Arda mengernyitkan dahi. Kabar tentang putusnya Aisyah dan pacarnya sudah tersebar di sosial media. Beberapa jam yang lalu, Aisyah memposting di Instagram kalau dia sudah putus dengan pacarnya karena dambaan hatinya itu berselingkuh dengan perempuan lain. Arda tersenyum sinis. Ya, tandanya dia masih ada kesempatan untuk mendapatkan Aisyah.
"Namanya jodoh," gumam Arda sambil tersenyum.
"Seneng banget, ada apa?" Akmal tanpa sengaja lewat dan melihat Arda tengah senyum-senyum sendiri.
"Aisyah udah putus sama pacarnya, Bro," Arda bangkit dan merangkul bahu Akmal dengan erat.
"Terus?"
"Gue masih ada kesempatan dapatin dia." Senyum Arda semakin lekat. Dia berjingkrak-jingkrak kegirangan.
"Dia putus sama pacarnya belum tentu jadiannya sama lo, Da." Akmal mengingatkan. Akmal hanya tak mau Arda menaruh harapan terlalu tinggi.
"Gue bakal buktiin ke lo," Arda menjentikkan jarinya tepat di wajah Akmal. Dia menepuk bahu lawan bicaranya itu dan mengangguk-angguk dengan sedikit rasa kesal. Arda heran saja kenapa Akmal tak pernah memberinya support sama sekali saat dia sedang berusaha mendapatkan cinta Aisyah.
"Serah lo, Da," Akmal memilih mengakhiri percakapannya dengan Arda dan pergi berlalu begitu saja tanpa kata pamit.
"Teman macam apaan lo itu nggak pernah dukung teman sendiri!"
Mendengar perkataan Arda, Akmal tak peduli, dia terus berjalan meninggalkan kos diiringi rasa kesal. Arda kesal begitupun dengannya karena Akmal tahu alasan Aisyah selalu menolak cinta Arda.
****
Nana menatap langit kamarnya. Ada rasa sakit dalam diri Nana karena dia tahu Arda mencintai gadis lain. Sesekali dia membuang napasnya, terus memikirkan masalah itu. Lalu gadis itu mengambil ponselnya dan menggeser layarnya. Akhirnya Nana memilih membuka Instagram. Kali ini tak ada postingan apapun tentang Arda. Dia menutup Instagramnya dan memejamkan matanya.Keesokan harinya, badan Nana tiba-tiba terasa panas dan tak sanggup untuk melangkah turun dari tempat tidurnya. Akhirnya Nana memilih tidak masuk kuliah pada hari itu. Nana mengambil ponsel yang ada di dekatnya dan menelepon Mile.
"Kenapa, Na?" sambung Mile dalam telepon.
"Hari ini aku nggak berangkat." Nana sesekali menekan keningnya yang sangat pusing.
"Kenapa, Na?"
"Aku sakit, nih. Nanti kamu sendiri atau sama pacar kamu. Kamu itu aneh, punya pacar malah sama jomblo. Hehe."
"Ya ampun. Emang kalau punya pacar harus sama pacarnya terus? Lagian pacarku nggak masalah kok."
Nana menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Iya, sih. Ya udah, aku mau tidur, pusing banget." Nana segera mematikan teleponnya dan merebahkan tubuhnya di kasur untuk beristirahat.
***Mile pergi ke kantin sendirian karena Nana tak masuk kuliah. Dia mencari tempat duduk, lalu hanya memainkan ponselnya. Ada rasa sepi saat Nana tak masuk kuliah. Bagi Mile hanya Nana teman baiknya di kampus. Tanpa sengaja Mile melihat Arda bersama salah seorang temannya bernama Ramdan berjalan keluar dari kantin. Sebelum Arda keluar dari kantin, Mile memanggil cowok itu dan yang dipanggil segera menengok.
"Nana sakit, Da," kata Mile.
"Sakit apa?" Terlihat raut wajah Arda biasa saja, tak khawatir.
"Pusing katanya. Kamu nggak mau jengkuk dia?"
Arda terdiam beberapa menit, sambil berpikir. "Boleh. Nanti kita ke sana sehabis kuliah. Jam berapa?"
"Jam 4, ya. " Mile bangkit dari duduknya. "Jangan lupa bawa buah." Mile menepuk bahu Arda berjalan keluar dari kantin bersama Arda dan Ramdan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Teen Fiction(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...