[33] Penjara Bagi Pak Haryo

9.9K 1K 15
                                    

SETIDAKNYA ada dua kebiasaan baik Pak Haryo yang mulai bertambah sejak ia masuk bui beberapa minggu yang lalu. Pak Haryo jadi semakin rajin bersih-bersih dan rajin mengaji.

Kasus pembunuhan yang menimpanya mungkin akan menjeratnya sampai beberapa tahun lamanya, tapi hal itu tetap disyukurinya. Sebab baginya, ia sudah berhasil melampiaskan dendam kepada seseorang yang melukai harga diri dan masa depan putrinya. Di lain sisi, ia juga khawatir. Sebab ia tahu apa yang selanjutnya akan terjadi jika urusannya dengan keluarga Bima bertambah panjang. Yang saat ini ia lakukan adalah terus berdoa, mendekatkan diri kepada Allah agar semua baik-baik saja. Terlebih, hatinya sudah tidak takut berlebihan karena sekarang putri semata wayangnya sudah ada yang menjaga dan melindungi--suaminya, Gio.

"Sudah, Har. Ndak perlu memikirkan hal yang tidak-tidak dulu. Nih kopi. Hadiah kerja kerasmu membersihkan rumput hari ini. Petugas jaga sedang baik hati. Jangan disia-siakan," kata Pak Wirakso, teman satu selnya.

Beliau adalah mantan PNS yang terkena kasus pembunuhan juga. Bedanya, korban Pak Wirakso tidak sampai meregang nyawa seperti yang dialami oleh Pak Haryo. Beliau dijerat hukuman 5 tahun penjara. Menurut cerita beliau, sebenarnya bisa saja keluarganya mengajukan banding dan membebaskan Pak Wirakso. Hanya saja, satu-satunya keluarganya yang peduli dengan dirinya adalah cucunya yang masih berusia 16 tahun. Keluarganya yang lain justru bahagia dan merasa senang. Barangkali Pak Wirakso tipe orang yang tidak cukup disegani di keluarganya. Padahal menurutnya, dia adalah yang paling tua. Harusnya ia lah yang paling disegani. Tetapi takdir tidak memihak kepadanya. Semua keluarganya justru merasa bahagia. Kini usianya menginjak 70 tahun. Ia sudah menjalani hukuman selama 3 tahun. Menurutnya, karena catatan kegiatannya di penjara cukup baik, kemungkinan masa tahanannya akan diperingan. Kalau tidak ada hambatan, kemungkinan tiga bulan atau empat bulan lagi beliau akan keluar.

Namun Pak Wirakso justru sedih. Sebab di penjara lah ia merasa menemukan keluarga yang sesungguhnya. Yang hangat, yang senasib, dan yang paling penting, yang tidak pernah memanfaatkannya untuk kepentingan pribadinya. Lebih-lebih, ia bisa mengajari teman-teman napi lain mengaji. Meskipun ia tidak terlalu bagus dalam membaca Al-Qur'an. Namun setidaknya, dalam tahanan dialah satu-satunya yang dapat membaca Al-Qur'an dengan lancar.

Pak Haryo tersenyum. Ia mengipas-kipas tubuhnya yang penuh keringat dengan koran bekas alas tidurnya. Ia rindu dengan Sarah, dengan istrinya, dan dengan keluarganya yang lain. Namun, takdir telah menentukan arah hidupnya. Mau tidak mau, ia harus menjalani dengan ikhlas.

"Apa kamu sungguh tidak menyesal melakukan pembunuhan itu, Har? Aku dengar, korbanmu itu adalah seorang anak duta besar dan juga pejabat daerah yang cukup punya nama."

Pak Haryo menyeruput kopi hitamnya. Jam istirahatnya kurang dari dua puluh menit. Masih lama menurutnya. Ia mengernyitkan kening begitu air kopi itu meluncur di kerongkongannya. Pak Haryo bukan tipe laki-laki yang suka dengan kopi, ia lebih suka teh panas. Tidak terbiasa minum kopi membuat kepalanya kadang sering pusing saat menyeruput kopi. Seperti saat ini.

Ia menggeleng. Meletakkan gelas berisi kopi. Matanya menatap lurus ke kerumunan narapidana yang sedang menikmati waktu istirahatnya. Ia menyunggingkan senyum. Sudah puluhan kali Pak Wirakso menanyakan hal yang sama. Harusnya beliau tahu kalau Pak Haryo tidak pernah menyesal melakukan hal itu.

Itu adalah bentuk balas dendamnya akan tindakan-tindakan tak manusiawi dari laki-laki itu pada keluarganya.

"Tidak pernah," tukasnya.

"Lalu apa rencanamu selanjutnya?" tanya Pak Wirakso penasaran.

Sekali lagi, Pak Haryo menggeleng. Ia pun tidak tahu apa yang akan dilakukannya. Ia hanya menunggu takdir menggiring masa depan yang akan dihadapinya. Ia yakin Gio dan keluarganya sedang berusaha membantunya. Sidang demi sidang akan dijalankan nanti. Sebenarnya ia berharap kebenaran akan segera terkuak sehingga ia tidak perlu pura-pura tegar atau menyembunyikan yang seharusnya ia katakan.

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang