Cinta itu aneh. Terkadang kita memperjuangkan orang yang belum tentu memperjuangkan kita.
*****
Apa?" Mile terkekeh mendengar pengakuan Nana yang mengaku suka dengan Arda.
Nana hanya mengangguk sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan karena merasa malu termakan sumpah serapahnya.
"Tapi Arda suka sama cewek lain." Nana memutar kedua matanya. Rasa kecewa kembali datang.
"Kok kamu tahu?" Mile mengernyit bingung bagaimana Nana tahu detail tentang cowok itu.
"Kemarin itu aku nemenin Arda ke stasiun buat ketemu cewek itu, kalau nggak salah namanya Aisyah. Nah, Arda kasih dia bunga mawar, tapi awalnya Aisyah nggak mau nerima." Nana tak melanjutkan perkataannya.
"Terus?" tanya Mile menyelidik.
"Ya kayaknya Arda cinta banget sama cewek itu padahal ceweknya udah punya pacar, tapi Ardanya ngotot masih aja ngejar cewek itu. Tragis, ya?" Nana mengangkat bahunya.
"Arda gila juga, udah tahu udah punya pacar masih aja diembat!" Mile menggeleng dan tak habis pikir. Apa semua laki-laki seperti itu? Selalu saja memperjuangkan perempuan yang tak bisa diperjuangkan malah mengabaikan seseorang yang benar-benar tulus.
"Kenyataannya gitu, dan kayaknya aku udah nggak ada harapan, deh," gumam Nana sedikit kecewa. Dia menghela napas panjang. "Aku mau mundur."
"Jangan nyerah. Namanya cinta butuh pengorbanan, 'kan?" Mile menepuk bahu Nana untuk memberi semangat.
"Masak cewek berkorban buat cowok? Nggak kebalik?" Nana menggeleng.
"Udah emansipasi wanita, Na," kata Mile.
Nana mengangguk. "Iya."
****
Arda dan Ramdan sedang menunggu dosen datang di kelasnya. Saat itu pula Arda menceritakan pertemuannya dengan Aisyah kemarin di stasiun Tugu."Lo tahu nggak, kemarin gue ketemu cewek idaman gue." Arda memulai pembicaraannya dengan Ramdan yang tengah asyik memainkan Mobile Legend. Tangan Ramdan berhenti dan menengok ke Arda. "Cewek yang punya pacar itu?"
Arda mengangguk cepat.
"Terus dia udah putus sama pacarnya?" Ramdan kembali memainkan games, tetapi masih mendengarkan celotehan teman satu kelasnya itu.
"Belum. Dia kemarin nyuruh gue jauhin dia, gue jawab aja iya, padahal nggak bakal juga gue lepasin dia."
"Lo gila." Ramdan mengangkat jari telunjuk ke wajah Arda setelah meletakkan ponselnya ke meja.
"Kok gila?" Arda mengernyit bingung.
"Ya kali lo mau rebut pacar orang." Ramdan tak habis pikir dengan Arda. Dia sesekali menggelengkan kepala sambil mendecak.
"Selama janur kuning belum melengkung masih ada kesempatan, Brother," gumam Arda, menepuk bahu Ramdan.
"Terserah lo aja, Da. Selamat berjuang." Ramdan hanya menanggapi dengan lontaran itu dan dia memilih kembali ke permainan Mobile Legendnya.
Tak berselang lama, dosen datang dan perkuliahan dimulai.
Selama perkuliahan berlangsung, Arda tak memperhatikan penjelasan dosen, dia malah asyik stalking instagram Aisyah.
Ramdan sedikit melirih ke arah Arda pun menegurnya, dia menepuk bahu teman sebangkunya itu. "Da, jangan mainan HP mulu, nanti ketahuan disuruh keluar kelas. Lo tahu, 'kan, dosennya agak ribet!"
Arda menggelak nasihat Ramdan, dia tetap tak peduli.
"Terserah lo, deh," ucap Ramdan akhirnya. Percuma dia menasihati Arda, dia juga tak mengubris perkataannya. Ramdan fokus pada materi yang diberikan dan membiarkan Arda bermain dengan ponselnya.
Dua jam berlalu. Perkuliahan selesai. Arda menggendong tas dan keluar dari kelas menuju kantin bersama Ramdan.
"Jam berapa sekarang, Dan?" tanya Arda.
Ramdan segera melirik ke arah jam tangannya. "Jam dua belas tepat."
"Jadi ke kantin?" Arba merangkul bahu Ramdan.
Ramdan mengangguk tanda mengiyakan.
![](https://img.wattpad.com/cover/151973672-288-k64792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Teen Fiction(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...