar. Pikiran tentang Arda kembali muncul dalam pikiran dan Nana masih bertanya apakah Arda benar mencintainya , atau tidak. Akhirnya, Nana memutuskan untuk membicarakan masalah ini pada Arda supaya semua jelas dan tak ada yang ditutup-tutupi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Jugendliteratur(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...