[38] Lembang

9.4K 998 31
                                    

ADA satu kalimat yang Haidar ingat dari Bang Rois, yang sampai saat ini ia pegang dan dijadikan sebagai sebuah pengingat tatkala ia mengalami kejadian tak mengenakan dengan orang lain. Jangan membenci pelakunya, bencilah perbuatan buruknya. Begitulah, Islam mengajarkan kita untuk selalu berperasangka baik dan menebar kasih sayang meskipun orang lain menyakiti kita.

Apa maksud dari membenci perilakunya bukan orangnya? Artinya, kita tidak boleh taklid, dan menghukumi semua yang dilakukan oleh seseorang yang menyakiti kita misalnya, adalah salah. Sehingga kita membutakan diri bahwa meski ia berusaha berbuat baik dan taubat, maka itu adalah suatu kesalahan. Bencilah perilaku buruknya, sebab semua orang bisa berubah.

Sesuai kesepakatan kemarin, semua orang mulai bergerak sesuai dengan tugasnya masing-masing. Kali ini Haidar pamit kepada Sabiya untuk pergi ke Lembang, tempat Pak Wirakso berasal bersama Ammar dan Gio. Ia mendapatkan alamat lengkapnya dari seorang polisi yang dekat dengan Ammar.

"Kamu hati-hati, bi. Jangan sampai kedatanganmu justru membuat suasana jadi keruh." Sabiya mengantar Haidar ke depan rumah. Sudah ada Ammar dan Gio di dalam mobil yang mereka sewa khusus untuk misi kali ini.

Sabiya sudah memastikan bahwa barang-barang yang dibawa Haidar adalah apa-apa yang dibutuhkan suaminya. Ia juga sudah khusus memasakan rendang sapi kesukaan Haidar untuk bekal meskipun laki-laki itu bilang kalau Lembang bukan tempat yang terlalu jauh sampai Sabiya repot menyiapkan bekal segala. Meski begitu, Haidar tetap memuji dan menghormati Sabiya. Itu adalah bentuk perhatiannya.

"Insya Allah, doakan aku ya, mi. Semoga Allah memudahkan kami untuk mencari bukti."

"Aamiiin."

Haidar mencium kening dan mengusap kepala Sabiya yang kemudian diteriaki oleh Gio dan Ammar.

"Waaah, jangan beradegan kayak gitu di depan jomblo dong," teriak Ammar yang duduk di balik kemudi. Gio yang duduk di sampingnya tertawa, membuat Sabiya dan Haidar terkekeh geli.

"Makanya, Mas Ammar. Segeralah menikah. Karena yang seperti itu juga ibadah," celetuk Gio. Membuat Ammar bertambah keruh ekspresinya.

"Ah, tega kamu, Yo. Mentang-mentang sudah nikah duluan."

Haidar menggeleng-gelengkan kepala. Ia membuka pintu mobil belakang sebelum melambaikan tangannya dan tersenyum kepada Sabiya. Ia pasti akan sangat merindukan perempuan berwajah teduhnya itu. Kadang, perasaannya terhadap Sabiya memang selebay itu.

"Aku nitip Sarah ya Mbak Sabiya," kata Gio. Ia sudah mengatakan pada Sarah bahwa perempuan itu harus menginap di rumah Sabiya agar lebih aman. Bagaimana pun kondisi kehamilannya yang masih muda sangat rawan. Sejujurnya ia juga tidak tega untuk meninggalkan istrinya. Gio takut ada apa-apa. Dua hari terakhir Sarah juga sedang manja-manjanya. Tubuhnya yang sering drop membuatnya tidak leluasa untuk melakukan aktivitasnya seperti biasa. Tapi anehnya, Sarah memaksa untuk mengikuti les menjahit. Katanya ia bosan di rumah terus menunggui Gio kuliah dan bekerja. Makanya, ia meminta ijin agar bisa ikut les menjahit. Kebetulan, Sarah memang suka mendesain dan menjahit baju. Hobi yang sudah lama ia sukai.

"Insya Allah. Tadi aku juga sudah bilang Sarah untuk menjemputnya. Jadi jangan khawatir."

Gio mengangguk. Ia berterimakasih pada Sabiya.

Lalu, mobil yang mereka tumpangi melesat menuju Lembang.

🌷🌷🌷

Bi, aku punya info tentang Demian.

Sebaris kalimat itu dikirim oleh Lisa ketika Sabiya berniat untuk menjemput Sarah di tempat lesnya.

Ia menimbang, apakah ia harus menemui Lisa dulu atau harus membatalkan janjinya untuk menjemput Sarah dan menyuruh perempuan itu untuk pulang menggunakan taksi online saja? Tetapi hati kecilnya tidak tega. Bagaimana pun Sarah sekarang adalah tanggung jawabnya.

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang