Bab 10

55 15 0
                                    

Akmal mulai mengintrogasi Arda setelah pulang dari Taman Pintar. Dia lalu menghampiri Arda di kos-nya.

Akmal mengetuk pintu kos Arda, tapi tak ada jawaban apapun. Tak menyerah, Akmal terus mengetuk pintu. Tak berselang lama, Arda membuka pintu.
 
  "Lama amat buka pintunya," kata Akmal.
   
   "Gue bangun tidur. Ada apa?" Arba mengucek kedua matanya. Rasa kantuk masih terlihat dari raut wajahnya.

  "Lo tadi sama Aisyah bicarain apa, Da?" Akmal mulai kepo. Pertanyaan yang dilontarkan Akmal membuat Arda mengangkat sebelah bibirnya dan dia mendecak sebal karena Akmal terlalu kepo dengan urusannya.

" Kepo." Hanya kata itu yang terucap dari mulut Arda.

  "Gue kasih tahu sama lo, jangan ganggu Aisyah lagi, Da. Sadar diri dikit, dia udah punya pacar," Akmal menggeleng tak percaya. Kecurigaannya tadi benar adanya. Apalagi kalau bukan Arda masih berusaha mendekati Aisyah.

  "Urusan sama lo apa, ya?" tanya Arda dingin. Dia tetap bersikeras mendekati Aisyah, tak peduli dia masih punya pacar atau apalah itu, yang penting dia bisa mendapatkan Aisyah, bagaimanapun caranya.

  "Serah lo!" Akmal geram dan meninggalkan Arda yang masih berdiri di depan pintu.

  "Dengerin gue, gue bakalan dapatin dia. Camkan kata-kata gue, Mal," Arda berteriak lantang dengan perasaan kesal yang masih mengebu-gebu.

Akmal tak memedulikan perkataan Arda, dia memilih pergi dengan perasaan kesal. Apa susahnya sadar diri? Toh, Aisyah juga tak menyukai Arda. Jika saja Aisyah mencintai Arda sudah dari dulu mereka jadian. Kenyataan saja tak pernah berpihak pada Arda. Nyatanya Aisyah tak pernah menjadi miliknya dan sekarang berpacaran dengan laki-laki lain.

"Teman macam apa Akmal itu, nggak pernah sama sekali dukung gue! Bangsat!" Arda mengumpat kesal. "Lihat aja, gue bakal buktiin kalau gue bisa dapatin Aisyah."

     ***
Nana sedang sibuk dengan tugas kuliahnya. Entah kenapa, tiba-tiba gadis itu memikiran Arda. Setan apa yang merasukinya. Padahal dia sudah sumpah serapah tak akan menyukai cowok bernama Arda.
 
  "Otak konselet kali, ya? Masak tiba-tiba mikirin Arda." Nana menggelengkan kepalanya pelan. Nana menghembuskan napas dan mencoba rileks. Tetap saja bayangan wajah Arda ada di kepalanya.

    Drt
Drt
Drt

Ada pesan whatsapp dari nomor yang tak dikenal, lalu Nana membuka pesan itu.

Save nomerku.

                       Arda.

Nana terbelalak kaget. "Arda? Ya Allah, kok bisa?"

Dengan perasaan gugup, Nana membalas pesan cowok itu.

Saved.

Perasaan Nana jadi tak karuan, saat ada pesan dari Arda lagi. Ada rasa senang di dalam benaknya. Apa Nana termakan sumpahnya sendiri?

Arda : Besok kamu ada acara nggak? Kalau nggak mau nggak temenin aku ke stasiun Tugu?

Nana : Bisa.

Arda : Oke, makasih, ya. Besok pakai Trans Jogja aja.

"Untung aja Nana mau nemenin aku ke stasiun buat perpisahan sama Aisyah. Daripada ngajak Akmal, males gue ribut sama dia."

Arda tahu besok Aisyah akan kembali ke Jakarta setelah melihat statusnya satu jam yang lalu. Info itu tidak disia-siakan cowok itu. Ya, besok dia akan ke sana karena ada barang yang ingin Arda berikan pada gadis itu.

Tanpa Nana tahu, Arda hanya menganggap perasaannya sebagai teman dan tanpa Arda tahu, perasaan Nana padanya sudah berubah menjadi perasaan cinta semenjak Nana mulai memikirkan cowok bernama Arda.

"Apa aku suka sama Arda, ya? tanya Nana pada dirinya sendiri.

Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang