Arda dan Sapto sudah sampai di terminal. Waktu menunjukkan pukul 21.30. Tandanya keberangkatan bus yang dipesan Arda berangkat setengah jam lagi. Pikiran Arda masih kacau memikirkan keadaan Aisyah yang entah bagaimana. Sesekali dia memijat keningnya sambil menggelengkan kepala dengan rasa panik yang tak hilang.
Sapto menengok ke arah Arda. Dia paham bagaimana perasaan temannya saat ini. Kacau.
"Sabar, Da. Yakin dia nggak apa-apa," ucap Sapto berusaha menenangkan temannya itu.
Arda mengangguk. "Lo udah tahu kalau Aisyah udah punya pacar?"
Sapto mengangguk. "Gue tahu, dan gue tahu juga lo masih berusaha dapatin dia." Sapto menepuk bahu Arda. "Sebelum janur kuning melengkung, lo masih bisa dapatin dia."
"Lo selalu dukung gue, To. Akmal malah marah waktu tahu gue masih ngejar Aisyah." Arda mengedikkan bahunya. Sebenarnya dia tak terlalu peduli dengan ucapan Akmal. Baginya dia mau mengejar gadis itu atau berhenti mencintainya itu urusannya, bukan Akmal.
"Pemikiran orang beda-beda. Cuek aja." Sapto mengangkat sebelah alisnya.
Arda melempar senyum pada temannya itu dan merangkul bahunya erat.
Setengah jam berlalu tandanya bus akan segera berangkat. Arda segera mengendong tasnya di punggungnya.
"Lo balik kapan?" tanya Sapto sebelum Arda naik ke bus.
"Sabtu. Berarti dua hari gue di sana." Setelah menjawab pertanyaan Sapto, Arda naik ke bus dan duduk sesuai di nomor yang sudah tertera di tiket online yang dipesan.
Dalam perjalanan Arda hanya terdiam--masih memikirkan keadaan Aisyah. Cowok itu mengambil ponsel dan menggeser layar kemudian mencari kontak bernama Sabri lalu menekan tombol call.
"Halo ada apa, Da?"
"Lo udah tahu keadaan Aisyah?" Arda menghela napas panjang.
"Dia nggak apa-apa. Kemarin gue jengkuk dia."
"Syukurlah. Ini gue lagi perjalanan pulang."
"Lo mau lihat keadaan dia?"
"Iya. Udah dulu ya, nanti kalau udah sampai, gue kabari."
Sabri menutup teleponnya.
Lima jam berlalu Arda sudah sampai di terminal yang tak jauh dari rumahnya. Jam menunjukkan jam tiga pagi. Arda berjalan kaki kurang lebih lima belas menit.
Sesampainya di rumahnya, Arda mengetuk pintu dan ibunya pun membuka pintu. Keadaan masih gelap gulita dan sepi.
"Kok kamu sudah pulang? Sudah libur kuliah?" tanya Ibunya.
"Belum. Arda mau jengkuk Aisyah, kata teman-teman dia kecelakaan." Arda berjalan masuk dan menuju ruang tamu, lalu meletakkan tasnya di bawah lantai.
"Kamu pulang jauh-jauh dari Jogja ke sini cuma mau jengkukin Aisyah?" Ibunya tak habis pikir sama sekali. Beliau mulai tidak suka pada Aisyah saat tahu dia mempermainkan perasaan anaknya dan yang tak kalah miris ayahnya Aisyah selalu merendahkan keluarganya
Arda mengangguk. "Iya, Bu."
"Terserah kamu. Ibu sudah peringatkan kamu."
Arda mengangkat bahu acuh. "Nanti Arda tetap mau jengkukin dia."
****
Arda sudah berada di rumah Aisyah. Dia sekarang sedang di kamar Aisyah bersama kedua temannya-- Rani dan Givan."Kamu udah nggak apa, 'kan?" tanya Arda pada Aisyah.
Aisyah hanya mengangguk.
"Bagus kalau gitu," kata Arda.
"Kapan kamu ke sini?" tanya Aisyah.
"Tadi malam. Aku dikasih tahu Sapto kalau kamu kecelakaan jadi aku langsung pulang," Arda tersenyum. "Demi kamu."
Aisyah hanya menggeleng. Masih saja Arda bersikeras perhatian dengannya.
"Kamu mau makan apa? Aku ambilin buat kamu, deh," tawar Arda.
"Nggak, Da, aku udah kenyang. Terima kasih.
Arda mengangguk.
****
![](https://img.wattpad.com/cover/151973672-288-k64792.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjuangan untuk Arda(Terbit✅✔)
Teen Fiction(Open pre order) Diterbitkan oleh Rumah Imaji Update setiap hari. Arda merupakan anak rantauan yang mengadu nasibnya ke kota Jogja untuk kuliah demi mencapai cita-citanya. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan Nana, perempuan yang selalu membantunya. M...